Tafsir Surat An-Najm, ayat 19-26
{أَفَرَأَيْتُمُ
اللاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ
وَلَهُ الأنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ
سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ
رَبِّهِمُ الْهُدَى (23) أَمْ لِلإنْسَانِ مَا تَمَنَّى (24) فَلِلَّهِ الآخِرَةُ
وَالأولَى (25) وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ
شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى (26)
}
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza,
dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan
Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk
Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang
tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk
(menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. Atau apakah manusia akan mendapat
segala yang dicita-citakannya? (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan
akhirat dan kehidupan dunia. Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat
mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang
yang dikehendaki dan diridai-(Nya).
Allah Swt. mengecam perbuatan orang-orang musyrik karena mereka menyembah
berhala-berhala dan sekutu-sekutu Allah yang mereka ada-adakan dan mereka
membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala itu sebagai tandingan Ka'bah yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَفَرَأَيْتُمُ
اللاتَ}
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap
Al-Lata. (An-Najm: 19)
Al-Lata atau Lata pada mulanya adalah sebuah batu besar yang
berwarna putih, lalu dibuat ukiran-ukiran padanya (yakni pahatan-pahatan); ia
adalah sebuah rumah yang terletak di Taif dengan mempunyai kain kelambu dan juga
para pelayan yang menjadi juru kuncinya. Di sekitarnya terdapat halaman yang
disucikan oleh orang-orang Taif yang terdiri dari Bani Saqif dan para
pengikutnya; mereka merasa berbangga diri dengan memilikinya terhadap
orang-orang Arab selain mereka kecuali orang-orang Quraisy.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa menamakan rumah peribadatan mereka itu dengan
mengambil akar kata dari salah satu asma Allah. Mereka mengatakan Lata
dengan maksud bentuk mu'annas dari Allah. Mahatinggi Allah dari
ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa
mereka membaca Lata dengan men-tasydid-kan huruf ta.
Mereka menafsirkannya dengan suatu kisah yang menyebutkan bahwa dahulunya ada
seorang lelaki yang pekerjaannya membuat makanan sawiq untuk para jemaah haji
dalam masa Jahiliah. Setelah lelaki itu meninggal dunia, maka mereka melakukan
i'tikaf pada kuburannya, lalu lama-kelamaan mereka menyembahnya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, telah menceritakan kepada kami Abul
Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Al-Lata dan
Uzza. (An-Najm: 19) Bahwa di zaman Jahiliah terdapat seorang lelaki yang
pekerjaannya menggiling sawiq untuk makanan jemaah haji.
Ibnu Jarir mengatakan, bahwa demikian pula Al-Uzza berakar dari kata
Aziz, pada mulanya merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan di
sekelilingnya dan juga diberi kain kelambu, terletak di kampung Nakhlah, yaitu
sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Taif, dahulu orang-orang
Quraisy mengagungkan bangunan tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abu Sufyan
dalam Perang Uhud, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian (kaum muslim) tidak
mempunyai Uzza." Maka Rasulullah Saw. bersabda, memerintahkan kepada
sahabat-sahabatnya:
"قُولُوا:
اللَّهُ مَوْلَانَا، وَلَا مَوْلَى لَكُمْ"
Katakanlah, "Allah adalah Pelindung kami dan tiada pelindung bagi
kalian!"
وَرَوَى
الْبُخَارِيُّ مِنْ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيد بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: وَاللَّاتِ وَالْعُزَّى،
فَلْيَقُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. وَمَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ: تَعَالَ
أقَامرْك، فَلْيَتَصَدَّقْ"
Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Humaid ibnu
Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan mengatakan, "Demi Lata
dan Uzza, " maka hendaklah ia mengucapkan.”Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah.” Dan barang siapa yang berkata kepada temannya,
"Kemarilah, mari kita berjudi, " maka hendaklah ia bersedekah.
Pengertian hadis ini ditujukan bagi orang yang lisannya terpeleset tanpa ada
kesengajaan karena mereka masih baru meninggalkan masa Jahiliahnya, yang hal
tersebut sebelumnya telah terbiasa di kalangan mereka.
قَالَ
النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَكَّار وَعَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ
مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا مَخْلَد، حَدَّثَنَا يُونُسُ، عَنْ أَبِيهِ،
حَدَّثَنِي مُصْعَبُ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ:
حَلَفْتُ بِاللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَقَالَ لِي أَصْحَابِي: بِئْسَ مَا قُلْتَ!
قُلْتَ هُجْرًا! فَأَتَيْتُ رَسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ، فَذَكَرْتُ
ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: "قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
وَانْفُثْ عَنْ شِمَالِكَ ثَلَاثًا، وتعوَّذ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ، ثُمَّ لَا تَعُدْ"
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Bakkar dan
Abdul Hamid ibnu Muhammad. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Makhlad, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari ayahnya, telah menceritakan
kepadaku Mus'ab ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang mengatakan, "Aku
pernah bersumpah dengan menyebut nama Lata dan Uzza, maka sahabat-sahabatku
berkata kepadaku, 'Alangkah buruknya ucapanmu itu.' Aku berkata, 'Tinggalkanlah
diriku.' Lalu aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan hal
tersebut kepada beliau." Maka beliau Saw. bersabda: Ucapkanlah, "Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya,
bagi-Nya Kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu.” Kemudian bertiuplah ke arah kirimu sebanyak tiga kali dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, kemudian janganlah
kamu ulangi perbuatanmu itu.
Adapun berhala Manat, maka letaknya di Musyallal, yaitu di Qadid yang
terletak antara Mekah dan Madinah. Dahulu orang-orang Khuza'ah, Aus, dan Khazraj
di masa Jahiliah mengagung-agungkannya dan bertalbiyah darinya saat hendak
menunaikan haji (ziarah) ke Ka'bah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang
semisal melalui Aisyah r.a.
Di masa Jahiliah di Jazirah Arabia banyak terdapat berhala-berhala selain
dari yang telah disebutkan di atas, semuanya diagung-agungkan oleh orang-orang
Arab setara dengan pengagungan mereka kepada Ka'bah. Hanya ketiga macam berhala
inilah yang disebutkan secara nas di dalam Kitabullah karena ketiganya
merupakan berhala yang paling terkenal melebihi yang lainnya.
Ibnu Ishaq mengatakan di dalam kitab Sirah-nya, bahwa dahulu di masa
Jahiliah orang-orang Arab di samping memiliki Ka'bah, mereka membuat banyak
tawagit yang merupakan rumah-rumah peribadatan mereka yang mereka agung-agungkan
setara dengan Ka'bah. Tawagit itu mempunyai para pelayannya tersendiri, juga
mempunyai juru kunci tersendiri; mereka menghadiahkan hewan-hewan kurban
untuknya sebagaimana mereka menghadiahkan hewan kurban. Mereka juga melakukan
tawaf padanya sebagaimana tawaf mereka kepada Ka'bah, dan melakukan
penyembelihan kurban padanya sebagaimana yang mereka lakukan di Ka'bah, padahal
mereka mengakui keutamaan Ka'bah atas semua tawagit itu, karena Ka'bah merupakan
rumah yang dibangun oleh Ibrahim a.s. dan menjadi masjidnya. Dahulu di masa
Jahiliah orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah mempunyai berhala bernama Uzza
yang terletak di Nakhlah yang para pelayan dan juru kuncinya dipegang oleh Bani
Syaiban dari kalangan Bani Salim teman sepakta Bani Hasyim.
Kemudian Rasulullah Saw. mengutus Khalid ibnul Walid untuk menghancurkan
berhala itu, maka Khalid dan pasukannya menghancurkannya. Peristiwa ini
diabadikan melalui perkataan Khalid dalam bait syairnya:
يَا
عُزَّ، كُفْرَانَك لَا سُبْحَانَك ...
إِنِّي رَأَيْتُ اللَّهَ قَدْ أهَانَك ...
Hai Uzza, aku ingkar kepadamu dan
tidak menghormatimu, sesungguhnya aku melihat bahwa Allah telah
menghinakanmu.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Munzir, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Al-Walid
ibnu Jami', dari AbutTufail yang mengatakan bahwa setelah Rasulullah Saw.
membebaskan kota Mekah, maka beliau Saw. mengutus Khalid ibnul Walid ke Nakhlah;
di Nakhlah terdapat berhala Uzza. Lalu Khalid mendatanginya dan tersebutlah
bahwa berhala Uzza terletak di atas tiga buah pohon Samurah. Khalid ibnul Walid
menebang ketiga pohon Samurah itu dan menghancurkan berhala yang ada di atasnya.
Setelah itu Khalid ibnul Walid kembali kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan
semua kepada beliau. Maka beliau Saw. bersabda: Kembalilah kamu, karena
sesungguhnya kamu masih belum berbuat sesuatu apa pun. Maka Khalid kembali
lagi ke Nakhlah. Ketika para pelayan Uzza melihat kedatangan Khalid dan
pasukannya, maka mereka memasang perangkap untuk menjebak Khalid dan pasukannya
seraya berkata, "Hai Uzza, hai Uzza!" Maka Khalid mendatanginya, dan ternyata
yang diseru oleh mereka adalah seorang wanita yang telanjang bulat dengan rambut
yang terurai seraya menaburkan pasir di kepalanya. Maka Khalid pun membenamkan
pedangnya ke tubuh wanita itu hingga mati wanita itu. Setelah itu Khalid kembali
kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya, maka barulah
Rasulullah Saw. bersabda: Itulah Uzza (yang sebenarnya).
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Lata adalah sesembahan orang-orang Saqif diTaif,
sedangkan yang menjadi para pelayan dan juru kuncinya adalah Bani Mu'tib.
Rasulullah Saw. mengutus Al-Mugirah ibnu Syu'bah dan Abu Sufyan ibnu Sakhr
ibnu Harb untuk menghancurkannya, maka keduanya menghancurkan berhala Lata itu
dan menjadikan masjid di tempatnya sebagai gantinya, yaitu di Taif.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa berhala Manat adalah milik orang-orang Aus dan
Khazraj dan orang-orang yang mengikuti agama mereka dari kalangan penduduk
Yas'rib yang berada di pantai ke arah Al-Musyallal, yaitu di Qadid. Maka
Rasulullah Saw. mengutus Abu Sufyan ibnu Harb untuk menghancurkannya; menurut
pendapat lain, menyebutkan bahwa yang dikirim oleh Rasulullah Saw. untuk
menghancurkannya adalah Ali ibnu Abu Talib.
Ibnu Ishaq mengatakan pula bahwa berhala Zul Khalasah adalah sesembahan
orang-orang Daus, Khas'am dan Bajilah, serta orang-orang Arab Badui yang ada
bersama mereka di Tabalah.
Zul Khalasah dikenal pula di masa Jahiliah dengan nama Ka'bah Yamaniyyah,
sedangkan Ka'bah yang ada di Mekah mereka sebut dengan Ka'bah Syamiyyah. Maka
Rasulullah Saw. mengirimkan Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali untuk
menghancurkannya, dan perintah itu dilaksanakan dengan baik oleh Jarir ibnu
Abdullah. Berhala Qais adalah milik orang-orang Tayyi' dan orang-orang yang ada
di sekitar mereka di Gunung Tayyi' yang terletak di antara Salma dan Aja. Ibnu
Hisyam mengatakan bahwa sebagian ahlul 'ilmi menceritakan kepadanya bahwa
Rasulullah Saw. mengirimkan Ali ibnu Abu Talib r.a. untuk menghancurkannya. Dan
Ali r.a. berhasil memboyong dua bilah pedang darinya yang diberi nama Rasub dan
Mikhzam, lalu Rasulullah Saw. menghadiahkan pedang itu kepada Ali sehingga kedua
pedang itu menjadi miliknya.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Himyar dan penduduk Yaman mempunyai
rumah penyembahan berhala diSan'a yang dikenal dengan nama Riyam. Menurut suatu
pendapat, di dalam rumah itu terdapat seekor anjing hitam; dan bahwa dua orang
pendeta Yahudi yang pergi bersama Tubba' mengeluarkan anjing hitam itu, lalu
membunuhnya dan menghancurkan rumah tersebut.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Rada adalah sebuah rumah penyembahan berhala
milik Bani Rabi'ah ibnu Ka'b ibnu Sa'd ibnu Zaid yang pemimpinnya adalah Manat
Ibnu Tamim. Al-Mustaugir ibnu Rabi'ah ibnu Ka'b ibnu Sa'd ketika
menghancurkannya di masa Islam mengatakan:
وَلَقَدْ
شَدَدْتُ عَلَى رُضَاء شَدّةً ...
فَتَرَكْتُها قَفْرًا بِقَاع أسحَمَا ...
Sesungguhnya aku benar-benar telah
menghancurkan Rada dengan sehancur-hancurnya, maka kutinggalkan ia menjadi
puing-puing dan rata dengan tanah.
Ibnu Hisyam mengatakan bahwa Al-Mustaugir berusia sangat panjang hingga
mencapai tiga ratus tiga puluh tahun. Al-Mustaugirlah orang yang mengatakan
bait-bait syair berikut:
وَلَقَد
سَئِمْتُ مِنَ الحيَاةِ وَطُولِهَا ...
وَعُمّرْتُ منْ عَدَد السّنِينَ مِئِينَا ...
مائَةً
حَدّتها بَعْدَها مائَتَان لِي ...
وَازْدَدْتُ مِنْ عَدَد الشُّهُورِ سِنِينَا ...
هَلْ
مَا بَقِي إِلَّا كَمَا قَدْ فَاتَنَا ...
يَومٌ يَمُرُّ وَلَيلةٌ تَحْدُونَا ...
Sesungguhnya aku telah bosan dengan
hidup ini dan masanya yang sangat panjang, aku telah diberi usia beratus-ratus
tahun. Seratus tahun telah kujalani dan berikutnya dua ratus tahun; usiaku sama
dengan bilangan bulan-bulan selama satu tahun, yang perharinya menjadi satu
tahun. Tiadalah yang tersisa melainkan hanya seperti hari-hari yang telah
berlalu, yaitu tinggal menunggu hari dan malam yang akan mengakhiri
usiaku.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Zul Ka'bat adalah berhala milik orang-orang Bakar
dan Taglab; keduanya adalah keturunan dari Wa-il dan Iyad, yaitu di Sindad.
Sehubungan dengan keberadaan berhala ini A'sya ibnu Qais ibnu Sa'labah
mengatakan,
بَيْنَ
الخَوَرْنَق والسَّدير وَبَارقٍ ...
والبيت ذو الكَعَبَات مِنْ سَنْدَاد
"Di antara Khawarnaq dan Sadir serta
Bariq terdapat Bait yang diberi nama Zul Ka'bat, yaitu di
Sindad."
Karena itulah maka Allah Swt. berfirman:
{أَفَرَأَيْتُمُ
اللاتَ وَالْعُزَّى. وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى}
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata
dan Al-Uzza dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak
perempuan Allah)? (An-Najm: 19-20)
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{أَلَكُمُ
الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى}
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) perempuan? (An-Najm: 21)
Yakni apakah kalian menganggap bahwa Allah beranak dan anak itu adalah
perempuan, sedangkan kalian memilih untuk diri kalian sendiri anak laki-laki.
Seandainya kalian berbagi dengan sesama kalian dengan cara pembagian seperti
ini, tentulah pembagian tersebut adalah:
{قِسْمَةٌ
ضِيزَى}
suatu pembagian yang tidak adil. (An-Najm: 22)
Yaitu pembagian yang tidak jujur dan batil. Lalu mengapa kalian berbagi
dengan Tuhan kalian dengan pembagian cara ini; yang sekiranya hal ini dilakukan
terhadap sesama kalian, tentulah merupakan pembagian yang tidak adil dan berat
sebelah.
Kemudian Allah Swt. berfirman, menyanggah kedustaan dan kebohongan yang
mereka buat-buat serta kekafiran, seperti menyembah berhala dan menjadikannya
tuhan yang banyak.
{إِنْ
هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ}
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya. (An-Najm: 23)
Yakni, dari diri kamu sendiri.
{مَا
أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ}
Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya.
(An-Najm: 23)
Artinya, tiada suatu keterangan pun yang memerintahkan mereka berbuat
demikian.
{إِنْ
يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ}
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka. (An-Najm: 23)
Yakni tiada sandaran selain dari prasangka baik mereka terhadap bapak moyang
mereka yang menempuh jalan yang batil itu sebelum mereka; dan jika tidak
demikian, berarti mereka hanya menginginkan agar tetap menjadi pemimpin dan
mengagung-agungkan bapak moyang mereka yang terdahulu.
{وَلَقَدْ
جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى}
dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.
(An-Najm: 23)
Sesungguhnya Allah telah mengutus kepada mereka rasul-rasul dengan membawa
kebenaran yang menerangi dan keterangan yang jelas, tetapi sekalipun demikian
mereka tidak mau mengikuti apa yang disampaikan oleh rasul-rasul Allah itu dan
tidak mau pula tunduk kepada-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَمْ
لِلإنْسَانِ مَا تَمَنَّى}
Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya.
(An-Najm: 24)
Maksudnya, tidak semua orang yang mengharapkan kebaikan dapat
memperolehnya.
{لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ}
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. (An-Nisa: 123)
Yakni tidaklah semua orang yang mengakui bahwa dirinya mendapat petunjuk
sesuai dengan apa yang dikatakannya, tidak pula semua orang yang mengharapkan
sesuatu dapat meraihnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عُمَرَ
بْنِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُمْ
فَلْيَنْظُرْ مَا يَتَمَنَّى، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْ
أُمْنِيَتِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Umar ibnu Abu Salamah, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Apabila seseorang di antara kalian mempunyai cita-cita, hendaklah ia
memikirkan terlebih dahulu apa yang dicitakannya, karena sesungguhnya dia tidak
mengetahui apa yang akan ditetapkan baginya dari cita-citanya itu.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَلِلَّهِ
الآخِرَةُ وَالأولَى}
(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.
(An-Najm: 25)
Yakni sesungguhnya semua urusan itu hanyalah milik Allah, Raja di dunia dan
akhirat dan Yang mengatur di dunia dan di akhirat. Dialah yang atas kehendak-Nya
sesuatu menjadi ada dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada.
Firman Allah Swt.:
{وَكَمْ
مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ
أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى}
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak
berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan
diridai-(Nya). (An-Najm: 26)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ
ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}
Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.
(Al-Baqarah: 255)
Dan firman Allah Swt.:
{وَلا
تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba': 23)
Apabila persyaratan ini ditetapkan terhadap para malaikat yang terdekat
(dengan Allah), maka mengapa kalian orang-orang yang bodoh mengharapkan syafaat
dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu di sisi, Allah Swt., sedangkan Allah
Swt. tidak memerintahkan penyembahannya dan tidak pula mengizinkan meminta
syafaat darinya, bahkan Allah Swt. melarang melakukan penyembahan terhadap
berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu melalui lisan para rasul, juga larangan
mengenai hal tersebut telah termaktub di dalam semua kitab-kitab yang
diturunkan-Nya?