Tafsir Surat Al-Mumtahanah, ayat 1-3
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ
الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي
تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا
أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ
يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ
وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2) لَنْ تَنْفَعَكُمْ
أَرْحَامُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (3) }
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan
kepada mereka (berita-berita Muhammad),
karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu
karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar benar keluar untuk
berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat
demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad)
kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang
melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. Jika
mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan
melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan
mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. Karib kerabat dan anak-anakmu
sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara
kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Tersebutlah bahwa penyebab turunnya permulaan surat yang mulia ini berkaitan
dengan kisah yang dialami oleh Hatib ibnu Abu Balta'ah. Hatib adalah seorang
lelaki dari kalangan Muhajirin dan juga termasuk ahli Badar (ikut dalam Perang
Badar), dia mempunyai anak-anak dan juga harta yang ditinggalkannya di Mekah.
Dan dia sendiri bukan termasuk salah seorang dari kabilah Quraisy, melainkan dia
hanyalah teman sepakta Usman. Ketika Rasulullah Saw. bertekad akan menaklukkan
kota Mekah, karena penduduk Mekah merusak perjanjian yang telah disepakati, maka
Nabi Saw. memerintahkan kepada kaum muslim untuk membuat persiapan guna
memerangi mereka, dan beliau Saw. berdoa: Ya Allah, umumkanlah kepada mereka
berita kami ini.
Maka Hatib dengan sengaja menulis sepucuk surat ditujukan kepada orang-orang
Quraisy melalui seorang wanita suruhannya. Tujuannya ialah untuk memberitahukan
kepada penduduk Mekah rencana yang akan dilakukan oleh Rasulullah Saw., yaitu
memerangi mereka. Ia lakukan demikian itu agar dirinya mendapat jasa di kalangan
mereka. Maka Allah memperlihatkan hal itu kepada Rasulullah Saw. sebagai ijabah
dari doanya, lalu beliau Saw. mengirimkan beberapa orang utusan untuk mengejar
wanita tersebut, kemudian surat itu diambil dari tangan si wanita, sebagaimana
yang disebutkan kisahnya dalam hadis berikut yang telah disepakati
kesahihannya.
قال
الإمام أحمد: حدثنا
سفيان، عن عَمْرو، أَخْبَرَنِي حَسَن بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، أَخْبَرَنِي
عُبَيد اللَّهِ بْنُ أَبِي رَافِعٍ -وَقَالَ مُرَّةُ: إِنَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ
أَبِي رَافِعٍ أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
يَقُولُ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا
وَالزُّبَيْرَ وَالْمِقْدَادَ، فَقَالَ: "انْطَلِقُوا حَتَّى تَأْتُوا رَوْضَةَ
خَاخٍ، فَإِنَّ بِهَا ظَعِينة مَعَهَا كِتَابٌ، فَخُذُوهُ مِنْهَا". فَانْطَلَقْنَا
تَعَادى بِنَا خَيْلُنَا حَتَّى أَتَيْنَا الرَّوْضَةَ، فَإِذَا نَحْنُ
بِالظَّعِينَةِ، قُلْنَا: أَخْرِجِي الْكِتَابَ. قَالَتْ: مَا مَعِي كِتَابٌ.
قُلْنَا: لَتُخْرِجِنَّ الْكِتَابَ أَوْ لنُلقين الثِّيَابَ. قَالَ: فَأَخْرَجَتِ
الْكِتَابَ مِنْ عِقَاصها، فَأَخَذْنَا الْكِتَابَ فَأَتَيْنَا بِهِ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا فِيهِ: من حاطب بن أبي
بلتعة إِلَى
نَاسٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ بِمَكَّةَ، يُخْبِرُهُمْ بِبَعْضِ أَمْرَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا حَاطِبُ، مَا هَذَا؟ ". قَالَ: لَا تَعْجَلْ
عَلَيَّ، إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مُلصَقًا فِي قُرَيْشٍ، وَلَمْ أَكُنْ مِنْ
أَنْفُسِهِمْ، وَكَانَ مَنْ مَعَكَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ لَهُمْ قَرَابَاتٌ
يَحْمُونَ أَهْلِيهِمْ بِمَكَّةَ، فَأَحْبَبْتُ إِذْ فَاتَنِي ذَلِكَ مِنَ
النَّسَبِ فِيهِمْ أَنْ أَتَّخِذَ فِيهِمْ يَدًا يَحْمُونَ بِهَا قَرَابَتِي، وَمَا
فَعَلْتُ ذَلِكَ كُفْرًا وَلَا ارْتِدَادًا عَنْ ديني ولا رضى بِالْكُفْرِ بَعْدَ
الْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّهُ صَدَقكم". فَقَالَ عُمَرُ: دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَ هَذَا الْمُنَافِقِ.
فَقَالَ: "إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا، مَا يُدْرِيكَ لَعَلّ اللَّهَ اطَّلَعَ
إِلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ
لَكُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari pamannya,
telah menceritakan kepadaku Hasan ibnu Muhammad ibnu Ali, telah menceritakan
kepadaku Abdullah ibnu Abu Rafi'. Murrah mengatakan, sesungguhnya Ubaidillah
ibnu Abu Rafi' menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Ali r.a.
menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah mengutusnya bersama
Az-Zubair dan Al-Miqdad seraya berpesan: Berangkatlah kalian bertiga menuju
ke kebun Khakh, karena sesungguhnya di situ kalian akan berjumpa dengan seorang
wanita dalam perjalanan. Ia membawa surat, maka ambillah surat itu darinya.
Maka kami berangkat dengan memacu kuda kami hingga sampailah kami di kebun
tersebut. Ternyata di kebun itu kami menjumpai seorang wanita yang sedang dalam
perjalanannya. Maka kami perintahkan kepada wanita itu, "Keluarkanlah surat
itu!" Wanita itu berkilah, "Aku tidak membawa surat apa pun." Kami berkata
mengancam, "Kamu harus serahkan kitab itu kepada kami atau kamu akan kami
telanjangi." Akhirnya wanita itu mengeluarkan surat tersebut dari gelung
rambutnya, maka kami ambil kitab itu dan membawanya kepada Rasulullah Saw.
Ternyata isi surat tersebut dari Hatib ibnu Abu Balta'ah, ditujukan kepada
sejumlah orang-orang musyrik di Mekah, memberitahukan kepada mereka rencana yang
akan dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai
Hatib, surat apakah ini?" Hatib menjawab, "Jangan engkau tergesa-gesa
mengambil keputusan terhadapku, sesungguhnya aku adalah seorang yang hidup
mendompleng kepada orang-orang Quraisy, dan aku bukanlah seseorang dari kalangan
mereka sedangkan di antara kaum Muhajirin yang ada bersama engkau mempunyai kaum
kerabat di Mekah yang dapat melindung, keluarganya yang tertinggal. Maka karena
aku tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan mereka, aku bermaksud
menggantinya dengan jasa kepada mereka. Dan tidaklah aku berbuat demikian karena
kekafiran, bukan pula karena murtad dari agamaku, serta tidak pula rida dengan
kekufuran sesudah aku masuk Islam." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Dia
berkata sebenarnya kepada kalian. Umar tidak sabar, ia mengatakan,
"Biarkanlah aku memenggal batang leher orang munafik ini." Rasulullah Saw.
bersabda: Sesungguhnya dia telah ikut dalam Perang Badar, dan tahukah kamu,
barangkali Allah menengok ahli Badar, lalu berfirman kepada mereka, "Berbuatlah
menurut apa yang kalian kehendaki, sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan
bagimu."
Hal yang sama telah diketengahkan oleh Jamaah kecuali Ibnu Majah, dari
berbagai jalur melalui Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.
Imam Bukhari di dalam Kitabul Magazi-nya menambahkan, bahwa lalu
turunlah firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia. (Al-Mumtahanah:
1)
Dan di dalam kitab tafsirnya ia mengatakan bahwa Amr berkata, bahwa lalu
diturunkanlah ayat berikut berkenaan dengannya (Hatib), yaitu firman Allah Swt.:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu
menjadi teman-teman setia. (Al-Mumtahanah: 1)
Imam Bukhari mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah ayat ini termasuk
bagian dari hadis ataukah Amr yang mengatakannya.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Ali ibnul Madini telah menceritakan bahwa
pernah ditanyakan kepada Sufyan tentang hal ini, yaitu tentang penurunan
firman-Nya: /anganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman
setia. (Al-Mumtahanah: 1) Maka Sufyan menjawab, "Memang demikianlah yang
terdapat dalam hadis orang-orang yang aku hafal dari Amr, tanpa meninggalkan
satu huruf pun darinya, dan tiada yang meriwayatkannya seperti ini selain
diriku.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam kitab Sahihain
melalui hadis Husain ibnu Abdur Rahman, dari Sa'd ibnu Ubaidah, dari Abu
Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
mengutusku bersama Abu Marsad dan Az-Zubair ibnul Awwam, kami bertiga berkuda.
Nabi Saw. bersabda, "Berangkatlah kalian hingga sampai di kebun Khakh, karena
sesungguhnya di dalam kebun itu terdapat seorang wanita dari kaum musyrik
membawa sebuah surat rahasia dari Hatib ibnu Abu Balta'ah ditujukan kepada
orang-orang musyrik. Maka kami menjumpai wanita itu sedang berjalan dengan
mengendarai untanya sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. Maka
kami berkata kepadanya, "Di manakah surat itu?" Ia menjawab, "Aku tidak membawa
surat apa pun." Lalu kami turunkan dia dan kami geledah dia, ternyata kami tidak
menemukan surat tersebut. Kami berkata dalam diri kami, bahwa mustahil
Rasulullah Saw. dusta. Akhirnya kami berkata kepada wanita itu, "Kamu harus
mengeluarkan surat itu atau kami telanjangi kamu." Ketika wanita itu melihat
bahwa ancaman kami sungguhan, ia membuka kain kembennya yang terhalang oleh kain
kisa-nya, dan ia mengeluarkan surat itu. Kemudian kami bawa surat itu kepada
Rasulullah Saw. Maka Umar berkata, "Wahai Rasulullah, dia telah berkhianat
kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, maka biarkanlah aku memukul
(memenggal) batang lehernya." Nabi Saw. menginterogasi Hatib, "Apakah yang
mendorongmu berbuat demikian?" Hatib menjawab, "Demi Allah, tiadalah diriku
kecuali orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku bertujuan ingin
mempunyai jasa di kalangan kaum itu guna untuk membela keluarga dan harta
bendaku. Tiada seorang pun dari sahabatmu, melainkan dia mempunyai kaum kerabat
di sana yang melalui mereka Allah membela keluarga dan harta yang
ditinggalkannya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Dia benar, janganlah kalian
berkata kepadanya kecuali yang baik." Umar berkata, "Sesungguhnya dia telah
berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin. Maka biarkanlah aku
memenggal batang lehernya." Lalu Rasulullah Saw. bersabda: "Bukankah dia
termasuk ahli Badar?” Rasul Saw. melanjutkan, bahwa semoga Allah
memperhatikan ahli Badar (dengan perhatian yang khusus), lalu berfirman,
"Berbuatlah menurut kehendakmu, sesungguhnya Aku telah memastikan surga bagimu.”
Atau, "Aku telah memberikan ampunan bagimu.” Mendengar jawaban Rasulullah
Saw., maka berlinanglah air mata Umar, lalu ia berkata, "Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui."
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari di dalam Al-Magazi, yaitu Bab
"Perang Badar."
Telah diriwayatkan melalui jalur lain dari Ali r.a. Untuk itu disebutkan oleh
Ibnu Abu Hatim bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan
Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Ya'isy, telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman Ar-Razi, dari Abu Sinan alias Sa'id
ibnu Sinan, dari Amr ibnu Murrah Al-Hamli, dari Abu Ishaq Al-Buhturi At-Ta'i,
dari Al-Haris, dari Ali yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. hendak menuju ke
Mekah, beliau merahasiakan tujuannya ini kepada sebagian dari sahabatnya, yang
antara lain ialah Hatib ibnu Abu Balta'ah. Sedangkan yang disebarkan ialah bahwa
Nabi Saw. bertujuan ke Khaibar. Maka Hatib berkirim surat kepada penduduk Mekah
yang memberitakan bahwa Rasulullah Saw. hendak menyerang kalian. Maka Rasulullah
Saw. diberi tahu (oleh Jibril a.s.), lalu beliau mengutusku dan Abu Marsad, dan
tiada seorang pun dari kami melainkan berkuda. Rasulullah Saw. berpesan kepada
kami: Datanglah kamu ke kebun Khakh karena sesungguhnya kamu akan menjumpai
padanya seorang wanita yang membawa surat (rahasia), maka rebutlah surat
itu darinya! Kami berangkat hingga kami melihatnya di tempat seperti yang
disebutkan oleh Rasulullah Saw., lalu kami berkata kepadanya, "Keluarkanlah
surat itu." Ia menjawab, "Kami tidak membawa surat apa pun." Lalu kami letakkan
barang-barangnya dan kami periksa semuanya, ternyata tidak kami jumpai pada
barang-barang bawaannya. Lalu Abu Marsad berkata, "Barangkali surat itu ada
bersamanya." Aku berkata, "Memang Rasulullah tidak dusta dan tidak pernah
berdusta kepada kami." Akhirnya kami katakan kepada wanita itu, "Keluarkanlah
surat itu, atau kalau tidak kami akan menelanjangimu." Wanita itu berkata,
"Tidakkah kamu takut kepada Allah, bukankah kalian orang-orang muslim?" Kami
berkata, "Kamu keluarkan surat itu atau kami telanjangi kamu." Amr ibnu Murrah
menceritakan bahwa akhirnya wanita itu mengeluarkan surat tersebut dari kain
kembennya. Menurut Habib ibnu Abu Sabit, wanita itu mengeluarkan surat tersebut
dari liang vaginanya, lalu kami datangkan surat itu kepada Rasulullah Saw., dan
ternyata surat itu dari Hatib ibnu Abu Balta'ah. Maka berdirilah Umar dan
mengatakan, "Wahai Rasulullah, dia telah berkhianat terhadap Allah dan
Rasul-Nya, maka izinkanlah bagiku memukul batang lehernya." Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Mudah-mudahan Allah memperhatikan ahli Badar dengan perhatian yang
khusus dan berfirman, "Berbuatlah menurut apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya
Aku Maha Melihat terhadap semua yang kamu kerjakan." Maka berlinanganlah air
mata Umar dan berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Lalu Rasulullah
mengundang Hatib dan bertanya, "Hai Hatib, apakah yang mendorongmu berbuat
seperti itu?" Hatib menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah
seorang yang mendompleng pada orang-orang Quraisy, dan aku memiliki harta dan
keluarga yang ada di kalangan mereka, sedangkan tiada seorang pun dari sahabatmu
melainkan dia mempunyai orang yang membela harta dan keluarganya. Maka aku
menyampaikan informasi itu kepada mereka (agar keluarga dan hartaku yang ada di
sana tidak diganggu). Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Hatib benar, janganlah kamu berkata mengenai Hatib melainkan hanya kebaikan
belaka. Habib ibnu Abu Sabit mengatakan bahwa lalu Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang. (Al-Mumtahanah:
1), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari
Mahran, dari Abu Sinan berikut sanadnya yang semisal. Para pemilik kitab
Magazi was Siyar telah mengetengahkan pula hal ini.
Untuk itu Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan di dalam kitab
Sirah-nya, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ja'far ibnuz Zubair,
dari Urwah ibnuz Zubair dan lain-lainnya, dari kalangan ulama kita, bahwa ketika
Rasulullah Saw. telah bertekad untuk berangkat menuju ke Mekah, maka Hatib ibnu
Abu Balta'ah berkirim surat kepada orang-orang Quraisy, memberitakan kepada
mereka tentang kebulatan tekad Rasulullah Saw. untuk berangkat menuju mereka.
Kemudian surat itu ia titipkan kepada seorang wanita, yang menurut Muhammad ibnu
Ja'far diduga wanita itu berasal dari Muzayyanah, sedangkan selain dia
menduganya bernama Sarah maula Bani Abdul Muttalib. Kemudian Hatib memberinya
hadiah sebagai imbalan menyampaikan surat tersebut kepada orang-orang Quraisy.
Lalu wanita itu menyimpan surat tersebut di dalam gelungan rambutnya, lalu
berangkat menuju ke Mekah. Dan datanglah berita dari langit kepada Rasulullah
Saw. yang menceritakan tentang apa yang dilakukan oleh Hatib itu. Maka beliau
mengutus Ali ibnu AbuTalib dan Az-Zubair ibnul Awwam seraya berpesan kepada
keduanya: Kejarlah olehmu berdua seorang wanita yang membavsa surat Hatib
ditujukan kepada orang-orang Ouraisyyang isinya memperingatkan mereka tentang
apa yang telah kita sepakati terhadap urusan mereka. Maka keduanya keluar
hingga dapat mengejarnya di Hulaifah, yaitu tempatnya Bani Abu Ahmad. Lalu
keduanya menurunkan wanita itu dari untanya dan memeriksa barang bawaannya,
tetapi keduanya tidak menemukan surat tersebut. Ali ibnu Abu Talib berkata
kepada wanita itu, "Sesungguhnya aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa
Rasulullah tidak dusta dan beliau tidak pernah berdusta kepada kami. Sekarang
kamu harus mengeluarkan surat itu; atau kalau tidak, maka kami benar-benar akan
membuka pakaianmu." Ketika wanita itu melihat bahwa ancaman Ali sungguhan, maka
ia berkata, "Berpalinglah kamu." Maka Ali memalingkan mukanya, dan wanita itu
membuka gelungan rambutnya dan mengeluarkan surat tersebut darinya, selanjutnya
surat itu ia serahkan kepada Ali. Kemudian Ali r.a. menyerahkan surat itu kepada
Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. memanggil Hatib dan bertanya kepadanya,
"Hai Hatib, apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Hatib menjawab,
"Wahai Rasulullah, ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, aku tidak berubah dan tidak pula berganti (agama).
Tetapi aku adalah seorang yang tidak memiliki famili dan kerabat di kalangan
kaum Quraisy, sedangkan aku mempunyai anak-anak dan keluarga di kalangan mereka,
maka aku bermaksud membuat suatu jasa (budi) kepada mereka." Maka Umar berkata,
"Wahai Rasulullah, biarkanlah aku menebas batang lehernya, karena sesungguhnya
dia adalah seorang munafik." Rasulullah Saw. bersabda: Tahukah kamu, hai
Umar, barangkali Allah memberikan perhatian yang khusus kepada ahli Badar, lalu
Dia berfirman, "Berbuatlah menurut apa yang kamu kehendaki, karena sesungguhnya
Aku telah memberikan ampunan bagimu." Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya
berkenaan dengan kisah Hatib ini, yaitu: Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman sedayang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih
sayang. (Al-Mumtahanah: 1) sampai dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah
ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang ada
bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.
(Al-Mumtahanah: 4) hingga akhir kisah.
Telah diriwayatkan pula oleh Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah hal yang
semisal. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil ibnu Hayyan, bahwa ayat-ayat
ini diturunkan berkenaan dengan Hatib ibnu Abu Balta'ah, bahwa dia menyuruh
Sarah maula Bani Hasyim untuk membawa suratnya, dan ia memberinya hadiah sepuluh
dirham. Lalu Rasulullah Saw. mengirimkan Umar ibnul Khattab dan Ali ibnu Abu
Talib untuk mengejarnya, hingga keduanya dapat mengejarnya di Al-Juhfah.
Kemudian selanjutnya sama dengan kisah di atas. Telah diriwayatkan pula dari
As-Saddi hal yang mendekati kisah di atas. Dan hal yang sama telah dikatakan
oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, Qatadah, dan Mujahid serta lain-lainnya yang
bukan hanya seorang, bahwa ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan kisah Hatib
ibnu Abu Balta'ah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ
الْحَقِّ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. (Al-Mumtahanah:
1)
Yakni kaum musyrik dan orang-orang kafir yang selalu memerangi Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin. Allah memerintahkan agar mereka dimusuhi dan
diperangi serta melarang mengambil mereka menjadi kekasih, teman, dan
orang-orang yang terdekat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya
dalam ayat yang lain, yaitu:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (Al-Maidah:
51)
Ini mengandung ancaman yang keras dan peringatan yang pasti. Dan Allah Swt.
telah berfirman pula dalam ayat yang lainnya:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ
هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,
orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu)
di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang
kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman. (Al-Maidah: 57)
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
مُبِينًا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu). (An-Nisa: 144)
Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:
{لَا
يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا
مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ}
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara
diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran: 28)
Karena itulah maka Rasulullah Saw. menerima alasan dan permintaan maaf dari
Hatib, karena sesungguhnya dia melakukan hal itu semata-mata hanyalah sebagai
sikap diplomasi dan basa-basinya terhadap orang-orang Quraisy, mengingat dia
memiliki harta dan anak-anak di kalangan mereka.
Sehubungan dengan hal ini perlu diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
مُصْعَبُ بْنُ سَلَّامٍ، حَدَّثَنَا الْأَجْلَحُ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي مُسْلِمٍ،
عَنْ رِبْعَيِ بْنِ حِرَاشٍ، سَمِعْتُ حُذيفة يَقُولُ: ضَرَب لَنَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْثَالًا وَاحِدًا وَثَلَاثَةً وَخَمْسَةً
وَسَبْعَةً، وَتِسْعَةً، وَأَحَدَ عَشَرَ -قَالَ: فَضَرَبَ لَنَا مِنْهَا مَثَلًا
وَتَرَكَ سَائِرَهَا، قَالَ: "إِنَّ قَوْمًا كَانُوا أَهْلَ ضَعْفٍ وَمَسْكَنَةٍ،
قَاتَلَهُمْ أَهْلُ تَجَبُّرٍ وَعَدَاءٍ، فَأَظْهَرَ اللَّهُ أَهْلَ الضَّعْفِ
عَلَيْهِمْ، فَعَمَدوا إِلَى عَدُوهم فَاسْتَعْمَلُوهُمْ وَسَلَّطُوهُمْ،
فَأَسْخَطُوا اللَّهَ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ"
telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Salam, telah menceritakan kepada
kami Al-Ahlaj, dari Qais ibnu Abu Muslim, dari Rib'i ibnu Hirasy, bahwa ia
pernah mendengar Huzaifah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah menceritakan
kepada kami berbagai tamsil (perumpamaan), sebanyak sekali, tiga kali, lima
kali, tujuh kali, sembilan kali, dan sebelas kali. Lalu beliau Saw. membuatkan
bagi kami sebuah tamsil saja darinya, sedangkan yang lain ditinggalkannya.
Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang lemah lagi
miskin, mereka diperangi oleh orang-orang yang sewenang-wenang dan suka
permusuhan, kemudian Allah memenangkan orang-orang yang lemah atas mereka.
Sesudah itu orang-orang yang tadinya lemah itu dengan sengaja berteman dengan
musuh mereka dan menjadikan musuh mereka mempunyai jabatan dan kekuasaan atas
diri mereka. Maka Allah murka terhadap kaum yang lemah itu sampai hari mereka
bersua dengan-Nya.
Firman Allah Swt.:
{يُخْرِجُونَ
الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ}
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu. (Al-Mumtahanah:
1)
Alasan ini dan yang sebelumnya menggugah kaum mukmin untuk memusuhi mereka
dan tidak boleh menjadikan mereka teman, karena mereka telah mengusir Rasul dan
para sahabatnya dari kalangan mereka, sebab mereka benci kepada ajaran tauhid
dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata. Karena itulah maka
disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَنْ
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ}
karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. (Al-Mumtahanah: 1)
Yakni kamu tidak mempunyai dosa terhadap mereka, melainkan hanya semata-mata
karena kamu beriman kepada Allah, Tuhan semesta alam. Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا
نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ. الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ}
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.
(Al-Buruj: 8)
Dan firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ
أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا
اللَّهُ}
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa
alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan kami hanyalah Allah.”
(Al-Hajj: 40)
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ
كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ
مَرْضَاتِي}
Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari
keridaan-Ku. (Al-Mumtahanah: 1)
Yakni jika niatmu memang demikian, maka janganlah kamu mengambil mereka
sebagai teman-teman dekatmu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwajika kamu
benar keluar hanya untuk berjihad di jalan-Ku dan meraih rida-Ku kepada kalian,
maka janganlah kalian berteman dengan musuh-musuh-Ku dan musuh-musuh kalian.
Sesungguhnya mereka telah mengusir kalian dari rumah dan harta benda kalian,
karena benci dan tidak suka dengan agama kalian.
Firman Allah Swt.:
{تُسِرُّونَ
إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا
أَعْلَنْتُمْ}
Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada
mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakan. (Al-Mumtahanah: 1)
Yakni kamu lakukan hal itu, sedangkan Aku mengetahui semua rahasia dan apa
yang terkandung di dalam hati serta apa yang dinyatakan.
{وَمَنْ
يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا
لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ
بِالسُّوءِ}
Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia
telah tersesat dari jalan yang lurus. Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka
bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu
dengan menyakiti (mu). (Al-Mumtahanah: 1-2)
Maksudnya, seandainya mereka mempunyai kemampuan untuk mengalahkan kalian,
tentulah mereka tidak segan-segan menyakiti kalian dengan ucapan dan tangan
mereka.
{وَوَدُّوا
لَوْ تَكْفُرُونَ}
dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. (Al-Mumtahanah:
2)
Yaitu mereka sangat menginginkan agar kamu tidak memperoleh suatu kebaikan
pun. Dengan kata lain, permusuhan mereka kepada kalian telah mendarah daging,
baik lahir maupun batinnya. Maka mengapa kalian berteman dengan orang-orang
seperti mereka? Ini pun merupakan alasan lain yang menggugah hati kaum mukmin
untuk memusuhi mereka.
Firman Allah Swt.:
{لَنْ
تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ
بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada
hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. (Al-Mumtahanah: 3)
Yakni kekerabatanmu tidak dapat memberikan manfaat kepadamu di sisi Allah.
Apabila Allah menghendaki keburukan bagimu, dan pemberian manfaat mereka
(kepadamu) tidak akan sampai kepadamu, jika kamu membuat mereka puas terhadap
apa yang dimurkai oleh Allah Swt. Dan barang siapa yang membiarkan keluarganya
dalam kekafiran untuk memuaskan hati mereka, maka sesungguhnya dia kecewa,
merugi, dan lenyap amalnya; dan tiada bermanfaat baginya di sisi Allah hubungan
kekerabatannya, siapapun dia adanya, sekalipun dia adalah orang yang mempunyai
hubungan kekerabatan dengan salah seorang nabi.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَيْنَ أَبِي؟ قَالَ: "فِي النَّارِ" فَلَمَّا (1) قَفَّى
دَعَاهُ فَقَالَ: "إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammad, dari Sabit ibnu Anas, bahwa seorang lelaki
pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, di manakah ayahku?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Di dalam neraka." Ketika lelaki itu pergi, beliau memanggilnya
dan bersabda kepadanya, "Sesungguhnya ayahku (pun jika sama seperti
ayahmu masuk neraka pula."
Hadis riwayat Imam Muslim dan Imam Abu Daud melalui Hammad ibnu Salamah
dengan sanad yang sama.