Tafsir Surat Al-Qamar, ayat 1-5
{اقْتَرَبَتِ
السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ (1) وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا
سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ (2) وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ
مُسْتَقِرٌّ (3) وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ (4)
حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ (5) }
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika
mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat),
mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.”
Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedangkan
tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran).
Itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada
berguna (bagi mereka)
Allah Swt. menceritakan tentang dekatnya hari kiamat dan habisnya usia dunia
serta keruntuhannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
أَتَى
أَمْرُ اللَّهِ
Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: l)
Dan firman Allah Swt.:
{اقْتَرَبَ
لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)
Banyak hadis yang menerangkan hal ini.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَعَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ
مُوسَى، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ أَصْحَابَهُ ذَاتَ يَوْمٍ، وَقَدْ
كَادَتِ الشَّمْسُ أَنْ تَغْرُبَ فَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا شِفٌّ يَسِيرٌ،
فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا بَقِيَ مِنَ الدُّنْيَا فِيمَا مَضَى
مِنْهَا إِلَّا كَمَا بَقِيَ مِنْ يَوْمِكُمْ هَذَا فِيمَا مَضَى مِنْهُ، وَمَا
نَرَى مِنَ الشَّمْسِ إِلَّا يَسِيرًا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Mus'anna dan Amr ibnul Ala. Keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku ayahku,
dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari berkhotbah kepada
para sahabatnya di saat mentari hampir saja tenggelam, dan tiada yang masih
kelihatan darinya kecuali hanya sebagian kecil saja. Maka beliau bersabda:
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiada yang tersisa
dari usia dunia ini terhadap masa-masa yang telah dilaluinya, melainkan seperti
tersisanya waktu dari hari kalian sekarang terhadap waktu-waktu yang telah
dilaluinya, dan tiada yang dapat kita lihat dari mentari ini kecuali hanya
sebagian kecilnya.
Menurut hemat kami, hadis ini bersumber dari Khalaf ibnu Musa ibnu Khalaf
yang tuna netra, dari ayahnya.
Ibnu Hibban telah menyebutkannya di antara perawi-perawi yang berpredikat
siqah, dan mengatakan bahwa barangkali dia keliru (ada hadis lain yang
menguatkan dan menafsirkan pengertiannya).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْن، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ،
حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْل، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالشَّمْسُ
عَلَى قُعَيْقِعان بَعْدَ الْعَصْرِ، فَقَالَ: "مَا أَعْمَارُكُمْ فِي أَعْمَارِ
مَنْ مَضَى إِلَّا كَمَا بقي من النهار فيما مضى"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin,
telah menceritakan kepada kami Syarik, telah menceritakan kepada kami Salamah
ibnu Kahil, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan, "Ketika kami sedang
duduk-duduk di sisi Nabi Saw. di saat mentari berada di atas Qu'aiqa'an selepas
waktu asar, maka bersabdalah beliau Saw.: 'Tiadalah usia kalian bila
dibandingkan dengan usia orang-orang yang sebelum kalian melainkan seperti waktu
yang tersisa dari siang hari ini dibandingkan dengan waktu-waktu yang telah
dilaluinya (sejak pagi hari)'."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّف،
عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "بُعِثتُ وَالسَّاعَةُ (1) هَكَذَا".
وَأَشَارَ بِإِصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mitraf, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu
Sa'd yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku
diutus sedangkan (antara) aku dan hari kiamat seperti ini. seraya
mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Abu Hazim alias
Salamah ibnu Dinar.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيد، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ،
عَنْ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ وَهْبٍ السَّوَائي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ إِنْ
كَادَتْ لَتَسْبِقُهَا" وَجَمَعَ الْأَعْمَشُ بَيْنَ السَّبَّابَةِ
وَالْوُسْطَى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Khalid, dari Wahb As-Siwa'i
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Aku diutus sedangkan
jarak antara aku dan hari kiamat sama dengan jarak antara jari ini dan jari ini,
yang hampir saja mendahuluiku.
Yakni sangat dekat. Al-A'masy (perawi) mengatakan hadis ini seraya
menggabungkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ،
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَدِمَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ
عَلَى الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ فَسَأَلَهُ: مَاذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ بِهِ السَّاعَةَ؟ فَقَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَنْتُمْ
وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah
menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu
Ubaidillah yang mengatakan bahwa Anas ibnu Malik datang kepada Al-Walid ibnu
Abdul Malik, lalu bertanya kepadanya tentang apa yang pernah ia dengar dari
Rasulullah Saw. tentang hari kiamat. Maka Al-Walid ibnu Abdul Malik menjawab,
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kalian dan hari kiamat
sama dengan (jarak) kedua (jari) ini.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan hadis ini mempunyai
syahid (bukti) yang membenarkannya di dalam kitab sahih tentang nama-nama
Nabi Muhammad Saw., bahwa beliau Saw. adalah Al-Hasyir, artinya seorang
manusia yang digiring di bawah kedua telapak kakinya (kelak di hari kiamat).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ أَسَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ، عَنْ خَالِدِ بْنٍ عُمَيْرٍ
قَالَ: خَطَبَ عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَان -قَالَ بَهْزٌ: وَقَالَ قَبْلَ هَذِهِ
الْمَرَّةِ-خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ
الدُّنْيَا قَدْ آذَنَتْ بصَرْمٍ وَوَلَّتْ حَذَّاءَ، وَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا
صُبَابة كَصُبَابَةِ الْإِنَاءِ يَتَصَابُّهَا صَاحِبُهَا، وَإِنَّكُمْ
مُنْتَقِلُونَ مِنْهَا إِلَى دَارٍ لَا زَوَالَ لَهَا، فَانْتَقِلُوا بِخَيْرِ مَا
بِحَضْرَتِكُمْ، فَإِنَّهُ قَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ الْحَجَرَ يُلقَى مِنْ شَفِيرِ
جَهَنَّمَ فَيَهْوِي فِيهَا سَبْعِينَ عَامًا مَا يُدْرِكُ لَهَا قَعْرًا،
وَاللَّهِ لَتَمْلَؤُنَّهُ، أَفَعَجِبْتُمْ! وَاللَّهِ لَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ
مَا بَيْنَ مِصْرَاعَي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ عَامًا، وَلَيَأْتِيَنَّ
عَلَيْهِ يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظُ الزِّحَامِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami
Humaid ibnu Hilal, dari Khalid ibnu Umairyang mengatakan bahwa Atabah ibnu
Gazwan berkhotbah. Bahz mengatakan bahwa Atabah mengatakan bahwa sebelumnya
Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami, beliau memulainya dengan membaca
hamdalah dan pujian kepada Allah Swt., lalu bersabda, "Amma Ba'du,
sesungguhnya dunia ini sudah dekat akan berakhirnya dan habis usianya serta
tiada yang tersisa melainkan hanya tinggal seperti satu tegukan lagi yang
diteguk oleh pemiliknya dari wadahnya, dan sesungguhnya kalian bakal pindah
darinya ke negeri yang tidak akan fana selamanya. Maka berpindahlah kalian
kepadanya, kami hanya berharap semoga kalian dalam keadaan baik-baik. Karena
sesungguhnya telah diceritakan kepada kami bahwa batu yang dilemparkan dari tepi
Jahanam, lalu batu itu terjatuh ke dalamnya selama tujuh puluh tahun, masih juga
belum sampai ke dasarnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan memenuhinya, tentu
kalian merasa heran mengapa. Dan demi Allah, telah diriwayatkan kepada kami
bahwa jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak perjalanan
empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang kepadanya suatu hari yang di
hari itu pintu surga penuh sesak (dengan orang-orang yang memasukinya),"
hingga akhir hadis.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus
Sa'ib, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami yang mengatakan, "Kami turun istirahat di
dekat Mada-in sejauh satu farsakh darinya. Maka datanglah hari Jumat,
lalu ayahku dan juga aku menghadiri salat Jumat, sedangkan berkhotbah adalah
Huzaifah. Ia mengatakan dalam khotbahnya, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt.
telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah
bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya hari kiamat itu telah dekat. Dan
ingatlah, sesungguhnya telah terbelah bulan. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini
akan berakhir. Dan ingatlah bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi
dan besok adalah hari perlombaan.' Maka aku bertanya kepada ayahku, "Apakah
benar besok manusia berlomba-lomba?" Ayahku menjawab, 'Hai anakku; betapa
bodohnya kamu, sesungguhnya yang dimaksud dengan perlombaan adalah perlombaan
dengan amal perbuatan masing-masing.' Kemudian datanglah Jumat berikutnya, dan
kami pun menghadirinya. Lalu Huzaifah kembali berkhotbah, yang antara lain
mengatakan, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Telah dekat
(datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)
Ingatlah, sesungguhnya dunia ini telah dekat masa akhirnya. Ingatlah,
sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok hari berlomba. Ingatlah,
sesungguhnya tujuan itu adalah neraka dan orang yang selamat adalah orang yang
lebih dahulu ke surga'."
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَانْشَقَّ
الْقَمَرُ}
dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)
Hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., seperti yang disebutkan di dalam
hadis-hadis mutawatir dengan sanad-sanad yang sahih. Di dalam kitab sahih
telah disebutkan dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan, "Ada lima perkara yang
telah berlalu (terjadi), yaitu (kemenangan) Romawi (atas Persia), Ad-Dukhan
(awan putih), Al-Lizam, Al-Batsyah, dan Al-Qamar (terbelahnya rembulan)."
Dan sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa terbelahnya rembulan telah
terjadi di masa Nabi Saw., dan peristiwa tersebut merupakan salah satu dari
mukjizat yang cemerlang.
Riwayat Anas ibnu Malik.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang
mengatakan bahwa penduduk Mekah (kaum musyrik) pernah meminta kepada Nabi Saw.
untuk memperlihatkan suatu tanda (mukjizat), maka terbelahlah rembulan di Mekah
sebanyak dua kali, dan Allah Swt. berfirman: Telah dekat (datangnya)
saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Oamar: 1)
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi’, dari Abdur
Razzaq.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdul
Wahhab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa
penduduk Mekah pernah meminta kepada Rasulullah Saw. untuk memperlihatkan kepada
mereka suatu mukjizat yang membenarkan kenabiannya, maka Nabi Saw.
memperlihatkan kepada mereka rembulan terbelah menjadi dua bagian sehingga
mereka melihat kekosongan di antara keduanya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Yunus
ibnu Muhammad Al-Mu'addib, dari Syaiban, dari Qatadah. Imam Muslim telah
meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dan Yahya Al-Qattan
serta selain keduanya, dari Syu'bah, dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Riwayat Jabir ibnu Mut'im r.a.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir,
telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur
Rahman ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa
di masa Rasulullah Saw. rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian; satu bagian
di atas suatu bukit, dan bagian yang lain berada di atas bukit yang lain. Lalu
mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, "Muhammad telah menyihir kami."
Sebagian dari mereka menjawab, "Jika apa yang dilakukan Muhammad itu adalah
sihir, tidak mungkin ia dapat menyihir kita semuanya."
Imam Ahmad meriwayatkannya dari jalur ini secara tunggal; dan Imam Baihaqi
meng-isnad-kannyadi dalam kitab Dala-il-nya melalui jalur Muhammad ibnu
Kasir, dari saudaranya Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Muhammad
ibnu Fudail dan lain-lainnya, dari Husain dengan sanad yang sama. Imam Baihaqi
telah meriwayatkannya pula melalui jalur Ibrahim ibnuTahman dan Hasyim, keduanya
dari Husain, dari Jubair ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya,
dari kakeknya, lalu disebutkan hal yang semisal.
Riwayat Abdullah ibnu Abbas r.a.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir,
telah menceritakan kepada kami Bakr, dari Ja'far, dari Irak ibnu Malik, dari
Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
rembulan terbelah di masa Nabi Saw.
Imam Bukhari serta Imam Muslim telah meriwayatkan pula hadis ini melalui Bakr
ibnu Mudar, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Irak dengan sanad dan lafaz yang
semisal.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mus'anna, telah
menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu
Abu Hindun, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (Mukjizat),
mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang
terus-menerus.”(Al-Qamar: 1-2) Bahwa hal itu telah berlalu, kejadiannya
sebelum masa Hijrah, rembulan terbelah hingga mereka melihat kedua belahannya.
Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr
Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syakar, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa pernah terjadi gerhana rembulan di masa Rasulullah Saw., maka
mereka mengatakan bahwa rembulan telah disihir, lalu turunlah firman-Nya:
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.
(Al-Qamar: 1) Sampai dengan firman-Nya: yang terus-menerus.
(Al-Qamar: 2)
Riwayat Abdullah ibnu Umar.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Abdullah Al-Hafiz dan Abu Bakar alias Ahmad ibnul Hasan Al-Qadi. Keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah
menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan
kepada kami Wahb ibnu Jarir, dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari
Abdullah ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat
(datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Bahwa
hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., rembulan terbelah menjadi dua; yang
sebelah seakan-akan berada di depan bukit, dan yang sebelahnya lagi seakan-akan
berada di belakang bukit. Maka Nabi Saw. bersabda: Ya Allah,
saksikanlah.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Turmuzi melalui
berbagai jalur dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid dengan sanad yang
sama. Imam Muslim mengatakan seperti riwayat Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu
Mas'ud, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Riwayat Ibnu Mas'ud.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu
AbuNajih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa
rembulan pernah terbelah menjadi dua di masa Rasulullah Saw. hingga mereka
menyaksikannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Saksikanlah oleh
kalian!
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui
hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Keduanya telah mengetengahkan
pula melalui hadis Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar alias Abdullah ibnu
Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ais ibnu Usman ibnu Ais
Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami pamanku Yahya ibnu Ais, dari Al-A'masy,
dari Ibrahim, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan
bahwa dahulu kami bersama dengan Rasulullah Saw. di Mina, lalu rembulan
terbelah, yang salah satunya berada di balik bukit. Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Saksikanlah, saksikanlah!
Imam Bukhari mengatakan bahwa Abud Duha telah meriwayatkan dari Masruq, dari
Abdullah di Mekah; Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Uwwanah, dari Al-Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah
ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah
Saw., maka orang-orang Quraisy berkata, "Ini adalah perbuatan sihir Ibnu Abu
Kabsyah (yakni Nabi Saw.)." Maka orang-orang mengatakan, "Sekarang tunggulah apa
yang akan disampaikan oleh kaum musafir itu, karena sesungguhnya Muhammad tidak
akan dapat menyihir semua orang." Ketika kaum musafir itu datang kepada mereka,
ternyata mereka menyaksikan hal yang sama.
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah
Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas alias Muhammad ibnu Ya'qub,
telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami
Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq,
dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di Mekah hingga menjadi
dua belahan. Lalu orang-orang kafir Quraisy penduduk Mekah berkata, "Ini adalah
perbuatan sihir yang dilancarkan terhadap kalian oleh Ibnu Abu Kabsyah. Sekarang
tunggulah para musafir itu; jika ternyata mereka menyaksikan hal yang sama
dengan kalian, berarti dia (Nabi Saw.) benar. Dan jika mereka tidak menyaksikan
seperti apa yang kalian saksikan, berarti itu adalah sihir yang dilancarkan
olehnya terhadap kalian." Kemudian ketika kaum musafir itu tiba dari berbagai
arah, mereka ditanya, dan ternyata mereka pun telah melihat hal yang sama.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Al-Mugirah dengan sanad yang sama,
tetapi ditambahkan bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Telah dekat
(datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada
kami Ayyub, dari Muhammad ibnu Sirin; ia pernah mendapat berita bahwa Ibnu
Mas'ud r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya rembulan pernah terbelah.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah,
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami
Asbat, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang telah
menceritakan bahwa sesungguhnya ia menyaksikan bukit pada saat rembulan terbelah
dari celah belahannya.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Mu'ammal, dari Israil, dari Sammak, dari
Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan pernah
terbelah di masa Rasulullah Saw. hingga ia melihat bukit di antara belahan
rembulan itu. Lais telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa rembulan pernah
terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah Saw. Maka Nabi Saw. bersabda
kepada Abu Bakar: Saksikanlah, hai Abu Bakar! Maka orang-orang musyrik
berkata, "Rembulan telah disihir sehingga terbelah."
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ
يَرَوْا آيَةً}
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda.
(Al-Qamar: 2)
Yakni dalil, keterangan, dan bukti.
{يُعْرِضُوا}
mereka berpaling. (Al-Qamar: 2)
Yaitu tidak mau tunduk kepadanya, bahkan berpaling darinya dan membuangnya
jauh-jauh ke belakang mereka.
{وَيَقُولُوا
سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ}
dan berkata.”(Ini adalah) sihir yang terus-menerus." (Al-Qamar:
2)
Mereka mengatakan, "Bukti-bukti yang kita lihat ini adalah sihir yang dia
lancarkan terhadap kami." Makna mustamir artinya yang segera akan lenyap.
Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya. Makna yang
dimaksud ialah batil lagi akan menyurut, tidak kekal.
{وَكَذَّبُوا
وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ}
Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka.
(Al-Qamar: 3)
Mereka mendustakan kebenaran bila kebenaran itu datang kepada mereka, dan
mereka hanya mengikuti pendapat dan hawa nafsu mereka sendiri sebagai akibat
dari kebodohan dan piciknya akal mereka.
Firman Allah Swt.:
{وَكُلُّ
أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ}
sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3)
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa kebaikan itu hanya
dilakukan oleh ahli kebaikan, dan keburukan itu hanya dilakukan oleh ahli
keburukan. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tiap-tiap urusan itu telah ditetapkan
atas ahlinya masing-masing.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan tiap-tiap
urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3) Yakni kelak di hari kiamat.
As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan mustaqar ialah
pasti terjadi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ
جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ}
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah. (Al-Qamar:
4)
Yaitu berita-berita dan kisah-kisah tentang umat-umat yang mendustakan
rasul-rasul-Nya dan pembalasan, siksa dan azab yang menimpa mereka, yang
semuanya itu telah terdapat di dalam Al-Qur'an yang dibacakan kepada mereka.
{مَا
فِيهِ مُزْدَجَرٌ}
yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). (Al-Qamar: 4)
Maksudnya, pelajaran yang mencegah mereka dari kemusyrikan dan terus-menerus
mendustakan rasul-rasul-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{حِكْمَةٌ
بَالِغَةٌ}
itulah suatu hikmah yang sempurna. (Al-Qamar: 5)
Yakni untuk menyatakan mengapa Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia
beri petunjuk, dan mengapa Dia menyesatkan orang yang Dia sesatkan.
{فَمَا
تُغْنِ النُّذُرُ}
maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar:
5)
Artinya, tiada gunanya lagi peringatan-peringatan itu bagi orang yang telah
ditakdirkan celaka oleh Allah dan hatinya telah dikunci mati, lalu siapakah lagi
yang dapat memberinya petunjuk selain dari Allah? Ayat ini semakna dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ
فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ
أَجْمَعِينَ}
Katakanlah, "Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia
menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”(Al-An'am:
149)
Juga seperti firman Allah Swt.:
{وَمَا
تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 101)