Tafsir Surat Al-Qiyamah, ayat 26-40
كَلَّا
إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ (26) وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (27) وَظَنَّ أَنَّهُ
الْفِرَاقُ (28) وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ (29) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ
الْمَسَاقُ (30) فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى (31) وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (32)
ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى (33) أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى (34) ثُمَّ
أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى (35) أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى (36)
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى (37) ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ
فَسَوَّى (38) فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (39) أَلَيْسَ
ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى (40)
Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang)
telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah
yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada
Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan
Al-Qur'an) dan tidak man mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan
berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak
(sombong). Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,
kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. Apakah
manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung-jawaban)?
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu
Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang
berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?
Allah Swt. menceritakan keadaan saat meregang nyawa dan hal-hal mengerikan
yang terjadi di dalamnya, semoga Allah meneguhkan kita dengan kalimah yangteguh.
Untuk itu Allah Swt. Berfirman:
{كَلا
إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ}
Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke
kerongkongan. (Al-Qiyamah: 26)
Jika kita anggap kalla sebagai kata sanggahan, berarti makna ayat ini
ialah 'tiadalah engkau, hai anak Adam, di saat itu dapat mendustakan apa yang
telah diberitakan kepadamu, bahkan hal itu dapat "engkau saksikan dengan
terang-terangan olehmu sendiri'. Dan jika kita menganggapnya sebagai suatu
pernyataan kebenaran, maka sudah jelas, yakni benar apabila roh telah sampai di
kerongkongan, yakni rohmu dicabutdari jasadmu dan sampai di kerongkongan.
Taraqi adalah bentuk jamak dari tarquwah, artinya tulang rawan
yang ada antara pangkal sampai ujung leher. Ayat ini semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
فَلَوْلا
إِذا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ وَنَحْنُ أَقْرَبُ
إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلكِنْ لَا تُبْصِرُونَ فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ
مَدِينِينَ تَرْجِعُونَها إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kami ketika itu
melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak
melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang
benar? (Al-Waqi'ah: 83-87)
Hal yang sama disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{كَلا
إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ}
Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang)
telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. (Al-Qiyamah: 26)
Hadis yang berkaitan dengan makna ini telah disebutkan di dalam tafsir surat
Yasin, diriwayatkan melalui Bisyr ibnu Hajjaj.
At-taraqi adalah bentuk jamak dari tarquwah, artinya sama
dengan tenggorokan.
{وَقِيلَ
مَنْ رَاقٍ}
Dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah yang dapat menyembuhkan?”
(Al-Qiyamah: 27)
Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah
dukun manakah yang dapat menyembuhkanmu? Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu
Qilabah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan dikatakan (kepadanya),
"Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (Al-Qiyamah: 27) Maksudnya, adakah tabib
yang dapat menyembuhkanmu? Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, dan
Ibnu Zaid.
ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Rauh
ibnul Musayyab alias Abu Raja Al-Kalabi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu
Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (Al-Qiyamah:
27)
Dikatakan bahwa siapakah yang akan membawa naik rohnya, apakah malaikat
rahmat ataukah malaikat azab? Dengan demikian, berarti ayat ini adalah
menceritakan ucapan para malaikat.
Disebutkan pula dengan sanad yang sama dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),
(Al-Qiyamah: 29) Yakni bertautlah baginya dunia dan akhirat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas:
dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), (Al-Qiyamah: 29) Yaitu
akhir hari dunianya bertemu dengan awal hari akhiratnya. sehingga bertemulah
keadaan yang sangat berat dengan keadaan sangat berat lainnya terkecuali bagi
orang yang dirahmati oleh Allah Swt. (maka dia melewatinya dengan mudah dan
tenang).
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bertaut
betis (kiri) dengan betis (kanan), (Al-Qiyamah: 29) Artinya, perkara yang
besar dengan perkara yang besar lainnya bertemu. Mujahid mengatakan bahwa
bencana bertemu dengan bencana lainnya.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). (Al-Qiyamah: 29) Bahwa keduanya
adalah betismu apabila ditautkan. Menurut riwayat lain yang bersumber darinya,
kedua kakinya telah mati dan tidak lagi mampu menahan dirinya, padahal
sebelumnya dia banyak berjalan dengan keduanya. Hal yang sama dikatakan oleh
As-Saddi dari Abu Malik. Dan menurut riwayat lainnya lagi yang bersumber dari
Al-Hasan, apabila kedua betis itu ditautkan dan dibungkus dalam kain kafan.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bertaut betis
(kiri) dengan betis (kanan). (Al-Qiyamah: 29) Terhimpunkan baginya dua
perkara, manusia mempersiapkan jenazahnya, dan para malaikat mempersiapkan
rohnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِلَى
رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ}
kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. (Al-Qiyamah: 30)
Yakni dikembalikan dan dipulangkan. Demikian itu karena roh dibawa naik ke
langit, lalu Allah Swt. berfirman, "Kembalikanlah jasad hamba-Ku ke tanah,
karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari tanah dan kepadanyalah Aku
kembalikan mereka, dan darinyalah Aku keluarkan mereka di waktu yang lain (hari
berbangkit)." Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis Al-Barra yang
cukup panjang. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman:
وَهُوَ
الْقاهِرُ فَوْقَ عِبادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذا جاءَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ ثُمَّ رُدُّوا
إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ
الْحاسِبِينَ
Dan Dialah Yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami,
dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya, Kemudian mereka
(hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.
Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat
perhitungan yang paling cepat. (Al-An'am: 61-62)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَلا
صَدَّقَ وَلا صَلَّى وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau
mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari
kebenaran), (Al-Qiyamah: 31-32)
Hal ini menceritakan tentang keadaan orang kafir yang ketika di dunia
mendustakan perkara yang hak dan berpaling dari mengamalkannya, maka tiada
kebaikan dalam dirinya lahir dan batinnya. Karena itulah maka disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَلا
صَدَّقَ وَلا صَلَّى وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ
يَتَمَطَّى}
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau
mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran),
kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong). (Al-Qiyamah:
31-33)
Yaitu dengan langkah yang senang, angkuh, sombong, lagi malas, tiada
keinginan dan tiada amal. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِذَا
انْقَلَبُوا إِلى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ
Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya. mereka kembali
dengan gembira. (Al-Muthaffifin: 31)
Dan firman Allah Swt.:
إِنَّهُ
كانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُوراً إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ- أَيْ
يَرْجِعَ -بَلى
إِنَّ رَبَّهُ كانَ بِهِ بَصِيراً
Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang
sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan
kembali (kepada Tuhannya). (Al-Insyiqaq: 13-14) - Yakni tidak akan
dikembalikan kepada Tuhannya.= (Bukan demikian), yang benar sesungguhnya
Tuhannya selalu melihatnya. (Al-Insyiqaq: 15)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).
(Al-Qiyamah: 33) Artinya, dengan langkah yang angkuh. Qatadah dan Zaid ibnu
Aslam mengatakan dengan langkah yang sombong.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَوْلَى
لَكَ فَأَوْلَى ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى}
Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian
kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.
(Al-Qiyamah: 34-35)
Ini merupakan ancaman yang keras dari Allah Swt., ditujukan kepada orang yang
kafir kepada-Nya lagi angkuh dalam berjalan. Dengan kata lain, sudah sepantasnya
kamu berjalan demikian, karena kamu kafir kepada Tuhan yang telah menciptakanmu.
Ungkapan seperti ini mengandung nada cemoohan dan ancaman, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
ذُقْ
إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.
(Ad-Dukhan: 49)
كُلُوا
وَتَمَتَّعُوا قَلِيلًا إِنَّكُمْ مُجْرِمُونَ
(Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah
kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek: sesungguhnya kamu adalah orang-orang
yang berdosa.” (Al-Mursalat: 46)
فَاعْبُدُوا
مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ
Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki
selain Dia. (Az-Zumar: 15)
Dan firman-Nya yang lain:
اعْمَلُوا
مَا شِئْتُمْ
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki! (Fushshilat: 40)
Masih banyak lagi ayat lainnya yang semakna.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan
Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yakni Ibnu Mahdi), dari
Israil, dari Musa ibnu Abu Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya
kepada Sa'id ibnu Jubair tentang makna firman-Nya: Kecelakaanlah bagimu (hai
orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang
kafir), dan kecelakaanlah bagimu. (Al-Qiyamah: 34-35)
Sa'id ibnu Jubair menjawab, bahwa hai ini dikatakan oleh Nabi Saw. kepada Abu
Jahal, kemudian turunlah ayat yang bersesuaian dengannya.
Abu Abdur Rahman An-Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan
kepada kami Abu Uwwanah, dan telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami
Abu Uwwanah, dari Musa ibnu Abu Aisyah, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang firman-Nya: Kecelakaanlah
bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu
(hai orang kafir), dan kecelakaanlah bagimu. (Al-Qiyamah: 34-35)
Ibnu Abbas menjawab bahwa itu dikatakan oleh Rasulullah Saw. kepada Abu
Jahal, kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu yang bersesuaian dengannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khaiid, telah menceritakan kepada kami
Syu'aib, dari Ishaq, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir)
dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir), dan
kecelakaanlah bagimu. (Al-Qiyamah: 34-35)
Ini merupakan ancaman sesudah ancaman lainnya.
Menurut suatu riwayat, Nabi Saw. memegang kerah baju musuh Allah (yaitu Abu
Jahal), kemudian berkata kepadanya: Kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah
bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu. Maka musuh
Allah alias Abu Jahal menjawab, "Apakah engkau mengancamku, hai Muhammad? Demi
Tuhan, kamu tidak akan mampu dan begitu pula Tuhanmu untuk berbuat sesuatu pun
terhadap diriku, karena sesungguhnya aku benar-benar orang yang paling perkasa
yang menghuni lembah di antara kedua bukit ini."
*******************
Firman Allah Swt:
{أَيَحْسَبُ
الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى}
Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)? (Al-Qiyamah: 36)
As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah apakah manusia mengira bahwa
dirinya tidak dibangkitkan hidup kembali? Menurut Mujahid, Imam Syafii, dan
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, maknanya apakah manusia mengira bahwa dia
tidak dikenakan perintah dan larangan? Tetapi makna lahiriah ayat menunjukkan
pengertian umum yang mencakup kedua keadaan tersebut. Dengan kata Lain, dapat
disebutkan bahwa tidaklah ia dibiarkan begitu saja di dunia ini tanpa dikenakan
perintah dan larangan, dan tidak dibiarkan pula di dalam kuburnya dengan sia-sia
tanpa dibangkitkan kembali; bahkan dia dikenai perintah dan larangan di dunia
ini, lalu digiring kembali kepada Allah di hari kemudian setelah
dibangkitkan.
Makna yang dimaksud ialah menguatkan adanya hari berbangkit dan sekaligus
menyanggah pendapat orang yang mengingkarinya dari kalangan orang-orang yang
sesat, bodoh, lagi pengingkar kebenaran. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan hal yang menunjukkan adanya hari berbangkit itu melalui penciptaan
manusia dari permulaannya:
{أَلَمْ
يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى}
Bukankah dia dahulu setetes mani (nutfah) yang ditumpahkan (ke dalam
rahim)? (Al-Qiyamah: 37)
Artinya, tidakkah manusia ingat bahwa asal dirinya adalah nutfah yang lemah
berupa air mani yang dipancarkan dari sulbi ke dalam rahim.
{ثُمَّ
كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى}
kemudian nutfah itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya dan
menyempurnakannya. (Al-Qiyamah: 38)
Yakni lalu jadilah ia 'alaqah, kemudian diberi bentuk, lalu ditiupkan roh ke
dalam tubuhnya sehingga jadilah ia makhluk lain yang sempurna dan memiliki
anggota tubuh yang lengkap, apakah dia laki-laki atau perempuan dengan seizin
Allah dan takdirnya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَجَعَلَ
مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى}
lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.
(Al-Qiyamah: 39)
Lalu disebutkan pula dalam firman berikutnya:
{أَلَيْسَ
ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى}
Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang
mati? (Al-Qiyamah: 40)
Yaitu bukankah Tuhan yang menciptakan makhluk yang sempurna ini dari nutfah
yang lemah berkuasa pula untuk mengembalikannya hidup seperti semula ketika Dia
menciptakannya?
Kekuasaan mengembalikan hidup seperti semula ini adakalanya tersimpulkan
melalui analogi prima bila dikaitkan dengan permuiaan penciptaan, atau
adakalanya melalui analogi sepadan. Ada dua pendapat mengenainya, yang
tersimpulkan dari makna firman-Nya:
وَهُوَ
الَّذِي يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ
عَلَيْهِ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah
lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
Tetapi pendapat pertamalah yang lebih terkenal, sebagaimana yang telah
disebutkan di dalam tafsir surat Ar-Rum keterangannya dengan lengkap; hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Syababah, dari Syu'bah,
dari Musa ibnu Abu Aisyah, dari seseorang, bahwa dia berada di atas puncak rumah
membaca Al-Qur'an dengan suara yang keras. Manakala bacaannya sampai pada firman
Allah Swt.: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci
Engkau, ya Allah, bukan demikian." Ketika ia ditanya mengenai hal itu, maka ia
menjawab bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan
demikian.
Abu Daud rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Musa ibnu Abu Aisyah yang menceritakan
bahwa pernah ada seorang lelaki salat di atas rumahnya, dan manakala ia membaca
firman-Nya: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Lalu ia berkata, "Mahasuci Engkau,
bukan demikian." Kemudian mereka bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Ia
menjawab, bahwa dirinya telah mendengar Rasulullah Saw. mengatakannya.
Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Abu Daud, dan mengenai nama
sahabat yang tidak disebutkan tidak menjadi masalah bagi hadis ini (sebab semua
sahabat dinilai adil).
Imam Abu Daud mengatakan pula:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الزُّهْرِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي
إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ: سَمِعْتُ أَعْرَابِيًّا يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا
هُرَيرة يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
قَرَأَ مِنْكُمْ بِالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ فَانْتَهَى إِلَى آخِرِهَا: {أَلَيْسَ
اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ} ؟ فَلْيَقُلْ: بَلَى، وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ
الشَّاهِدَيْنِ. وَمَنْ قَرَأَ: {لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} فَانْتَهَى
إِلَى: {أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى} ؟ فَلْيَقُلْ:
بَلَى. وَمَنْ قَرَأَ: {وَالْمُرْسَلات} فَبَلَغَ {فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ
يُؤْمِنُونَ} ؟ فَلْيَقُلْ: آمَنَّا بِاللَّهِ".
telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Muhammad Az-Zuhri, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu
Umayyah; bahwa ia mendengar seorang Badui mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Barang
siapa dari kamu membaca surat At-Tin, lalu bacaannya sampai pada firman
Allah Swt.: 'Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya? '
(At-Tin: 8) Hendaklah ia menjawab: 'Bukan demikian yang sebenarnya,
dan aku termasuk orang-orang yang menyaksikan hal tersebut.' Dan barang siapa
yang membaca firman-Nya: 'Aku bersumpah dengan hari kiamat
(Al-Qiyamah: 1). Lalu bacaannya sampai pada firman-Nya: 'Bukankah
(Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?'
(Al-Qiyamah: 40) Hendaklah ia mengucapkan, 'Bukan demikian sebenarnya.' Dan
barang siapa yang membaca surat Al-Mursalat, lalu bacaannya sampai pada firman
Allah Swt.: 'Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur’an ini mereka
beriman?' (Al-Mursalat: 50) Hendaklah iamengucapkan: 'Kami beriman kepada
Allah'.”
Imam Ahmad meriwayatkan ini dari Sufyan ibnu Uyaynah, dan Imam Turmuzi
meriwayatkannya dari Ibnu Abu Umar ibnu Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang
sama. Syu'bah telah meriwayatkannya dari Ismail ibnu Umayyah yang mengatakan
bahwa aku bertanya kepada Ismail, "Siapakah yang menceritakan ini kepadamu?" Ia
menjawab, "Seorang lelaki yang jujur, dari Abu Hurairah."
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا بِشْرٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ
قَتَادَةَ، قَوْلُهُ: {أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى}
ذُكِر لَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم كَانَ إِذَا قَرَأَهَا
قَالَ: "سُبْحَانَكَ وَبَلَى"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah
menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari
Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Bukankah (Allah yang berbuat)
demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Telah
diceritakan kepada kami, bahwa Rasulullah Saw. apabila membaca ayat ini selalu
mengucapkan: Bukan demikian sebenarnya, Mahasuci Engkau.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Muslim Al-Batin. dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa bacaannya pernah sampai pada
firman-Nya: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian "berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Lalu Ibnu Abbas mengucapkan,
"Mahasuci Engkau, hal yang sebenarnya bukan demikian."