Tafsir Surat Az-Zalzalah, ayat 1-8
إِذَا
زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2)
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ
رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا
أَعْمَالَهُمْ (6) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya
(yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, dan manusia bertanya, "Mengapa bumi (jadi begini)?" Pada hari ini
bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya
dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apabila bumi
diguncangkan dengan seguncang-guncangnya (yang dahsyat). (Az-Zalzalah: 1)
Yakni bergerak dan bergetar dari bagian bawahnya hingga menimbulkan gempa yang
dahsyat.
{وَأَخْرَجَتِ
الأرْضُ أَثْقَالَهَا}
dan bumi mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya
(Az-Zalzalah: 2)
Yaitu mengeluarkan orang-orang mati dari dalam perutnya, menurut sebagian
ulama Salaf yang bukan hanya seorang, dan ini semakna dengan apa yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ
عَظِيمٌ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan
hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj:
1)
Sama pula dengan firman-Nya:
وَإِذَا
الْأَرْضُ مُدَّتْ وَأَلْقَتْ مَا فِيها وَتَخَلَّتْ
dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan
menjadi kosong. (Al-Insyiqaq: 3-4)
قَالَ
مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا وَاصِلُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيل، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيرة
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَقيء الْأَرْضُ
أَفْلَاذَ كَبِدِهَا أَمْثَالَ الْأُسْطُوَانِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ،
فَيَجِيءُ الْقَاتِلُ فَيَقُولُ: فِي هَذَا قَتَلْتُ، وَيَجِيءُ الْقَاطِعُ
فَيَقُولُ: فِي هَذَا قَطَعتُ رَحِمِي، وَيَجِيءُ السَّارِقُ فَيَقُولُ: فِي هَذَا
قُطِعت يَدِي، ثُمَّ يَدَعُونه فَلَا يَأْخُذُونَ مِنْهُ شَيْئًا"
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Wasil ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail,
dari ayahnya, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Bumi mengeluarkan semua isi perutnya seperti
piring-piring emas dan perak. Maka datanglah pembunuh, lalu ia
mengatakan, "Karena inilah aku membunuh.” Dan datanglah orang yang memutuskan
persaudaraan, lalu ia berkata, "Karena inilah aku memutuskan hubungan
persaudaraan.” Dan datanglah pencuri, lalu berkata, "Karena inilah tanganku
terpotong.” Kemudian mereka membiarkannya dan tidak mengambil sesuatu pun
darinya.
Firman Allah Swt:
{وَقَالَ
الإنْسَانُ مَا لَهَا}
dan manusia bertanya, "Mengapa bumi (jadi begini)?” (Az-Zalzalah:
3)
Yakni merasa heran dengan keadaannya, padahal sebelumnya bumi tenang, kokoh,
serta menetap, dan manusia diam dengan tenang di atas permukaannya. Dengan kata
lain, keadaan bumi menjadi sebaliknya, saat itu bumi bergerak-gerak dan
mengalami gempa yang dahsyat. Bumi telah kedatangan perintah Allah Swt. yang
memerintahkan kepadanya untuk berguncang dengan hebatnya, yaitu gempa yang
dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemudian bumi mengeluarkan semua
orang mati yang terkandung di dalam perutnya dari kalangan orang-orang yang
terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. Saat itulah manusia merasa heran
dengan keadaan bumi, karena bumi telah diganti dengan bumi yang lain, begitu
pula langitnya; lalu mereka digiring untuk menghadap kepada Allah Yang Maha Esa
lagi Mahamenang.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَئِذٍ
تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا}
pada hari itu bumi menceritakan beritanya. (Az-Zalzalah: 4)
Yaitu menceritakan tentang semua apa yang telah diperbuat oleh orang-orang
yang menghuni permukaannya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ
-وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ وَأَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ النَّسَائِيُّ، وَاللَّفْظُ
لَهُ: حَدَّثَنَا سُوَيد بْنُ نَصْرٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ
الْمُبَارَكِ-عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي
سُلَيْمَانَ، عَنْ سَعِيدٍ المقْبُرِي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَرَأَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {يَوْمَئِذٍ
تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا} قَالَ: "أَتَدْرُونَ مَا أَخْبَارُهَا؟ ". قَالُوا:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنَّ تَشْهَدَ عَلَى
كُلِّ عَبْدٍ وَأَمَةٍ بِمَا عَمِل عَلَى ظَهْرِهَا، أَنْ تَقُولَ: عَمِلَ كَذَا
وَكَذَا، يَوْمَ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak; dan Imam Turmuzi mengatakan juga Abdur
Rahman An-Nasai, sedangkan lafaz hadis berikut menurut apa yang ada padanya,
bahwa telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Nasi", telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id ibnu Abu Ayyub, dari Yahya ibnu
Abu Sulaiman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: pada hari itu bumi menceritakan
beritanya. (Az-Zalzalah: 4) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah kamu
apakah yang dimaksud dengan beritanya?" Mereka menjawab, "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya berita
bumi ialah bila ia mengemukakan persaksian terhadap setiap hamba laki-laki dan
perempuan tentang apa yang telah dikerjakannya di atas permukaannya. Bumi
mengatakan bahwa Fulan telah mengerjakan anu dan anu di hari anu. Demikianlah
yang dimaksud dengan beritanya.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, sahih, garib.
وَفِي
مُعْجَمِ الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ لَهِيعة: حَدَّثَنِي الْحَارِثُ بْنُ
يَزِيدَ -سَمِعَ رَبِيعَةَ الجُرَشي-: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَحَفَّظُوا مِنَ الْأَرْضِ، فَإِنَّهَا أُمُّكُمْ،
وَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ عَامِلٌ عَلَيْهَا خَيْرًا أَوْ شَرًّا، إِلَّا
وَهِيَ مُخبرة"
Di dalam kitab Mu'jam Imam Tabrani disebutkan melalui hadis Ibnu Lahi'ah,
bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Haris ibnu Yazid yang telah mendengar
Rabi'ah Al-Hadasi yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Hati-hatilah kalian terhadap bumi, karena sesungguhnya bumi adalah ibu
kalian, dan sesungguhnya tiada seorang manusia pun yang melakukan suatu
perbuatan di atasnya, apakah amal baik atau amal jahat, melainkan ia pasti akan
menceritakannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{بِأَنَّ
رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا}
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu)
kepadanya. (Az-Zalzalah: 5)
Imam Bukhari mengatakan bahwa lafaz ini sesinonim dengan auha ilaiha
dan waha laha atau waha ilaiha. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Ibnu Abbas, bahwa auha laha sama dengan auha ilaiha. Makna
lahiriah ayat menunjukkan bahwa ini mengandung makna azina laha, yakni
Tuhan telah memerintahkan atau mengizinkan kepadanya (untuk demikian).
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: pada hari itu bumi menceritakan beritanya.
(Az-Zalzalah: 4) Yakni Tuhannya telah berfirman kepadanya, '"Berbicaralah kamu,"
maka ketika itu juga bumi dapat berbicara. Mujahid mengatakan, makna auha laha
ialah memerintahkan kepadanya. Al-Qurazi mengatakan bahwa Allah Swt. telah
memerintahkan kepada bumi untuk terbelah mengeluarkan mereka.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَئِذٍ
يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا}
Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam. (Az-Zalzalah: 6)
Mereka kembali dari mauqif hisab (tempat penghisaban) dalam keadaan
bercerai-berai dan bermacam-macam, ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Para
malaikat diperintahkan untuk membawa mereka yang berbahagia ke dalam surga, dan
membawa mereka yang celaka ke dalam neraka.
Menurut Ibnu Juraij, mereka bercerai-berai terpisah-pisah dan tidak dapat
berkumpul sama sekali.
As-Saddi mengatakan bahwa makna asytatan ialah bergolong-golongan.
Firman Allah Swt.:
{لِيُرَوْا
أَعْمَالَهُمْ}
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
(Az-Zalzalah: 6)
Yaitu agar mereka mengetahui dan mendapat balasan dari apa yang telah mereka
perbuat di dunia, yang baiknya dan yang buruknya. Karena itulah disebutkan dalam
firman berikutnya:
{فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ}
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah:
7-8)
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنِي مَالِكٌ
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمان عَنْ أَبِي هُرَيرة: أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ:
لِرَجُلٍ أَجْرٌ، وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ، وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ؛ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ
أَجْرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ طَيلها فِي مَرْجٍ أَوْ
رَوْضَةٍ، فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ فِي الْمَرْجِ وَالرَّوْضَةِ كَانَ
لَهُ حَسَنَاتٌ، وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فاستنَّت شَرَفا
أو شَرَفَيْنِ،
كَانَتْ آثَارُهَا وَأَرْوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ، وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ
بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسقَى بِهِ كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ
لَهُ، وَهِيَ لِذَلِكَ الرَّجُلِ أَجْرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنيا وَتَعَفُّفًا،
وَلَمْ يَنْسَ حَقَّ اللَّهِ فِي رِقَابِهَا وَلَا ظُهُورِهَا، فَهِيَ لَهُ سِتْرٌ.
وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِئَاءً وَنِوَاءً، فَهِيَ عَلَى ذَلِكَ وِزْرٌ".
فسُئل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الحُمُر، فَقَالَ:
"مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الْفَاذَّةَ
الْجَامِعَةَ: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah,
telah menceritakan kepadaku Malik, dari Zaid ibnu Aslam, dari Abu Saleh
As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kuda itu
bagi tiga macam orang lelaki; yaitu bagi seseorang menghasilkan pahala, dan bagi
seseorang yang lain menjadi penutup; dan bagi seorang yang lainnya lagi
menghasilkan dosa. Adapun orang yang mendapatkan pahala dari kudanya ialah
seorang lelaki yang menambatkan kudanya dijalan Allah, lalu kuda itu diikat di
padang rumput atau di taman. Maka apa yang dimakannya sepanjang tali
penambatnya di padang rumput atau taman itu akan menjadi pahala kebaikan bagi
pemiliknya. Dan sekiranya kudanya itu memutuskan tali penambatnya, lalu berlari
sejauh satu syaraf atau dua syaraf, maka semua jejaknya dan tahi kotoran yang
dikeluarkannya menjadi pahala kebaikan bagi pemiliknya. Dan sekiranya kudanya
itu melalui sebuah sungai (mata air), lalu minum air darinya, padahal pemiliknya
tidak menginginkan kudanya itu minum, maka hal itu akan menjadi pahala baginya.
Dan semuanya itu akan membawa pahala bagi lelaki yang memilikinya. Dan seorang
lelaki yang menambatkannya dengan niat untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan
menjaga kehormatannya (agar tidak minta tumpangan dari orang lain), sedangkan ia
tidak melupakan hak Allah yang ada pada leher kudanya dan tidak pula pada
punggungnya, maka kudanya itu menjadi penutup baginya. Dan seorang lelaki yang
menambatkannya karena berbangga diri, pamer, dan ingin terkenal, maka kudanya
itu akan membawa dosa baginya. Lalu Rasulullah Saw. Ditanya tentang
keledai, maka beliau Saw. menjawab bahwa Allah Swt. tidak menurunkan sesuatu pun
mengenainya kecuali hanya ayat yang tegas lagi mencakup ini, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah:
7-8)
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Zaid ibnu Aslam dengan sanad yang
sama.
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا جَرِيرُ بْنُ
حَازِمٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، عَنْ صَعْصَعَةَ بْنِ مُعَاوِيَةَ -عَمِّ
الْفَرَزْدَقِ-: أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَرَأَ عَلَيْهِ: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} قَالَ: حَسْبِي! لَا أُبَالِي أَلَّا
أَسْمَعَ غَيْرَهَا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan, dari Sa'sa'ah ibnu Mu'awiyah pamannya Farazdaq, bahwa ia datang
menghadap kepada Nabi Saw., maka beliau Saw. membacakan kepadanya firman Allah
Swt.-: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
(Az-Zalzalah: 7-8) Lalu ia berkata, "Sudah cukup bagiku ayat ini, aku tidak
peduli bila tidak mendengarkan yang lainnya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir, dari
Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yunus Al-Mu-addib, dari ayahnya, dari Jarir ibnu
Hazim, dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada
kami Sa'sa'ah pamannya Farazdaq, kemudian disebutkan hal yang semisal.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan bahwa telah diriwayatkan dari Adiy
secara marfu':
"اتَّقُوا
النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، وَلَوْ بِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ"
Hindarilah neraka, sekalipun dengan (menyedekahkan) separo buah kurma, dan
sekalipun dengan kalimat yang baik.
Juga dari Adiy disebutkan di dalam kitab sahih:
«لَا
تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي
إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ
مُنْبَسِطٌ»
Jangan sekali-kali kamu meremehkan sesuatu pun dari kebajikan, sekalipun
dalam bentuk engkau menuangkan sebagian air dari timbamu ke wadah orang yang
meminta minum, dan sekalipun dalam rupa engkau sambut saudaramu dengan wajah
yang berseri-seri.
Di dalam hadis sahih disebutkan pula:
«يا
معشر نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ
شَاةٍ»
Hai kaum wanita yang beriman, jangan sekali-kali seseorang meremehkan
tetangganya sekalipun dengan mengirimkan kikil kambing.
Di dalam hadis yang lain disebutkan:
«رُدُّوا
السَّائِلَ وَلَوْ بِظِلْفٍ مُحَرَّقٍ»
Berikanlah kepada peminta-minta sekalipun berupa kikil yang
dibakar.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ،
حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ
عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَا
عَائِشَةُ، اسْتَتِرِي مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنَّهَا تَسُدُّ
مِنَ الْجَائِعِ مَسَدَّهَا مِنَ الشَّبْعَانِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid, dari Al-Mutttalib
ibnu Abdullah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai
Aisyah, lindungilah dirimu dari api neraka, sekalipun dengan menyedekahkan
separo biji kurma, karena sesungguhnya separo biji kurma dapat mengisi perut
orang yang lapar sebagaimana ia pun dapat mengisi perut orang yang
kenyang.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
Telah diriwayatkan pula dari Aisyah, bahwa ia pernah menyedekahkan sebiji
buah anggur, lalu berkata, "Berapa banyak sebiji buah anggur itu mengandung
zarrah."
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، سَمِعْتُ
عَامِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ: حَدَّثَنِي
عَوْفُ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ الطُّفَيْلِ: أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "يَا عَائِشَةُ،
إِيَّاكِ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ
طَالِبًا".
Dan Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Muslim, bahwa ia pernah mendengar Amir ibnu
Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Auf ibnul
Haris ibnut Tufail, bahwa Aisyah pernah menceritakan kepadanya bahwa "Nabi Saw.
telah bersabda kepadanya: Hai Aisyah, jauhilah dosa-dosa kecil yang remeh,
karena sesungguhnya kelak Allah akan menuntutnya.
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu
Muslim ibnu Banik dengan sanad yang sama.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو الْخَطَّابِ الْحَسَّانِيُّ، حَدَّثَنَا
الْهَيْثَمُ بْنُ الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا سِمَاكُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ أَيُّوبُ،
عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأْكُلُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ} فَرَفَعَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي
أُجزى بِمَا عملتُ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ مِنْ شَرٍّ؟ فَقَالَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ،
مَا رَأَيْتَ فِي الدُّنْيَا مِمَّا تَكْرَهُ فَبِمَثَاقِيلِ ذَرِّ الشَّرِّ
وَيَدَّخِرُ اللَّهُ لَكَ مَثَاقِيلَ ذَر الْخَيْرِ حَتَّى تُوفَاه يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abul Khattab Al-Hassani,
telah menceritakan kepada kami Al-Haisam ibnur Rabi', telah menceritakan kepada
kami Sammak ibnu Atiyyah, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Anas yang telah
menceritakan bahwa Abu Bakar sedang makan bersama Nabi Saw., lalu turunlah
firman Allah Swt. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
(Az-Zalzalah: 7-8) Maka Abu Bakar menghentikan tangannya dan bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah benar aku akan dibalas karena melakukan perbuatan buruk
walaupun hanya sebesar zarrah?" Rasulullah Saw. menjawab: Hai Abu Bakar, apa
saja yang kamu alami di dunia ini yang tidak kamu senangi, maka itu disebabkan
beban keburukan yang sekecil-kecilnya, tetapi Allah telah menyediakan bagimu
pahala kebaikan yang sama hingga engkau menjumpainya kelak di hari
kiamat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini dari ayahnya alias Abul Khattab dengan
sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan
kepada kami Ayyub yang mengatakan di dalam kitab Abu Qilabah, dari Abu Idris,
bahwa Abu Bakar makan bersama Nabi Saw., selanjutnya disebutkan hal yang semisal
dengan hadis di atas. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula dari Ya'qub, dari
Ibnu Aliyyah, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, bahwa Abu Bakar r.a. dan selanjutnya
disebutkan hal yang sama.
Jalur lain.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابن وهب،
أخبرني حُيَي ابن عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ:
{إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا} وَأَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَاعِدٌ، فَبَكَى حِينَ أُنْزِلَتْ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا يُبْكِيكَ يَا أَبَا بَكْرٍ؟ ". قَالَ:
يُبْكِينِي هَذِهِ السُّورَةُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْلَا أَنَّكُمْ تُخْطِئُونَ وَتُذْنِبُونَ، فَيَغْفِرَ
اللَّهُ لَكُمْ، لَخَلَقَ اللَّهُ أُمَّةً يُخْطِئُونَ وَيُذْنِبُونَ فَيَغْفِرَ
لَهُمْ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Huyay ibnu
Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa
ia telah mengatakan ketika diturunkan firman-Nya: Apabila bumi diguncangkan
dengan guncangannya (yang dahsyat). (Az-Zalzalah: 1) Saat ibnu Abu Bakar
As-Siddiq sedang duduk, lalu ia menangis, maka Rasulullah Saw. bertanya
kepadanya, "Apakah yang menyebabkan engkau menangis, hai Abu Bakar?" Maka Abu
Bakar menjawab, "Surat inilah yang membuatku menangis." Rasulullah Saw.
bersabda: Seandainya kalian tidak pernah berbuat kesalahan dan dosa hingga
Allah tidak perlu memberikan ampunan bagi kalian, tentulah Dia akan menciptakan
umat yang berbuat kesalahan dan melakukan perbuatan dosa, lalu Dia memberikan
ampunan bagi mereka.
Hadis lain.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ [مُحَمَّدِ بْنِ] الْمُغِيرَةِ -الْمَعْرُوفُ بِعَلَّانَ الْمِصْرِيِّ-قَالَا
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ الحرَّاني، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، أَخْبَرَنِي
هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: لَمَّا أُنْزِلَتْ: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَرَاءٍ عَمَلِيَ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قُلْتُ: تِلْكَ
الْكِبَارُ الْكِبَارُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قُلْتُ: الصِّغَارُ الصِّغَارُ؟ قَالَ:
"نَعَمْ". قُلْتُ: واثُكلَ أُمي. قَالَ: "أَبْشِرْ يَا أَبَا سَعِيدٍ؛ فَإِنَّ
الْحَسَنَةَ بعشر أمثالها -يعني إلى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ -وَيُضَاعِفُ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا أَوْ
يَغْفِرُ اللَّهُ، وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ". قُلْتُ: وَلَا
أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ: "وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ
اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ" قَالَ أَبُو زُرْعَة: لَمْ يَرْوِ هَذَا غَيْرُ ابْنِ
لَهِيعة.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah dan Ali
ibnu Abdur Rahman ibnul Mugirah yang dikenal dengan julukan Allan Al-Masri,
keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Khalid
Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan
kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu
Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa ketika firman Allah diturunkan, yaitu:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8)
Maka aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah sungguh aku akan melihat semua amal
perbuatanku?'" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Aku bertanya lagi, "Semua yang
besar-besar." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Aku bertanya lagi, "Dan semua yang
kecil-kecil?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Aku berkata, "Aduhai, celakalah
diriku." Rasulullah Saw. bersabda: Bergembiralah, hai Abu Sa'id, karena
sesungguhnya kebaikan itu diberi imbalan sepuluh kali lipatnya —yakni sampai
tujuh ratus kali lipat— dan Allah melipatgandakan (pahala-Nya) bagi siapa yang
dikehendaki-Nya, sedangkan keburukan itu hanya dibalas dengan hal yang semisal,
atau Allah memaafkan; tiada seorang pun dari kalian yang selamat karena amal
perbuatannya. Aku bertanya, "Dan juga termasuk engkau, wahai
Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab: Dan tidakpula diriku, terkecuali bila
Allah melimpahkan rahmat kepadaku dari sisi-Nya.
Abu Zar'ah mengatakan bahwa tiada seorang pun yang meriwayatkan ini selain
dari Ibnu Lahi'ah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa'id
ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8) Demikian itu ketika diturunkan
ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Al-Insan: 8) Maka
kaum muslim berpandangan bahwa mereka tidak akan mendapat imbalan pahala dari
sesuatu yang sedikit jumlahnya bila mereka menyedekahkannya. Maka bilamana
datang kepada pintu rumah-rumah mereka orang miskin yang meminta-minta, mereka
merasa keberatan untuk memberinya sebiji buah kurma atau sepotong roti atau
sesuap makanan dan lain sebagainya yang tiada artinya, pada akhirnya mereka
menolak orang miskin itu seraya berkata dalam diri mereka, "Ini bukan berarti
apa-apa, sesungguhnya kami hanya diberi pahala karena menyedekahkan apa yang
kami sukai."
Sedangkan kaum muslim lainnya ada yang mempunyai pemandangan bahwa diri
mereka tidak dicela karena melakukan perbuatan dosa kecil, seperti dusta,
memandang wanita lain, mengumpat, dan lain sebagainya yang serupa. Mereka
menganggap bahwa Allah Swt. hanya mengancam dengan neraka bagi para pelaku dosa
besar.
Maka Allah memacu semangat mereka untuk mengerjakan kebaikan sekalipun
sedikit, karena sesungguhnya amal kebaikan yang sedikit itu lama-kelamaan akan
menjadi banyak. Sekaligus Allah memperingatkan mereka terhadap perbuatan jahat
walaupun kecil, karena sesungguhnya kejahatan yang sedikit itu lama-kelamaan
akan menjadi besar. Oleh karena itulah maka turunlah firman Allah Swt.:
Barang siapa yang mengerjakan barang seberat zarrah. (Az-Zalzalah: 7)
Zarrah artinya semut yang terkecil, yakni seberat semut kecil. dari kebaikan,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah:8) Yakni dalam buku
catatan amal perbuatannya, dan dimudahkan baginya dalam hal tersebut.
Disebutkan bahwa dicatatkan bagi setiap orang yang bertakwa dan orang yang
durhaka untuk setiap keburukan satu amal keburukan, dan untuk setiap amal
kebaikan dicatat sepuluh amal kebaikan yang semisal.
Apabila hari kiamat tiba, maka Allah memperlipatgandakan kebaikan-kebaikan
orang-orang mukmin, untuk setiap kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh
kali lipat dan dihapuskan darinya karena tiap satu kebaikan sebanyak sepuluh
keburukannya. Maka barang siapa yang kebaikan-kebaikannya melebihi
keburukan-keburukannya, walaupun hanya beda seberat zarrah, niscaya ia masuk
surga.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عِمْرَانُ،
عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ، عَنْ أَبِي عِيَاضٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مَسْعُودٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ
حَتَّى يُهْلِكْنَهُ"
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu
Daid, telah menceritakan kepada karhi Imran, dari Qatadah, dari Abdu Rabbihi,
dari Abu Iyad, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Hindarilah oleh kalian dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya
dosa-dosa kecil itu bila menumpuk pada diri seseorang, niscaya akan
membinasakannya.
Dan sesungguhnya Rasulullah Saw. telah membuat suatu perumpamaan bagi
dosa-dosa kecil yang terkumpulkan ini dengan suatu kaum yang turun beristirahat
di suatu tanah lapang, lalu para juru masak mereka datang, dan masing-masing
orang dari mereka pergi dan datang dengan membawa sepotong kayu bakar, hingga
pada akhirnya terkumpulkanlah setumpuk kayu yang banyak jumlahnya. Lalu mereka
menyalakan api dan membuat masak semua makanan yang dilemparkan ke dalamnya.
Demikianlah akhir tafsir surat
Az-Zalzalah, segala puji bagi Allah Swt. atas semua karunia-Nya.