Tafsir Surat Az-Zukhruf, ayat 26-35
{وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26)
إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً
فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (28) بَلْ مَتَّعْتُ هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ
حَتَّى جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ (29) وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ
قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ (30) وَقَالُوا لَوْلا نزلَ هَذَا
الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ (31) أَهُمْ يَقْسِمُونَ
رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ
بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (32) وَلَوْلا
أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ
بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فَضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا
يَظْهَرُونَ (33) وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ
(34) وَزُخْرُفًا وَإِنْ كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَالآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ (35) }
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada
bapaknya dan kaumnya, “Sesunggguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa
yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah)
Tuhan Yang menjadikanku; karena sesunggguhnya Dia akan memberi hidayah
kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal
pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. Tetapi Aku
-telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga
datanglah kepada mereka kebenaran (Al-Qur'an) dan seorang rasul yang
memberi penjelasan. Dan tatkala kebenaran (Al-Qur'an) itu datang kepada
mereka, mereka berkata, "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang mengingkarinya.” Dan mereka berkata.”Mengapa Al-Qur’an ini
tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan
Taif) ini?” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami
telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai pekerja. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. Dan sekiranya
bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam
kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga)
tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (Kami buatkan
pula) pintu-pintu bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula)
dipan-dipan yang mereka bertelekan di atasnya. Dan (Kami buatkan pula)
perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka) Dan semuanya itu tidak
lain hanyalah kesenagan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi
Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal hamba, rasul, kekasih-Nya, dan
imam (pemimpin) kaum hunafa serta yang menjadi orang tua dari para nabi
yang diutus sesudahnya, yang orang-orang Quraisy pun nasab mereka berasal
darinya. Disebutkan bahwa dia (Nabi Ibrahim) telah berlepas diri dari sikap
ayahnya dan kaumnya yang menyembah berhala. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّنِي
بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ.
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ}
Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia
akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid
itu kalimat yang kekal pada keturunannya. (Az-Zukhruf: 26-27)
Kalimat yang dimaksud adalah menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya,
dan meninggalkan sembahan-sembahan lain-Nya, yaitu tidak ada Tuhan yang wajib
disembah melainkan Allah. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan kalimat ini dilestarikan
dan ditetapkan di kalangan keturunannya, serta dijadikan sebagai panutan bagi
orang yang mendapat petunjuk dari kalangan keturunan Ibrahim a.s.
{لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ}
supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf: 28)
Yakni kembali kepada kalimat tauhid itu.
Ikrimah, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (Ibrahim)
menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya.
(Az-Zukhruf: 28) Yaitu kalimat 'Tidak ada Tuhan yang wajib disembah
melainkan Allah', di kalangan keturunannya tetap ada orang yang mengucapkannya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kalimat Islam, yaitu kembali
kepada apa yang dikatakan oleh jama'ah.
*************
Firman Allah Swt.:
{بَلْ
مَتَّعْتُ هَؤُلاءِ} يَعْنِي: الْمُشْرِكِينَ {وَآبَاءَهُمْ}
Tetapi Aku memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak
mereka. (Az-Zukhruf: 29)
Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang musyrik, yakni hal itu
berakibat mereka tenggelam ke dalam kesesatannya dalam waktu yang cukup
lama.
{حَتَّى
جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ}
sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al-Qur'an) dan seorang
rasul yang memberi penjelasan. (Az-Zukhruf: 29)
yakni yang jelas risalah dan peringatannya.
*************
{وَلَمَّا
جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ}
Dan tatkala kebenaran (Al-Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka
berkata, "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengingkarinya.” (Az-Zukhruf: 30)
Mereka sombong, mengingkarinya dan menolak perkara yang hak itu dengan segala
upaya karena kafir, dengki, dan kelewat batas.
{وَقَالُوا}
Dan mereka berkata. (Az-Zukhruf: 31)
dengan nada mengkritik Allah Swt. yang telah menurunkannya.
{لَوْلا
نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ}
Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah
satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31)
Alangkah baiknya jika Al-Qur'an ini diturunkan kepada seorang lelaki yang
dipandang besar lagi terkemuka menurut pandangan mereka dari salah satu dua kota
ini. Mereka bermaksud kota Mekah dan kota Taif. Demikianlah menurut Ibnu Abbas
r.a, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid.
Dan bukan hanya seorang dari kalangan mereka telah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan lelaki itu adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Urwah ibnu Mas'ud
As-Saqafi.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, Ad-Dahhak, dan As-Saddi, bahwa
yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Mas'ud ibnu Amr
As-Saqafi. Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa yang mereka maksudkan adalah Umair
ibnu Amr ibnu Mas'ud As-Saqafi. Dan menurut riwayat lain yang juga bersumber
dari Mujahid, yang mereka maksudkan adalah Atabah ibnu Rabi'ah. Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud adalah dua orang lelaki yang
sewenang-wenang dari kalangan Quraisy. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a.
bahwa yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Habib ibnu Amr
ibnu Umair As-Saqafi. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa yang mereka maksudkan
adalah Atabah ibnu Rabi'ah dari Mekah, dan Ibnu Abdu Yalil dari Taif. As-Saddi
mengatakan, yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Kinanah ibnu
Amr ibnu Umair As-Saqafi.
Pada garis besarnya yang mereka maksudkan adalah seorang lelaki besar dari
salah satu di antara kedua kota tersebut, siapa pun dia.
Maka Allah Swt. berfirman, menjawab kritikan ini:
{أَهُمْ
يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ}
Apakah mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32)
Yakni urusan ini bukanlah mereka yang menentukannya, melainkan hanyalah Allah
Swt. Allah lebih mengetahui di manakah Dia meletakkan risalah-Nya. Karena
sesungguhnya tidak sekali-kali Dia menurunkan Al-Qur’an ini melainkan kepada
makhluk yang paling suci hati dan jiwanya, serta paling mulia dan paling suci
rumah dan keturunannya.
Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Dia telah membeda-bedakan di antara
makhluk-Nya dalam membagikan pemberian-Nya kepada mereka berupa harta, rezeki,
akal, dan pengertian serta pemberian lainnya yang menjadi kekuatan lahir dan
batin bagi mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia. (Az-Zukhruf: 32). hingga akhir ayat.
***********
Adapun firman Allah Swt.:
{لِيَتَّخِذَ
بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا}
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai
pekerja. (Az-Zukhruf: 32)
Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah agar sebagian dari mereka dapat
memanfaatkan sebagian yang lain untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, karena yang
lemah memerlukan yang kuat dan begitu pula sebaliknya. Demikianlah menurut
pendapat Qatadah dan lain-lainnya. Qatadah dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah agar sebagian dari mereka dapat menguasai sebagian yang
lain; pendapat ini semakna dengan pendapat di atas. Kemudian Allah Swt.
berfirman:
{وَرَحْمَتُ
رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.
(Az-Zukhruf: 32)
Artinya, rahmat Allah kepada makhluk-Nya lebih baik bagi mereka daripada
harta benda dan kesenangan duniawi yang ada di tangan mereka.
************
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْلا
أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً}
Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang
satu. (Az-Zukhruf: 33)
Yakni seandainya tiada keyakinan di kalangan kebanyakan manusia yang tidak
mengerti bahwa pemberian Kami akan harta benda merupakan bukti yang menunjukkan
kecintaan Kami kepada orang yang Kami beri harta itu, yang karenanya lalu mereka
bersatu dalam kekafiran demi harta itu. Demikianlah menurut pendapat ibnu Abbas,
Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya.
{لَجَعَلْنَا
لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فَضَّةٍ
وَمَعَارِجَ}
tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga
(perak). (Az-Zukhruf: 33)
Yaitu tangga yang terbuat dari perak. Demikianlah menurut pendapat Ibnu
Abbas, Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya.
{عَلَيْهَا
يَظْهَرُونَ}
yang mereka menaikinya. (Az-Zukhruf: 33)
************
{وَلِبُيُوتِهِمْ
أَبْوَابًا}
Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah
mereka. (Az-Zukhruf: 34)
Yakni daun-daun pintu dari perak untuk rumah mereka.
{وَسُرُرًا
عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ}
dan (begitu pula) dipan- dipan yang mereka bertelekan di atasnya.
(Az-Zukhruf: 34)
Semuanya itu terbuat dari perak.
{وَزُخْرُفًا}
Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan. (Az-Zukhruf:
35)
Yakni dari emas, menurut Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid.
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَإِنْ
كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia.
(Az-Zukhruf: 35)
Sesungguhnya semuanya itu hanyalah keduniawian yang fana dan pasti lenyap
serta tiada harganya di sisi Allah Swt. Yakni Allah menyegerakan bagi mereka
sebagai imbalan dari amal perbuatan mereka di dunia berupa balasan makanan dan
minuman, agar kelak di saat mereka telah berada di negeri akhirat mereka tidak
lagi memiliki suatu kebaikan pun yang akan dibalaskan kepada mereka, sebagaimana
yang disebutkan dalam hadis sahih.
Dalam hadis lain disebutkan:
"لَوْ
أَنَّ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى مِنْهَا
كَافِرًا شَرْبَةَ مَاءٍ"
Seandainya dunia ini mempunyai bobot di sisi Allah yang seimbang dengan
sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk air pun
kepada seorang kafir.
Al-Baghawi menyandarkan hadis ini melalui riwayat Zakaria ibnu Manzur, dari
Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd r.a, dari Nabi Saw, lalu disebutkan hal yang
semisal.
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui jalur Zam'ah ibnu Saleh dari Abu Hazim,
dari Sahl ibnu Sa'd, dari Nabi Saw.:
"لَوْ
عَدَلَتِ الدُّنْيَا جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا أَعْطَى كَافِرًا مِنْهَا
شَيْئًا"
Seandainya dunia ini seimbang di sisi Allah dengan berat sayap nyamuk,
niscaya Allah tidak akan memberi sesuatu pun kepada orang kafir.
************
Kemudian Allah Swt. dalam firman berikutnya menyebutkan:
{وَالآخِرَةُ
عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ}
dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa. (Az-Zukhruf: 35)
Yakni kehidupan akhirat itu khusus bagi mereka, tiada seorang pun dari
kalangan selain mereka yang dapat menikmatinya bersama mereka.
Karena itulah ketika pada suatu hari Umar r.a. berkata kepada Rasulullah Saw.
di saat beliau Saw. meng-I’la istri-istrinya, dan Umar
menjumpainya, maka Umar melihat beliau sedang bersandar dengan beralaskan sebuah
tikar yang digelarkan di pasir sehingga tikar itu membekas pada lambungnya. Maka
berlinanglah air mata Umar menyaksikan pemandangan itu, lalu berkata, "Wahai
Rasulullah, Kisra dan Kaisar dengan kemewahan hidup yang dialaminya, sedangkan
engkau makhluk pilihan Allah keadaannya seperti ini." Saat itu Rasulullah sedang
bersandar, lalu bangkit dan duduk, kemudian bersabda,
"أوَ
في شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ " ثُمَّ قَالَ: "أُولَئِكَ قَوْمٌ
عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا" وَفِي رِوَايَةٍ:
"أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟
"
"Apakah engkau sedang dalam keraguan, hai Ibnul Khattab?" Kemudian
Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang kebaikan
mereka disegerakan untuk mereka dalam kehidupan dunia mereka. Dalam riwayat
yang lain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah engkau
rela bila bagi mereka dunia, sedangkan bagi kita akhirat?
Dan di dalam kitab Sahihain serta kitab-kitab hadis lainnya disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَا
تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا،
فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَنَا فِي الْآخِرَةِ"
Janganlah kalian minum dengan memakai wadah emas dan perak, dan jangan
pula kalian makan dengan memakai piring emas dan perak. Karena sesungguhnya hal
itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia ini, dan bagi kita kelak di
akhirat.
Sesungguhnya Allah Swt. memberikan hal itu kepada mereka di dunia ini
hanyalah semata-mata karena rendahnya dunia dan ketiadaartiannya di sisi Allah
Swt.
Di dalam riwayat Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah disebutkan melalui jalur
Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"لَوْ
كَانَتِ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى مِنْهَا
كَافِرًا شَرْبَةَ مَاءٍ أَبَدًا"
Seandainya dunia ini sebanding di sisi Allah dengan sayap nyamuk, niscaya
Allah selamanya tidak akan memberi minum barang seteguk air pun kepada orang
kafir.
Imam Turmuzi mengatakan, predikat hadis ini hasan sahih.