Tafsir Surat Al-Waqi'ah, ayat 13-26
{ثُلَّةٌ
مِنَ الأوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ (14) عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ
(15) مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ (16) يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ
مُخَلَّدُونَ (17) بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (18) لا
يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ (19) وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ (20)
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (21) وَحُورٌ عِينٌ (22) كَأَمْثَالِ
اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (23) جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) لَا
يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا (25) إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا (26)
}
Segolongan besar dari orang-orang yang
terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di
atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya
berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan
membawa gelas, cerek, dan sloki (piala)
berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening
karena meminumnya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka
pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga
itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan
baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan". Mereka tidak
mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang
menimbulkan dosa tetapi mereka mendengar ucapan salam.
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang paling dahulu
yang didekatkan kepada Allah, bahwa mereka:
{مِنَ
الأوَّلِينَ. وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ}
Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari
orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14)"
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud oleh
firman-Nya,' "Al-awwalin" dan "Al-akhirin." Menurut suatu
pendapat, yang dimaksud dengan yang pertama ialah umat-umat terdahulu, sedangkan
yang terakhir adalah umat ini (umat Nabi Saw.). Ini dikatakan oleh Mujahid dan
Al-Hasan Al-Basri menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dan
pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dengan alasan ada sabda Rasulullah
Saw. yang mengatakan:
"نَحْنُ
الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang paling dahulu kelak di hari
kiamat.
Tetapi tidak ada seorang pun yang meriwayatkannya selain dia dan tiada
seorang pun yang menisbatkannya kepada seseorang (selain dia). Dan di antara
alasan lain bagi pendapat ini ialah adanya hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Muhammad ibnu Abu Hatim, dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa Ibnu Tabba", telah
menceritakan kepada kami Syarik ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu
firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan
kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14) Maka hal ini
terasa berat bagi sahabat-sahabat Nabi Saw., lalu turunlah firman-Nya: (yaitu)
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula
dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Lalu Nabi Saw.
bersabda:
إِنِّي
لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ،
بَلْ أَنْتُمْ نِصْفُ أَهْلِ الْجَنَّةِ -أَوْ: شَطْرُ أَهْلِ
الْجَنَّةِ-وَتُقَاسِمُونَهُمُ النِّصْفَ الثَّانِي
Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga,
sepertiga penduduk surga, bahkan kalian adalah setengah atau separo penduduk
surga, sedangkan yang separo lainnya diperebutkan oleh mereka.
Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Aswad ibnu Amir, dari Syarik, dari
Muhammad ibnu Bayya' Al-Mala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan
hal yang semisal dengan hadis di atas.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui hadis Jabir dengan lafaz yang
semisal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkannya melalui Hisyam ibnu Imarah, telah
menceritakan kepada kami Abdu Rabbihi ibnu Saleh, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari
Jabir ibnu Abdullah, dari Nabi Saw. Disebutkan bahwa ketika diturunkan surat
Al-Waqi'ah yang di dalamnya disebutkan, "Segolongan besar dari orang-orang
terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian," maka Umar
berkata, "Wahai Rasulullah, itu berarti segolongan besar dari orang-orang yang
terdahulu dan segolongan kecil dari kalangan kita." Maka Rasulullah Saw. diam
dari wahyu terhenti selama satu tahun, kemudian turunlah firman-Nya: (yaitu)
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar
dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40); Maka Rasulullah Saw.
bersabda:
"يَا
عُمَرُ، تَعَالَ فَاسْمَعْ مَا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ.
وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} ، أَلَا وَإِنَّ مِنْ آدَمَ إليَّ ثُلَّةً، وَأُمَّتِي
ثُلَّةٌ، وَلَنْ نَسْتَكْمِلَ ثُلَّتَنَا حَتَّى نَسْتَعِينَ بِالسُّودَانِ مِنْ
رُعَاةِ الْإِبِلِ، مِمَّنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ".
Hai Umar, kemarilah, dengarkanlah apa yang telah diturunkan oleh Allah,
"(Yaitu) segolongan yang besar dari orang-orang yang terdahulu dan
segolongan yang besar pula dari orang-orang yang kemudian" (Al-Waqi'ah:
39-40). Ingatlah, sesungguhnya dari Adam sampai masaku adalah satu golongan,
dan umatku adalah golongan lainnya. Dan bilangan kita masih belum mencapai dua
pertiga (dari yang dijanjikan) hingga kita meminta bantuan dengan
orang-orang yang berkulit hitam para penggembala unta dari kalangan orang-orang
yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya..
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam
biografi Urwah ibnu Ruwayyim sanad dan matannya, tetapi dalam sanadnya masih ada
hal yang harus diteliti ulang. Hanya saja telah disebutkan melalui berbagai
jalur hadis Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِنِّي
لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ"
Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli
surga.
hingga akhir hadis, dan hadis ini merupakan hadis tunggal dalam Bab "Sifatul
Jannah." Dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir dalam hal ini perlu diteliti
ulang—bahkan dinilai lemah—karena umat ini adalah umat yang terbaik didukung
oleh nas Al-Qur'an, sehingga jauh dari kemungkinan bila dikatakan bahwa golongan
muqarribin ada pada selainnya dalam jumlah yang lebih banyak daripada apa yang
ada pada umat ini, terkecuali bila mereka semua digabungkan menjadi satu untuk
mengimbangi umat ini.
Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa muqarribin (orang-orang yang didekatkan
kepada Allah) dari kalangan mereka jauh lebih banyak daripada apa yang ada di
kalangan umat-umat yang lain.
Dalam masalah ini pendapat yang kedualah yang lebih kuat, yaitu yang
mengartikan firman-Nya: segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
(Al-Waqi'ah: 13) Yaitu dari kalangan permulaan umat ini. dan segolongan
yang kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 14) Yakni dari
kalangan generasi selanjutnya dari umat ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Bakar Al-Muzani, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan
membaca Al-Qur'an sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang
yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga).
Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 10-11)
Lalu Al-Hasan mengatakan bahwa adapun orang-orang yang paling dahulu beriman,
maka sesungguhnya mereka telah pergi. Tetapi kita memohon kepada Allah semoga
Dia menjadikan kita termasuk golongan kanan (Ashabul yamin).
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami
As-Sirri ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan
orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk
surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada
dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
(Al-Waqi'ah: 10-13) Lalu ia mengatakan bahwa yang dimaksud ialah segolongan
dari umat ini yang telah pergi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Minqari. telah menceritakan
kepada kami Abu Hilal, dari Muhammad ibnu Sirin, bahwa ia telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang
terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah:
13-14) Bahwa dahulu mereka mengatakan atau berharap semoga semuanya itu dari
kalangan umat ini.
Demikianlah pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Sirin, yaitu bahwa
semuanya dari kalangan umat ini. Dan tidak diragukan lagi bahwa permulaan dari
tiap-tiap umat lebih baik daripada yang terakhirnya. Dengan demikian, berarti
dapat diartikan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semua umat, yang
masing-masing umat menurut persentasinya tersendiri. Karena itulah disebutkan di
dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab-kitab sahih dan lain-lainnya
melalui berbagai jalur, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"خَيْرُ
الْقُرُونِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ"
Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudah
mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka. hingga akhir hadis.
Dan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa telah menceritakan kepada
kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ziad alias Abu Umar, dari
Al-Hasan,dari Ammar ibnu Yasir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"مَثَلُ
أُمَّتِي مَثَلُ الْمَطَرِ، لَا يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ
آخِرُهُ"
Perumpamaan umatku adalah sama dengan hujan, tidak diketahui apakah yang
baik itu permulaan ataukah akhirnya.
Hadis ini setelah diputuskan bahwa sanadnya sahih mengandung makna bahwa
agama ini memerlukan permulaan umat yang berfungsi untuk menyampaikannya kepada
generasi sesudahnya, begitu pula ia memerlukan orang-orang yang menegakkannya di
masa-masa selanjutnya. Yaitu guna meneguhkan manusia agar tetap pada sunnah dan
periwayatannya serta mempertahankan keberadaannya, hanya keutamaan ada pada
generasi pendahulu. Demikian pula tanaman, memerlukan hujan di masa permulaannya
sebagaimana ia pun memerlukan hujan di masa-masa mendatang. Akan tetapi, jasa
yang terbesar adalah bagi hujan yang pertama dan kebutuhan tanaman akan yang
pertama lebih kuat. Karena sesungguhnya seandainya tidak ada hujan yang pertama,
tentulah bumi tidak dapat menumbuhkan tetumbuhannya dan akarnya pun tidak dapat
hidup padanya. Karena itulah maka Nabi Saw. pernah bersabda:
"لَا
تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ".
Ada segolongan dari umatku yang terus-menerus berjuang membela kebenaran,
tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tidak pula
orang-orang yang menentang mereka, sampai hari kiamat terjadi.
Menurut lafaz yang lain disebutkan:
"حَتَّى
يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ"
hingga tibalah saatnya perintah Allah (hari kiamat), sedangkan
mereka dalam keadaan demikian (memperjuangkan perkara yang liak).
Maksud pengutaraan kesemuanya ini adalah untuk menunjukkan bahwa umat ini
adalah umat yang paling mulia di antara semua umat, dan orang-orang yang
didekatkan kepada Allah dari kalangannya jauh lebih banyak jumlahnya daripada
yang lainnya, serta lebih tinggi kedudukannya daripada umat-umat lainnya.
Demikian itu berkat kemuliaan agamanya dan kebesaran nabinya.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dari
Rasulullah Saw. telah disebutkan bahwa beliau Saw. pernah memberitakan bahwa di
kalangan umat ini terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab.
Dan menurut lafaz yang lain, tiap-tiap seribu orang dari mereka membawa tujuh
puluh ribu orang. Menurut lafaz yang lainnya lagi, tiap-tiap orang dari mereka
membawa tujuh puluh ribu orang.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ
مَرْثَدٍ الطَّبَرَانِيُّ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ-حَدَّثَنِي أَبِي،
حَدَّثَنِي ضَمْضَم -يَعْنِي ابْنَ زُرْعَة-عَنْ شُرَيْحٍ -هُوَ ابْنُ
عُبَيْدٍ-عَنْ أَبِي مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُبْعَثَنَّ مِنْكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِثْلَ اللَّيْلِ الْأَسْوَدِ زُمْرَةٌ جَمِيعُهَا يُحِيطُونَ
الْأَرْضَ، تَقُولُ الْمَلَائِكَةُ لَمَا جَاءَ مَعَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرُ مِمَّا جَاءَ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ، عَلَيْهِمُ
السَّلَامُ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Hisyam ibnu Yazid At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku telah menceritakan
kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Ingatlah, demi Tuhan yang
jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya benar-benar akan dibangkitkan
dari kalian kelak di hari kiamat sejumlah orang yang banyaknya seperti malam
yang pekat karena semuanya menutupi bumi ini. Para malaikat merasa kagum melihat
umat yang datang bersama Muhammad Saw. dalam jumlah yang lebih besar daripada
apa yang dibawa oleh para nabi lainnya."
Sehubungan dengan tafsir firman Allah Swt.:
{ثُلَّةٌ
مِنَ الأوَّلِينَ. وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ}
Segolongan besar dari orang- orang yang terdahulu dan segolongan kecil
dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14)
amatlah baik bila diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz
Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dala'ilun Nubuwwah:
أَخْبَرَنَا
أَبُو نَصْرٍ بْنُ قَتَادَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرٍو بن مطر، حدثنا جعفر -[هو]
بن مُحَمَّدِ بْنِ الْمُسْتَفَاضِ الْفِرْيَابِيُّ -حَدَّثَنِي أَبُو وَهْبٍ الوليد
بن عبد الْمَلِكِ
بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مُسَرِّح الحرَّاني، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
عَطَاءٍ الْقُرَشِيُّ الْحَرَّانِيُّ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
الْجُهَنِيِّ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي مَشْجَعة بْنِ رِبْعِي، عَنْ ابْنِ زَمْل
الْجُهَنِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم إذا صَلَّى الصُّبْحَ قَالَ، وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَهُ: "سُبْحَانَ
اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ. أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ تَوَّابًا"
سَبْعِينَ مَرَّةً، ثُمَّ يَقُولُ: "سَبْعِينَ بِسَبْعِمِائَةٍ، لَا خَيْرَ لِمَنْ
كَانَتْ ذُنُوبُهُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِمِائَةٍ". ثُمَّ يَقُولُ
ذَلِكَ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ النَّاسَ بِوَجْهِهِ، وَكَانَ يُعْجِبُهُ
الرُّؤْيَا، ثُمَّ يَقُولُ: "هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ شَيْئًا؟ " قَالَ ابْنُ
زَمْلٍ: فَقُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "خَيْرٌ تَلْقَاهُ، وَشَرٌّ
تُوَقَّاهُ، وَخَيْرٌ لَنَا، وَشَرٌّ عَلَى أَعْدَائِنَا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ. اقْصُصْ رُؤْيَاكَ". فَقُلْتُ: رَأَيْتُ جَمِيعَ الناس على
طريق رحب سهل لا حب، وَالنَّاسُ عَلَى الْجَادَّةِ مُنْطَلِقِينَ، فَبَيْنَمَا هُمْ
كَذَلِكَ، إِذْ أَشَفَى ذَلِكَ الطَّرِيقُ عَلَى مَرْجٍ لَمْ تَرَ عَيْنِي
مِثْلَهُ، يَرِفُّ رَفِيفًا يَقْطُرُ مَاؤُهُ، فِيهِ مِنْ أَنْوَاعِ الْكَلَأِ
قَالَ: وَكَأَنِّي بِالرَّعْلَةِ الْأَوْلَى حِينَ أَشَفَوْا عَلَى الْمَرْجِ
كَبَّرُوا، ثُمَّ أَكَبُّوا رَوَاحِلَهُمْ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمْ يَظْلِمُوهُ
يَمِينًا وَلَا شِمَالًا. قَالَ: فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ مُنْطَلِقِينَ.
ثُمَّ جَاءَتِ الرَّعْلَةُ الثَّانِيَةُ وَهُمْ أَكْثَرُ مِنْهُمْ أَضْعَافًا،
فَلَمَّا أَشَفَوْا عَلَى الْمَرْجِ كَبَّرُوا، ثُمَّ أَكَبُّوا رَوَاحِلَهُمْ فِي
الطَّرِيقِ، فَمِنْهُمُ الْمُرْتِعُ، وَمِنْهُمُ الْآخِذُ الضِّغْثَ. وَمَضَوْا
عَلَى ذَلِكَ. قَالَ: ثُمَّ قَدِمَ عِظَمُ النَّاسِ، فَلَمَّا أَشَفَوْا عَلَى
الْمَرْجِ كَبَّرُوا وَقَالُوا: (هَذَا خَيْرُ الْمَنْزِلِ) . كَأَنِّي أَنْظُرُ
إِلَيْهِمْ يَمِيلُونَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ، لَزِمْتُ
الطَّرِيقَ حَتَّى آتِيَ أَقْصَى الْمَرْجِ، فَإِذَا أَنَا بِكَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ عَلَى مِنْبَرٍ فِيهِ سَبْعُ دَرَجَاتٍ وَأَنْتَ فِي أَعْلَاهَا دَرَجَةً،
وَإِذَا عَنْ يَمِينِكَ رَجُلٌ آدَمُ شَثْلٌ أَقْنَى، إِذَا هُوَ تَكَلَّمَ يَسْمُو
فَيَفْرَعُ الرِّجَالَ طُولًا وَإِذَا عَنْ يَسَارِكَ رَجُلٌ رَبْعَةٌ بَاذٌّ
كَثِيرُ خِيلَانِ الْوَجْهِ، كَأَنَّمَا حُمِّمَ شَعْرُهُ بِالْمَاءِ، إِذَا هُوَ
تَكَلَّمَ أَصْغَيْتُمْ إِكْرَامًا لَهُ. وَإِذَا أَمَامَ ذَلِكَ رَجُلٌ شَيْخٌ
أَشْبَهُ النَّاسِ بِكَ خَلْقًا وَوَجْهًا، كُلُّكُمْ تَؤُمُّونَهُ تُرِيدُونَهُ،
وَإِذَا أَمَامَ ذَلِكَ نَاقَةٌ عَجْفَاءُ شَارِفٌ، وَإِذَا أَنْتَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ كَأَنَّكَ تَبْعَثُهَا. قَالَ: فَامْتَقَعَ لَوْنُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاعَةً ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا مَا رَأَيْتَ مِنَ الطَّرِيقِ السهل
الرحب اللا حب، فَذَاكَ مَا حُمِلْتُمْ عَلَيْهِ مِنَ الْهُدَى وَأَنْتُمْ
عَلَيْهِ. وَأَمَّا الْمَرْجُ الَّذِي رَأَيْتَ، فَالدُّنْيَا مَضَيْتُ أَنَا
وَأَصْحَابِي لَمْ نَتَعَلَّقْ مِنْهَا بِشَيْءٍ، وَلَمْ تَتَعَلَّقْ مِنَّا،
وَلَمْ نُرِدْهَا وَلَمْ تُرِدْنَا. ثُمَّ جَاءَتِ الرَّعْلَةُ
الثَّانِيَةُ مِنْ بَعْدِنَا وَهُمْ أَكْثَرُ مِنَّا أَضْعَافًا، فَمِنْهُمُ
الْمُرْتِعُ، وَمِنْهُمُ الْآخِذُ الضِّغْثَ، وَنَجَوْا عَلَى ذَلِكَ. ثُمَّ جَاءَ
عِظَمُ النَّاسِ، فَمَالُوا فِي الْمَرْجِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَإِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. وَأَمَّا أَنْتَ، فَمَضَيْتَ عَلَى طَرِيقَةٍ
صَالِحَةٍ، فَلَنْ تَزَالَ عَلَيْهَا حَتَّى تَلْقَانِي. وَأَمَّا الْمِنْبَرُ
الَّذِي رَأَيْتَ فِيهِ سَبْعَ دَرَجَاتٍ وَأَنَا فِي أَعْلَاهَا دَرَجَةً،
فَالدُّنْيَا سَبْعَةُ آلَافِ سَنَةٍ، أَنَا فِي آخِرِهَا أَلْفًا. وَأَمَّا
الرَّجُلُ الَّذِي رَأَيْتَ عَلَى يَمِينِي الْآدَمُ الشَّثْلُ، فَذَلِكَ مُوسَى،
عَلَيْهِ السَّلَامُ، إِذَا تَكَلَّمَ، يَعْلُو الرِّجَالِ بِفَضْلِ كَلَامِ
اللَّهِ إِيَّاهُ. وَالَّذِي رَأَيْتَ عَنْ يَسَارِي الْبَازُّ الرِّبْعَةُ
الْكَثِيرُ خِيلَانِ الْوَجْهِ، كَأَنَّمَا حُمِّمَ شَعْرُهُ بِالْمَاءِ، فَذَلِكَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، نُكْرِمُهُ لِإِكْرَامِ اللَّهِ إِيَّاهُ. وَأَمَّا
الشَّيْخُ الَّذِي رَأَيْتَ أَشْبَهَ النَّاسِ بِي خَلْقًا وَوَجْهًا فَذَاكَ
أَبُونَا إِبْرَاهِيمُ، كُلُّنَا نَؤُمُّهُ وَنَقْتَدِي بِهِ. وَأَمَّا النَّاقَةُ
الَّتِي رَأَيْتَ وَرَأَيْتَنِي أَبْعَثُهَا، فَهِيَ السَّاعَةُ، عَلَيْنَا
تَقُومُ، لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَلَا أُمَّةَ بَعْدَ أُمَّتِي". قَالَ: فَمَا
سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ رُؤْيَا بَعْدَ
هَذَا إِلَّا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ، فَيُحَدِّثُهُ بِهَا
مُتَبَرِّعًا
telah menceritakan kepada kami Abu Nasr ibnu Qatadah, telah menceritakan
kepada kami Abu Amr ibnu Matar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Muhammad ibnul Mustafad Al-Faryabi, telah menceritakan kepadaku Abu Wahab alias
Al-Walid ibnu Abdul Malik ibnu Abdullah ibnu Masrah Al-Harrani, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata Al-Qurasyi Al-Harrani, dari Muslim
ibnu Abdullah Al-Juhani, dari pamannya (yaitu Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari
Abu Zamil Al-Juhani r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila usai
dari salat Subuhnya, beliau mengucapkan doa berikut seraya melipatkan kedua
kakinya: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya aku memohon ampun kepada
Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat. sebanyak tujuh puluh
kali. Setelah selesai, beliau Saw. bersabda: Tujuh puluh kali dengan imbalan
(pahala) tujuh ratus kali. Tiada baiknya bagi orang yang dosa-dosanya
dalam satu hari lebih banyak daripada tujuh ratus kali. Beliau Saw.
mengucapkan sabdanya ini sebanyak dua kali, lalu menghadapkan mukanya kepada
orang-orang (para makmum). Dan RasulullalrSaw. adalah seorang yang suka
mendengar kisah mimpi yang baik, untuk itu beliau selalu bertanya, "Apakah
ada seseorang di antara kalian yang melihat sesuatu dalam mimpinya (tadi
malam)?" Abu Zamil menjawab, "Aku telah bermimpi tadi malam, wahai Rasulullah
Saw." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mudah-mudahan kebaikanlah yang kamu
jumpai dan terhindar dari keburukan yang tidak kamu inginkan. Dan semoga menjadi
kebaikan bagi kita dan menjadi keburukan bagi musuh-musuh kita; segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam. Sekarang ceritakanlah mimpimu itu. Maka aku
menjawab, "Aku bermimpi melihat semua manusia berada pada suatu jalan yang
sangat luas, datar, lagi jelas, dan mereka berada di tengah jalan dalam keadaan
bergerak maju. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba jalan itu
sampai kepada suatu lahan penggembalaan yang belum pernah kulihat tempat
penggembalaan seperti itu; tetumbuhannya tumbuh dengan segarnya memukau
pandangan mata. dan air hujan yang turun padanya menumbuhkan berbagai macam
tetumbuhan yang hijau segar. Gelombang pertama dari manusia itu ketika sampai di
lahan penggembalaan itu bertakbir, kemudian memacu kendaraan mereka meneruskan
perjalanannya tanpa menoleh ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan aku melihat
seakan-akan rombongan itu berjalan dengan cepatnya meneruskan perjalanannya.
Kemudian datanglah gelombang manusia yang kedua, jumlah mereka berkali-kali
lipat jumlah gelombang yang pertama. Ketika sampai di lahan itu mereka
bertakbir, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan memacu kendaraan mereka. Di
antara mereka ada yang melepaskan hewan kendaraan mereka di lahan itu, ada pula
yang hanya mengambil bekal secukupnya, lalu meneruskan perjalanannya. Kemudian
datanglah gelombang manusia yang paling besar. Ketika sampai di lahan
penggembalaan itu mereka bertakbir (karena kagum), dan mereka mengatakan, 'Ini
adalah sebaik-baik tempat tinggal." Seakan-akan aku melihat mereka bergerak ke
arah kanan dan ke arah kiri (jalan). Aku melihat semua kejadian itu, sedangkan
aku tetap berada pada jalan tersebut dan meneruskan perjalananku hingga sampai
di penghujung lahan itu. Tiba-tiba aku bersua dengan engkau, wahai Rasulullah,
sedang berada di atas mimbar yang tangga naik menuju ke atasnya terdiri dari
tujuh susun tangga naik dan engkau berada di tangga yang paling atas. Dan
tiba-tiba kulihat di sebelah kanan engkau terdapat seorang lelaki yang berkulit
hitam manis, bertubuh gempal, lagi berperawakan tinggi; apabila berbicara, maka
suaranya dapat didengar oleh semua orang. Tiba-tiba di sebelah kiri engkau
terdapat seorang lelaki berperawakan sedang dengan wajah yang kelihatan agak
murung, sedangkan rambutnya seakan-akan baru dibasuh dengan air; apabila dia
berbicara, maka engkau diam karena menghormatinya. Dan tiba-tiba di hadapan
lelaki itu terdapat seorang lelaki berusia lanjut yang rupanya sangat mirip
dengan engkau, baik perawakan maupun wajahnya, dan kamu semua bermakmum
kepadanya dan menginginkannya. Tiba-tiba di hadapan orang tua itu terdapat
seekor unta betina yang kurus lagi sudah tua sekali. Dan tiba-tiba engkau, ya
Rasulullah, seakan-akan engkau menggiring unta itu." Maka berubahlah wajah
Rasulullah Saw. Sesaat setelah itu biasa kembali, lalu beliau Saw. bersabda,
"Adapun mengenai jalan yang kamu lihat rata, luas, lagi jelas, maka itu
merupakan gambaran tentang hidayah yang aku bawa kepada kalian dan kalian berada
padanya. Sedangkan lahan penggembalaan yang kamu lihat itu merupakan gambaran
tentang dunia dan kehidupannya yang memperdaya, aku dan para sahabatku menempuh
kehidupan ini tanpa bergantung kepada sesuatu pun darinya, dan dunia pun tidak
bergantung kepada kami, kami tidak menginginkannya sebagaimana dunia pun tidak
menginginkan kami. Kemudian datanglah rombongan kedua sesudah kami, mereka
berjumlah lebih banyak daripada kami dengan lipatan yang banyak; di antara
mereka ada yang menggembalakan hewan kendaraannya, ada pula yang hanya mengambil
bekal secukupnya, kemudian mereka dengan begitu tetap selamat. Kemudian
datanglah manusia yang sangat besar jumlahnya, lalu mereka menyerbu lahan
penggembalaan itu, ada yang ke arah kanan dan ada pula yang ke arah kiri
(jalan). Inna lillahi wa inna ilaihi rdji'un (sesungguhnya kita adalah
milik Allah dan sesungguhnya kita hanya kepada-Nya dikembalikan). Mengenai
dirimu itu, berarti engkau berada pada jalan yang baik, dan kamu tetap dalam
keadaan seperti itu hingga bersua denganku. Sedangkan takwil mimbar yang kamu
lihat mempunyai tujuh buah tangga naik dan aku berada di tangga yang paling
atas, artinya dunia ini berusia tujuh ribu tahun dan aku berada di seribu tahun
yang terakhir. Mengenai lelaki yang kamu lihat berada di sebelah kananku yang
berkulit hitam manis berperawakan gempal, dia adalah Musa a.s. Apabila
berbicara, maka suaranya mengalahkan semua kaum lelaki berkat ia pernah diajak
bicara langsung oleh Allah. Dan orang yang kamu lihat berada di sebelah kiriku
yang berperawakan sedang, berwajah murung, seakan-akan rambut kepalanya dibasahi
dengan air, dia adalah Isa putra Maryam, kami menghormatinya karena Allah
menghormatinya. Adapun mengenai unta betina yang kamu lihat dan kamu saksikan
dalam mimpimu itu aku membangunkannya, maka itu adalah hari kiamat. Hari kiamat
akan dialami oleh kita; tiada nabi sesudahku dan tiada umat sesudah
umatku."
Abu Zamil r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Saw. tidak
lagi menanyakan (kepada sahabatnya) tentang mimpi, terkecuali bila yang
bersangkutan sendiri yang menceritakan kepada beliau tentang mimpi yang
dialaminya dengan suka rela.
*******************
Firman Allah Swt.:
{عَلَى
سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ}
Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata.
(Al-Waqi'ah: 15)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa dipan tersebut dihiasi dengan emas, yakni
dilapisi dengannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id
ibnu Jubair, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. As-Saddi
mengatakan bahwa dipan itu dihiasi dengan emas dan mutiara. Ikrimah mengatakan,
dipan itu terbuat dari permata dan yaqut. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pengertian
yang sama disebutkan pula terhadap tali pengikat pelana yang ada di bawah perut
unta. Lafaz ini ber-wazan fa'il, tetapi maknanya maf'ul, mengingat
pengertiannya menunjukkan sesuatu yang dipintal, maka demikian pula dipan-dipan
di surga dihiasi dengan emas dan permata.
Firman Allah Swt.;
{مُتَّكِئِينَ
عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ}
seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (Al-Waqi'ah: 16)
Yaitu wajah sebagian dari mereka berhadapan dengan wajah sebagian yang lain,
tiada seorang pun yang berada di belakang yang lainnya.
{يَطُوفُ
عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ}
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. (Al-Waqi'ah:
17)
Yakni mereka tetap kekal dalam rupa yang sama, tidak menua, tidak beruban,
tidak pula berubah.
{بِأَكْوَابٍ
وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ}
dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari
air yang mengalir. (Al-Waqi'ah: 18)
Yang dimaksud dengan akwab ialah gelas yang tidak ada pegangannya dan
tidak ada moncongnya. Dan yang dimaksud dengan abdriq ialah yang
menghimpun kedua spesifikasi tersebut, yakni cerek. Semuanya diisi dengan khamr
dari sungai khamr yang ada di dalam surga, bukan dari botol minuman, bahkan
langsung dari sumbernya yang terus-menerus mengalir.
Firman Allah Swt.:
{لَا
يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ}
mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk.
(Al-Waqi'ah: 19)
Yakni kepala mereka tidak pusing dan akal mereka tidak tertutup, bahkan tetap
normal disertai dengan pengaruh yang menyenangkan dan merasakan kelezatan
minumannya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan
dengan khamr dunia, bahwa peminumnya mengalami empat hal karena pengaruhnya,
yaitu mabuk, pening, muntah, dan buang air kecil. Dan Allah Swt. menyebutkan
tentang sifat khamr di surga, bahwa khamr di surga terbebas dari semua pengaruh
tersebut.
Mujahid, Ikrimah. Said ibnu Jubair, Atiyyah, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan
sehubungan dengan firman-Nya. mereka tidak pening karena meminumnya.
(Al-Waqi'ah: 19) Artinya mereka di dalam surga tidak merasa pening karena
meminumnya.
Mereka mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan tidak pula mabuk.
(Al-Waqi'ah: 19) Yakni tidak menghilangkan akal sehat mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَفَاكِهَةٍ
مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ}
dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan dan daging burung dari apa
yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 20-21)
Para pelayan surga itu mengelilingi mereka dengan membawa segala macam
buah-buahan yang dipilih oleh mereka. Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan
boleh memakan buah-buahan dengan memilihnya terlebih dahulu sebelum
menyantapnya.
Hal ini diperkuat dengan hadis Ikrasy ibnuZu-aib yang diriwayatkan oleh
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli rahimahullah di dalam kitab musnadnya,
bahwa:
حَدَّثَنَا
الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِي، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ الْفَضْلِ
بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سَوِيَّةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ
عِكْراش، عَنْ أَبِيهِ عِكْراش بْنِ ذُؤَيْبٍ، قَالَ: بَعَثَنِي بَنُو مُرَّةَ فِي
صَدَقَاتِ أَمْوَالِهِمْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَإِذَا هُوَ جَالِسٌ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ، وَقَدِمْتُ عَلَيْهِ بِإِبِلٍ كأنها عروق الأرطى، قال: "من الرجل؟
" قُلْتُ:
عِكْراش بْنُ ذُؤَيْبٍ. قَالَ: "ارْفَعْ فِي النَّسَبِ"، فَانْتَسَبْتُ لَهُ إِلَى
"مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ"، وَهَذِهِ صَدَقَةُ "مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ". فَتَبَسَّمَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: هَذِهِ إِبِلُ قَوْمِي،
هَذِهِ صَدَقَاتُ قَوْمِي. ثُمَّ أَمَرَ بِهَا أَنَّ تُوسَمَ بِمِيسَمِ إِبِلِ
الصَّدَقَةِ وَتُضَمَّ إِلَيْهَا. ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا إِلَى
مَنْزِلِ أُمِّ سَلَمَةَ، فَقَالَ: "هَلْ مِنْ طَعَامٍ؟ " فَأُتِينَا بحفنة
كَثِيرَةِ الثَّرِيدِ وَالْوَذَرِ، فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهَا، فَأَقْبَلْتُ
أُخَبِّطُ بِيَدِي فِي جَوَانِبِهَا، فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى يَدِي الْيُمْنَى، فَقَالَ: "يَا
عِكْراش، كُلْ مِنْ مَوْضِعٍ وَاحِدٍ، فَإِنَّهُ طَعَامٌ وَاحِدٌ". ثُمَّ أُتِينَا
بِطَبَقٍ فِيهِ تَمْرٌ، أَوْ رُطَبٌ -شَكَّ عُبَيْدُ اللَّهِ رُطَبًا كَانَ أَوْ
تَمْرًا-فَجَعَلْتُ آكُلُ مِنْ بَيْنِ يَدِي، وَجَالَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّبَقِ، وَقَالَ: "يَا عِكْراش، كُلْ
مِنْ حَيْثُ شِئْتَ فَإِنَّهُ غَيْرُ لَوْنٍ وَاحِدٍ". ثُمَّ أُتِينَا بِمَاءٍ،
فَغَسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ وَمَسَحَ
بِبَلَلِ كَفَّيْهِ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ وَرَأْسَهُ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: "يَا
عِكْراش، هَذَا الْوُضُوءُ مِمَّا غَيَّرَتِ النَّارُ".
telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid At-Tursi, telah
menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Fadl ibnu Abdul Malik ibnu Abu Saumah,
telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ikrasy, dari ayahnya (yaitu
Ikrasy Ibnu Zu-aib) yang menceritakan bahwa Murrah mengutusnya untuk membawa
harta zakat mereka kepada Rasulullah Saw. Ketika tiba di Madinah, ia menjumpai
Rasulullah Saw. sedang duduk di antara orang-orang Muhajirin dan orang-orang
Ansar. Ia datang kepadanya dengan membawa unta-unta zakat yang jumlahnya cukup
banyak. Beliau Saw. bertanya, "Siapakah lelaki ini?" Aku (Ikrasy)
menjawab, "Ikrasy ibnu Zu-aib." Beliau Saw. bersabda, "Apakah nasab tidak
diberlakukan lagi (dalam penyebutan nama)?" Maka aku kaitkan nasabku demi
Rasulullah Saw. kepada Murrah, lalu kukatakan kepadanya, "Ini adalah harta zakat
dari Murrah ibnu Ubaid." Maka Rasulullah Saw. tersenyum dan bersabda: Ini
adalah ternak (dari) kaumku, dan ini adalah ternak zakat (dari)
kaumku. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar unta zakat itu diberi
tanda dengan cap zakat, lalu digabungkan bersama-sama unta zakat lainnya.
Setelah itu beliau memegang tanganku dan mengajakku pergi ke rumah Ummu Salamah,
dan beliau bertanya, "Apakah ada makanan?" Maka kami disuguhi semangkuk
makanan berupa. sarid (roti dicampur dengan kuah gulai) dan
wazar (daging yang diiris kecil-kecil). Rasulullah Saw. makan dari
mangkuk itu, sedangkan aku makan dengan menjulurkan tanganku ke semua bagian
dari mangkuk itu. Lalu Rasulullah Saw. memegang tangan kananku dengan tangan
kirinya dan bersabda, "Hai Ikrasy, makanlah dari satu tempat, karena
sesungguhnya makanan ini semuanya sama!" Seusai makan kami disuguhi sebaki
buah-buahan yang berisikan buah kurma yang sudah disale atau kurma yang masih
segar—Ubaidillah ragu yang mana di antara keduanya—, lalu aku makan dari satu
tempat saja. Tetapi Rasulullah Saw. menjulurkan tangannya ke seluruh baki itu
dan bersabda: Hai Ikrasy, makanlah dari bagian mana yang kamu sukai, karena
sesungguhnya buah ini tidak satu macam. Sesudah itu didatangkan kepada kami
air, dan Rasulullah Saw. membasuh tangannya, lalu mengusapkan kedua telapak
tangannya yang masih basah itu kepada wajah dan kedua tangan serta kepalanya
sebanyak tiga kali. kemudian bersabda: Hai Ikrasy, ini adalah wudu karena
telah memakan makanan (daging) yang telah dimasak.
Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah secara
panjang lebar, dari Muhammad ibnu Basysyar, dari Abul Huzail alias Al-Ala ibnul
Fadl dengan sanad yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Abul
Huzail.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad dan
Affan; Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Syaiban, ketiga-tiganya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Sabit yang mengatakan bahwa
sahabat Anas r.a. pernah bercerita bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang
senang kepada ru-ya, adakalanya seseorang mengalami ru-ya (mimpi
yang baik), lalu ia menanyakan takwilnya kepada Nabi Saw. karena ia tidak
mengetahuinya. Dan apabila Nabi Saw. memuji mimpi yang dialaminya itu dengan
pujian yang baik, maka orang yang bersangkutan amat senang dengan mimpinya itu.
Pada suatu hari datanglah seorang wanita, kemudian berkata, "Wahai
Rasulullah, aku telah melihat dalam mimpiku seakan-akan aku didatangi dan
dikeluarkan dari Madinah, lalu dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku mendengar
suara gemuruh yang membuat surga bergetar karenanya. Ketika kulihat, ternyata
penyebabnya adalah si Fulan bin Fulan dan si Anu bin Anu." Wanita itu
menyebutkan sebanyak dua belas orang sahabat Nabi Saw. yang telah diutus oleh
Nabi Saw. dalam suatu pasukan khusus sebelum itu. Kedua belas orang itu
dimasukkan ke dalam surga, semuanya memakai pakaian yang berdebu dan pada bagian
lehernya penuh dengan darah. Lalu dikatakan (kepada para malaikat), "Bawalah
mereka ke Sungai Al-Baidakh atau Al-Baizakh." Selanjutnya mereka dibenamkan ke
dalam sungai itu, dan mereka dikeluarkan darinya, sedangkan rupa mereka bagaikan
rembulan di malam purnama.
Dan disuguhkan kepada mereka sebuah piring besar terbuat dari emas yang
berisikan buah kurma, lalu mereka memakannya sepuas mereka. Maka tidak
sekali-kali mereka membalikkan bagian dari piring besar itu, melainkan mereka
memakan buah-buahan sepuas mereka, dan wanita itu ikut makan bersama-sama
mereka.
Kemudian datanglah pembawa berita dari pasukan khusus itu (kepada Nabi Saw.)
dan menceritakan apa yang dialami oleh pasukan itu yang kisahnya persis dengan
kisah dalam mimpi itu. Disebutkan bahwa telah gugur dari pasukan itu si Anu dan
si Fulan hingga semuanya berjumlah dua belas orang. Maka Rasulullah Saw.
memanggil wanita itu dan bersabda kepadanya, "Ceritakanlah (kembali) mimpimu
itu!" Wanita itu menceritakan mimpinya, bahwa lalu didatangkanlah si Fulan
dan si Fulan (ke dalam surga) yang jumlah orangnya sama persis dengan apa yang
diberitakan oleh si pembawa berita dari pasukan tersebut.
Hadis ini berdasarkan lafaz yang ada pada Abu Ya'la. Al-Hafiz Ad-Diya
mengatakan bahwa sanad hadis ini dengan syarat Imam Muslim.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ
الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، حَدَّثَنَا رَيْحَانُ بْنُ
سَعِيدٍ، عَنْ عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ
أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: "إن الرَّجُلَ إِذَا نَزَعَ ثَمَرَةً فِي الْجَنَّةِ،
عَادَتْ مَكَانَهَا أُخْرَى"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Mu'az ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini, telah
menceritakan kepada kami Raihan ibnu Sa'id, dari Abbad ibnu Mansur, dari Ayyub,
dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Sesungguhnya seseorang itu apabila memetik suatu buah
dari surga, maka dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah
lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَحْمِ
طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ}
dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 21)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضَّبُعِيُّ،
حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ طَيْرَ الْجَنَّةِ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ، يَرْعَى فِي
شَجَرِ الْجَنَّةِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذِهِ
لَطَيْرٌ نَاعِمَةٌ فَقَالَ: "أَكَلَتُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا -قَالَهَا
ثَلَاثًا-وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَأْكُلُ
مِنْهَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar ibnu Hatim,
telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman Ad-Dab'i, telah menceritakan
kepada kami Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, burung-burung
itu terbang dengan bebasnya di pohon-pohon surga. Maka Abu Bakar r.a.
berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya burung surga itu benar-benar burung
yang hidupnya senang." Rasulullah Saw. bersabda: Aku akan memakannya dan
merasa lebih senang darinya —sebanyak tiga kali—. Dan sesungguhnya aku berharap
semoga engkau termasuk salah seorang yang memakannya.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini.
Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul
Jannah telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Ali Al-Hatmi dari
Ahmad ibnu Ali Huwaiti, dari Abdul Jabbar ibnu Asim. dari Abdullah ibnu Ziad,
dari Zur'ah, dari Nafi' dari ibnu Umar yang menceritakan bahwa:
ذُكِرَتْ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طُوبَى، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، هَلْ بَلَغَكَ مَا
طُوبَى؟ " قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "طُوبَى شَجَرَةٌ فِي
الْجَنَّةِ، مَا يَعْلَمُ طُولَهَا إِلَّا اللَّهُ، يَسِيرُ الرَّاكِبُ تَحْتَ
غُصْنٍ مِنْ أَغْصَانِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا، وَرَقُهَا الْحُلَلُ، يَقَعُ
عَلَيْهَا الطَّيْرُ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنَّ هُنَاكَ لَطَيْرًا نَاعِمًا؟ قَالَ: "أَنْعَمُ مِنْهُ مَنْ
يَأْكُلُهُ، وَأَنْتَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ"
pernah disebutkan di hadapan Nabi Saw. tentang Tuba, maka beliau Saw.
bersabda, "Hai Abu Bakar, apakah engkau pernah mendengar apakah Tuba
itu?" Abu Bakar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga yang
tingginya tiada yang mengetahuinya selain Allah, seorang pengendara berjalan di
bawah naungan salah satu dari dahannya memerlukan waktu tujuh puluh musim gugur
(tahun), dedaunannya bagaikan perhiasan, dan burung-burung (surga)
yang (besarnya) seperti unta hinggap di atasnya. Abu Bakar
berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat
burung yang hidupnya senang." Rasulullah Saw. bersabda: Tetapi yang hidup
lebih senang darinya adalah orang yang makan, dagingnya, dan Insya Allah engkau
termasuk salah seorang dari mereka.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan daging
burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi"ah: 21) Telah diceritakan
kepada kami bahwa Abu Bakar pernah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
berpendapat bahwa burung surga itu hidup senang sebagaimana para penghuninya
yang hidup senang." Rasulullah Saw. menjawab:
"مَنْ
يَأْكُلُهَا -وَاللَّهِ يَا أَبَا بَكْرٍ -أَنْعَمُ مِنْهَا، وَإِنَّهَا
لَأَمْثَالُ الْبُخْتِ، وَإِنِّي لَأَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْهَا
يَا أَبَا بَكْرٍ"
Demi Allah, hai Abu Bakar, orang yang memakan dagingnya lebih senang
darinya, dan sesungguhnya burung-burung surga itu besarnya seperti unta. Dan
sesungguhnya aku benar-benar berharap kepada Allah, semoga engkau dapat memakan
dagingnya, hai Abu Bakar.
قَالَ
أَبُو بَكْرٍ بْنُ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنِي مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا
مَعْنُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنِي ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم سئل عن
الْكَوْثَرِ فَقَالَ: "نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِي الْجَنَّةِ،
أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ
أَعْنَاقُهَا يَعْنِي كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ". فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهَا
لَنَاعِمَةٌ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "آكِلُهَا
أَنْعَمُ مِنْهَا".
Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Mujahid
ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'an ibnu Isa, telah menceritakan
kepadaku anak saudara lelakiku Ibnu Syihab, dari ayahnya, dari Anas ibnu Malik,
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Al-Kausar. Maka beliau Saw.
menjawab: Kausar ialah sebuah sungai di dalam surga yang diberikan kepadaku
oleh Tuhanku, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada
madu, padanya terdapat burung-burung (surga) yang lehernya seperti leher
untajazur (yakni besarnya seperti unta jazur). Maka Umar berkata, "Sudah
barang tentu burung-burung itu hidup dengan senang." Rasulullah Saw. bersabda:
Aku akan memakan (daging)nya dan merasa lebih senang
darinya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Abdu ibnu Humaid,
dari Al-Qa'nabi, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Muslim ibnu Syihab, dari
ayahnya. Imam Turmuzi kemudian mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan
dari Anas.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ
الطَّنَافِسي، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
الْوَلِيدِ الوَصَّافي، عَنْ عَطِيَّةَ العَوْفِيّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "إِنَّ
فِي الْجَنَّةِ لَطَيْرًا فِيهِ سَبْعُونَ أَلْفَ رِيشَةٍ، فَيَقَعُ عَلَى صَحْفَةِ
الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَنْتَفِضُ، فَيُخْرِجُ مَنْ كُلِّ رِيشَةٍ
-يَعْنِي: لَوْنًا-أَبْيَضَ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَلْيَنَ مِنَ الزُّبْدِ، وَأَعْذَبَ
مِنَ الشَّهْدِ، لَيْسَ مِنْهَا لَوْنٌ يُشْبِهُ صَاحِبَهُ ثُمَّ
يَطِيرُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Ubaidillah ibnul Walid Al-Wassafi, dari Atiyyah
Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat burung yang
mempunyai tujuh puluh ribu bulu, lalu burung itu hinggap pada piring salah
seorang dari penghuni surga, dan burung itu mengibaskan sayap (bulu)nya. Maka
keluarlah darinya—yakni dari tiap bulunya— suatu warna yang lebih putih daripada
air susu, lebih lunak daripada buih, dan lebih jernih daripada madu, dan tiap
warna berbeda dengan warna lain yang dikeluarkannya."
Tetapi hadis ini garib sekali. Al-Wassafi dan gurunya keduanya
berpredikat daif.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, telah
menceritakan kepadaku Al-Lais. telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid,
dari Sa'id ibnu Abu Hilal ibnu Abu Hazm, dari Ata. dari Ka'b yang mengatakan
bahwa sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, yang menjadi
makanannya adalah buah-buahan surga, dan minumnya dari sungai-sungai surga.
Kemudian burung-burung itu berbaris kepada seorang penghuni surga. Dan apabila
penghuni surga itu menginginkan sesuatu dari burung itu, maka burung tersebut
hinggap di hadapannya dan ia memakan bagian luar dan bagian dalam (yang
diingininya), sesudah itu burung itu terbang kembali dalam keadaan tidak kurang
dari sesuatu pun (yakni tubuhnya utuh kembali). Sanad hadis ini sahih sampai ke
pada Ka'b.
قَالَ
الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ
الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّكَ لَتَنْظُرُ إِلَى الطَّيْرِ فِي الْجَنَّةِ فَتَشْتَهِيهِ فَيَخِرُّ
بَيْنَ يَدَيْكَ مَشْوِيًّا"
Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu
Khalifah, dari Humaid Al-A'raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya:
Sesungguhnya engkau benar-benar memandang kepada burung (yang sedang
terbang) di surga yang kamu ingini dagingnya, maka dengan serta merta burung
itu terjatuh di hadapanmu dalam keadaan telah terpanggang (sudah masak).
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَحُورٌ
عِينٌ. كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ}
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
laksana mutiara yang tersimpan dengan baik. (Al-Waqi'ah: 22-23)
Sebagian dari mereka membacanya dengan bacaan rafa’ yang artinya bagi
mereka ada bidadari-bidadari yang bermata jeli di dalam surga. Sedangkan yang
membaca jar mengandung dua makna; salah satunya i'rab-nya dianggap
mengikut kepada lafaz (kalimat) yang sebelumnya, yakni lafaz lahmi
tairin, yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut:
{يَطُوفُ
عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ. بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ
مَعِينٍ. لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ. وَفَاكِهَةٍ مِمَّا
يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ. وَحُورٌ
عِينٌ}
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa
gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,
mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari
apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan, dan
bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 17-22)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَامْسَحُوا
بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ}
dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kedua kakimu. (Al-Maidah:
6)
Lafaz arjulakum di-'ataf-kan kepada wujlihakum. Semakna
pula dengan apa yang telah disebutkan dalam firman-Nya:
{عَالِيَهُمْ
ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ}
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal.
(Al-Insan:21)
Makna yang kedua menunjukkan bahwa di antara anak-anak muda yang mengelilingi
mereka terdapat pula bidadari-bidadari yang bermata jeli, tetapi hal ini terjadi
di dalam gedungnya masing-masing, bukan di kalangan sebagian mereka dengan
sebagian yang lainnya, bahkan di dalam kemah masing-masing mereka dikelilingi
oleh para pelayan surga dan bidadari-bidadari yang bermata jeli; hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَأَمْثَالِ
اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ}
laksana mutiara yang tersimpan. (Al-Waqi'ah: 23)
Yakni penampilan mereka seakan-akan seperti mutiara dalam hal keputihan dan
kejernihannya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat
Ash-Shaffat.
{كَأَنَّهُنَّ
بَيْضٌ مَكْنُونٌ}
seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan
baik. (Ash-Shaffat: 49)
Dan dalam tafsir surat Ar-Rahman telah disebutkan pula gambaran tentang
bidadari surga ini. Karena itulah maka dalam firman selanjutnya dari surat ini
disebutkan:
{جَزَاءً
بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Waqi'ah:
24)
Yaitu semua sajian yang Kami suguhkan kepada mereka merupakan balasan dari
amal baik yang telah mereka kerjakan (selama di dunia).
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{لَا
يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا. إِلا قِيلا سَلامًا
سَلامًا}
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula
perkataan yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam.
(Al-Waqi'ah: 25-26)
Yakni di dalam surga mereka tidak pernah mendengar perkataan yang tiada
gunanya atau perkataan yang sia-sia atau perkataan yang mengandung makna yang
kotor atau rendah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{لَا
تَسْمَعُ فِيهَا لاغِيَةً}
di dalamnya tidak kamu dengar perkataan yang tidak berguna.
(Al-Ghasyiyah: 11)
Maksudnya, kalimat yang sia-sia tiada gunanya.
{وَلا
تَأْثِيمًا}
dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. (Al-Waqi'ah: 25)
Yakni kata-kata yang mengandung keburukan.
{إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}
tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 26)
Yaitu hanya kata salam dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تَحِيَّتُهُمْ
فِيهَا سَلامٌ}
salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Ibrahim: 23)
dan pembicaraan mereka pun bersih dari sia-sia dan yang mengandung
keburukan.