Tafsir Surat Ar-Rahman, ayat 54-61
{مُتَّكِئِينَ
عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ (54)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (55) فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ
يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ (56) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا
تُكَذِّبَانِ (57) كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (58) فَبِأَيِّ آلاءِ
رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (59) هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ (60)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (61) }
Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah
dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan
menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh
jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan
bidadari itu permata yaqut dan marjan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan? Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Firman Allah Swt.:
{مُتَّكِئِينَ}
Mereka bertelekan. (Ar-Rahman: 54)
Yakni penghuni surga. Yang dimaksud dengan ittika' ialah duduk
bersandar, pendapat yang lain menyebutkan duduk bersila.
{عَلَى
فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ}
di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman:
54)
Istabraq adalah kain sutra yang tebal, menurut Ikrimah, Ad-Dahhak, dan
Qatadah. Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa istabraq adalah kain sutra
yang dihias dengan benang emas, di sini ditonjolkan kemuliaan bagian luarnya
dengan menyebutkan kemuliaan bagian dalamnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan
bahwa bagian dalamnya saja sudah sedemikian mewah dan indahnya, terlebih lagi
bagian luarnya.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Hubairah ibnu Maryam, dari Abdullah ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa yang disebutkan adalah bagian dalamnya, maka
terlebih lagi jika kalian melihat bagian luarnya.
Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa bagian dalamnya terbuat dari kain sutra
yang tebal, sedangkan bagian luarnya adalah dari cahaya.
Sufyan As-Sauri atau Syarik mengatakan bahwa bagian dalamnya dari kain sutra
yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari cahaya yang dibekukan.
Al-Qasim ibnu Muhammad telah mengatakan bahwa bagian dalamnya dari sutra yang
tebal, sedangkan bagian luarnya dari rahmat.
Ibnu Syauzab telah meriwayatkan dari Abu Abdullah Asy-Syami, bahwa Allah Swt.
menyebutkan bagian dalam permadani itu saja, tidak menyebutkan sifat bagian
luarnya, karena bagian luarnya tertutup oleh penutup dan tidak ada yang
mengetahuinya selain dari Allah Swt. Semua pendapat di atas diketengahkan oleh
Ibnu Abu Hatim.
{وَجَنَى
الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ}
Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
(Ar-Rahman: 54)
Yakni buah-buahannya dekat kepada mereka (ahli surga), kapan pun dan dalam
keadaan bagaimanapun bila mereka menghendakinya dapat memetiknya dengan mudah.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُطُوفُهَا
دَانِيَةٌ}
Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)
Dan firman Allah Swt.:
{وَدَانِيَةً
عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا}
Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan
buahnya dimudahkan memetiknyasemudah-mudahnya. (Al-Insan: 14)
Yaitu tidak menolak dari orang yang mau memetiknya, bahkan dengan sendirinya
buah itu turun sendiri kepadanya dengan tangkainya.
{فَبِأَيِّ
آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman:
55)
Setelah menyebutkan tentang hamparan permadani ahli surga yang sangat besar
itu, lalu disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فِيهِنَّ}
Di dalam surga itu. (Ar-Rahman: 56)
Yakni di atas hamparan permadani itu.
{قَاصِرَاتُ
الطَّرْفِ}
ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. (Ar-Rahman:
56)
Yaitu selalu menundukkan pandangannya kepada selain suami mereka dan tidak
ada sesuatu pun yang mereka lihat di dalam surga itu yang lebih menawan bagi
mereka selain dari suami-suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Qatadah,
Ata Al-Khurrasani, dan Ibnu Zaid.
Menurut suatu riwayat, seseorang dari bidadari-bidadari itu berkata kepada
suaminya, "Demi Allah, aku belum pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah dan
lebih tampan selain dari engkau, dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang
lebih kucintai selain dari engkau. Maka segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan dirimu untukku dan menjadikan diriku untukmu."
{لَمْ
يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ}
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni
surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman:
56)
Bahkan mereka tetap dalam keadaan perawan dan berusia muda setara dengan
suami mereka. Tiada seorang pun yang menyentuh mereka sebelum suami mereka, baik
dari kalangan manusia maupun jin.
Ayat ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa jin yang mukmin masuk
surga.
Artah ibnul Munzir mengatakan bahwa Damrah ibnu Habib pernah ditanya, "Apakah
jin yang mukmin masuk surga?" Maka ia menjawab.”Ya, dan bahkan mereka kawin;
bagi jin laki-laki ada istrinya dari jin perempuan, sebagaimana manusia
laki-laki kawin dengan manusia perempuan." Damrah ibnu Habib melanjutkan, bahwa
demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: tidak pernah disentuh oleh manusia
sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan
tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Ar-Rahman: 56-57)
*******************
Kemudian Allah Swt. menggambarkan ciri khas bidadari-bidadari itu kepada
calon suami-suami mereka, melalui firman-Nya:
{كَأَنَّهُنَّ
الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ}
Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58)
Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid serta selain mereka mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah sejernih yaqut dan seputih marjan, dan yang dimaksud dengan
marjan di sini adalah mutiara.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ،
حَدَّثَنَا عُبِيدة بْنُ حُمَيْد، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
مَيْمُونٍ الْأَوْدِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ ليُرى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِينَ حُلَّةً مِنَ
الْحَرِيرِ، حَتَّى يُرَى مُخُّهَا، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ:
{كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ} ، فَأَمَّا الْيَاقُوتُ فَإِنَّهُ
حَجَرٌ لَوْ أَدْخَلْتَ فِيهِ سِلْكًا ثُمَّ اسْتَصْفَيْتَهُ لَرَأَيْتَهُ مِنْ
وَرَائِهِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Hatim, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Humaid, dari Ata ibnus Sa'ib,
dari Amr ibnu Maimun Al-Audi, dari Abdullah ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Sesungguhnya seorang wanita dari kalangan istri ahli surga
benar-benar betisnya yang putih dapat terlihat dari balik tujuh puluh lapis
pakaian sutra (yang dikenakannya), hingga tulang sumsumnya dapat
terlihat. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya: Seakan-akan
bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58) Yaqut adalah batu
permata yang seandainya engkau masukkan ke dalamnya seutas benang dan engkau
bersihkan batu permata itu, niscaya engkau dapat melihat benang itu.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Ubaidah
ibnu Humaid dan Abul Ahwas, dari Ata ibnus Sa-ib dengan sanad yang sama. Imam
Turmuzi telah meriwayatkannya pula secara mauquf, kemudian ia mengatakan
bahwa riwayat yang mauquf inilah yang paling sahih.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ،
أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِين، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُونَ
حُلَّةً، يُرى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami
Anas, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Bagi seorang lelaki ahli surga ada dua orang istri dari kalangan
bidadari yang bermata jeli, yang masing-masing darinya mengenakan tujuh puluh
perhiasan (pakaian); tulang sumsum betisnya kelihatan dari balik
pakaian-pakaian (yang dikenakannya).
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.
وَقَدْ
رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُلَيَّة، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ: إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَكَّرُوا،
الرِّجَالُ أَكْثَرُ فِي الْجَنَّةِ أَمِ النِّسَاءُ؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أو
لم يَقُلْ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ
زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ،
وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أضْوَأ كَوْكَبٍ دُرّي فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ
مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ،
وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ"
Imam Muslim telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub,
dari Muhammad Ibnu Sirin yang mengatakan bahwa barangkali mereka (para tabi'in)
merasa berbangga diri atau saling mengingatkan, timbul pertanyaan dari mereka,
"Kaum lelakikah yang paling banyak menghuni surga ataukah kaum wanita?" Maka Abu
Hurairah r.a. menjawab, bahwa bukankah Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad Saw.)
pernah bersabda: Sesungguhnya rombongan yang pertama masuk surga rupa mereka
seperti rembulan di malam purnama, dan rombongan yang berikutnya seperti bintang
yang bercahaya cemerlang di langit. Bagi masing-masing dari mereka ada dua orang
istri, yang tulang sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya, dan
tidak ada seorang pun yang melajang di dalam surga.
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Hammam ibnu
Munabbih dan Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
طَلْحَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ
مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ -أَوْ مَوْضِعُ
قَيْدِهِ -يَعْنِي: سَوْطَهُ-مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا،
وَلَوِ اطَّلَعَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ
لَمَلَأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيحًا، وَلَطَابَ مَا بَيْنَهُمَا، ولنَصِيفها عَلَى
رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnuTalhah, dari Humaid, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang
hari di jalan Allah adalah lebih baik (pahalanya) daripada dunia dan
seisinya. Dan sesungguhnya tempat sebesar busur panah seseorang di antara kalian
atau tempat cemetinya di dalam surga adalah lebih baik daripada dunia dan
seisinya. Dan sekiranya seorang wanita dari kalangan penghuni surga muncul di
bumi ini, niscaya aromanya benar-benar akan memenuhi kawasan di antara keduanya
(surga dan bumi), dan niscaya akan menjadi harumlah semua yang ada di
antara keduanya. Dan sesungguhnya kain kerudung yang dikenakan di kepalanya jauh
lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ishaq, dari Humaid, dari Anas
dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{هَلْ
جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman:
60)
Yakni tiadalah balasan orang yang berbuat kebaikan di dunia, melainkan akan
memperoleh kebaikan pula di akhiratnya. Seperti juga yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ}
Bagi orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. (Yunus: 26)
قَالَ
الْبَغَوِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ الشَّريحِي، حَدَّثَنَا أبو إسحاق
الثعلبي، أخبرني ابن فَنجُوَيه، حدثنا ابْنُ شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ بَهْرَام، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ المُكْتَب،
حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ الْحُسَيْنِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيّ، عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ} ، قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ مَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "يَقُولُ هَلْ جَزَاءُ
مَا أَنْعَمْتُ عَلَيْهِ بِالتَّوْحِيدِ إِلَّا الْجَنَّةُ"
Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Asy-Syuraihi,
telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq As'-Sa'labi, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Fanjawih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami lshaq ibnu Ibrahim ibnu Bahram, telah menceritakan
kepada kami Al-Hajjaj ibnu Yusuf Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Bisyr
ibnul Husain, dari Az-Zubair ibnu Addi, dari Anas ibnir Malik yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah
kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?" Mereka (para sahabat)
menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Maka beliau Saw. bersabda:
Allah Swt. berfirman, "Tiadalah balasan bagi orang yang telah Kuberikan
nikmat tauhid kepadanya selain dari surga.”
Mengingat hal yang telah disebutkan di atas merupakan nikmat-nikmat yang
besar yang tidak sebanding dengan amal apa pun, bahkan itu merupakan kemurahan
dan karunia dari-Nya belaka. Maka dalam firman berikutnya disebutkan:
{فَبِأَيِّ
آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman:
61)
Dan hadis yang berkaitan dengan firman-Nya:
{وَلِمَنْ
خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ}
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(Ar-Rahman: 46)
ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Bagawi melalui
hadis Abun Nadr ibnu Hasyim ibnul Qasim, dari Abu Aqil As'-Saqafi, dari Abu
Farwah alias Yazid ibnu Sinan Ar-Rahawi, dari Bakr ibnu Fairuz, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ
غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ".
Barang siapa yang takut (kepada Tuhannya), maka ia bangun di
penghujung malamnya. Dan barang siapa yang (salat) di penghujung
malamnya, maka ia akan sampai kepada kedudukan (yang terpuji). Ingatlah,
bahwa dagangan Allah itu mahal. Ingatlah, dagangan Allah itu adalah
surga.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak
mengenalnya kecuali melalui hadis Abun Nadr.
Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Hujr, dari Ismail ibnu
Ja'far, dari Muhammad ibnu Abu Harmalah maula Huwaitib ibnu Abdul Uzza, dari Ata
ibnu Yasar, dari Abu Darda, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
mengutarakan suatu kisah di atas mimbarnya dan membaca firman-Nya: Dan bagi
orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)
Maka aku (Abu Darda) bertanya, "Sekalipun dia telah berzina dan mencuri, wahai
Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab hanya dengan membaca firman-Nya: Dan
bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(Ar-Rahman: 46) Aku bertanya lagi untuk kedua kalinya, "Wahai Rasulullah,
apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Rasulullah Saw. kembali
membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya
ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku bertanya untuk ketiga kalinya,
"Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?"
Rasulullah Saw. baru menjawab': Sekalipun hidung Abu Darda terputus.