Tafsir Surat Al-Mujadilah, ayat 8-10
{أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ
وَيَتَنَاجَوْنَ بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَإِذَا
جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي
أَنْفُسِهِمْ لَوْلا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ
يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ (8) يَا أَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُوا إِذَا
تَنَاجَيْتُمْ فَلا تَتَنَاجَوْا بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ
وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ (9) إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ
الَّذِينَءَامَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى
اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (10) }
Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang
telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali
(mengerjakan) larangan itu dan mereka
mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka
kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam
kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu.
Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tiada menyiksa
kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam
yang akan mereka masuki. Dan neraka Jahanam adalah seburuk-buruk tempat kembali.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada
Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. Sesungguhnya pembicaraan
rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita,
sedangkan pembicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka,
kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang
beriman bertawakal.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya: Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang
mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan)
larangan itu. (Al-Mujadilah: 8) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah
orang-orang Yahudi; hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil dan Ibnu Hayyan.
Disebutkan bahwa dahulu antara Nabi Saw. dan orang-orang Yahudi telah
diadakan perjanjian perdamaian. Dan tersebutlah bahwa mereka apabila melihat
seseorang dari sahabat Nabi Saw. lewat di hadapan mereka, maka mereka duduk dan
saling berbisik-bisik di antara sesama mereka, hingga orang mukmin itu mengira
bahwa mereka berbisik untuk merencanakan suatu makar guna membunuhnya, atau
merencanakan suatu hal yang tidak disukai oleh orang mukmin itu. Apabila orang
mukmin itu melihat mereka berbuat demikian, maka dia merasa takut kepada mereka,
akhirnya dia tidak jadi melewati mereka. Maka Nabi Saw. melarang mereka
mengadakan pembicaraan rahasia; tetapi mereka membandel dan kembali melakukan
perbuatannya, maka barulah Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Apakah tiada
kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia,
kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu. (Al-Mujadilah:
8)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ
الْحِزَامِيُّ، حَدَّثَنِي سُفْيَانُ بْنُ حَمْزَةَ، عَنْ كَثِيرٍ عَنْ زَيْدٍ،
عَنْ رُبَيح بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: كُنَّا نَتَنَاوَبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، نَبِيتُ عِنْدَهُ؛ يطرُقه مِنَ اللَّيْلِ أَمْرٌ وَتَبْدُو
لَهُ حَاجَةٌ. فَلَمَّا كَانَتْ ذَاتُ لَيْلَةٍ كَثُر أَهْلُ النَّوْبِ
وَالْمُحْتَسِبُونَ حَتَّى كُنَّا أَنْدِيَةً نَتَحَدَّثُ، فَخَرَجَ عَلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا هَذَا
النَّجْوَى؟ أَلَمْ تُنْهَوا عَنِ النَّجْوَى؟ ". قُلْنَا: تُبْنَا إِلَى اللَّهِ
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا كنا في ذكر المسيح، فَرقا
مِنْهُ. فَقَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي
مِنْهُ؟ ". قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "الشِّرْكُ الْخَفِيُّ،
أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يَعْمَلُ لِمَكَانِ رَجُلٍ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami, telah menceritakan
kepadaku Sufyan ibnu Hamzah, dari Kasir, dari Zaid, dari Rabih ibnu Abdur Rahman
ibnu Abu Sa'id Al-Khudri, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa
dahulu kami bergiliran menjaga Rasulullah Saw. dan menginap di dekat rumah
beliau, karena bila ada suatu urusan di malam hari menyangkut beliau atau beliau
memerlukan suatu kebutuhan. Di suatu malam orang-orang yang berjaga dengan suka
rela semakin banyak jumlahnya, hingga kami membentuk kelompok-kelompok dan kami
pun asyik berbincang-bincang di antara kami. Maka keluarlah Rasulullah Saw. dan
bertanya, "Rahasia apakah yang kalian bicarakan, bukankah kalian dilarang
melakukan pembicaraan rahasia?" Kami menjawab, "Kami bertobat kepada Allah.
Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami sedang membicarakan tentang Al-Masih
(Dajjal) karena kami takut kepadanya." Nabi Saw. bersabda; "Maukah aku
beritakan kepada kalian tentang sesuatu hal yang paling aku khawatirkan akan
menimpa kalian?" Kami menjawab, "Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah."
Maka beliau Saw. bersabda: Syirik yang tersembunyi, yaitu bila seseorang
bangkit beramal karena kedudukan seseorang lainnya.
Sanad hadis garib dan di dalamnya terdapat sebagian perawi yang
berpredikat dai/.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيَتَنَاجَوْنَ
بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ}
dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan
dan durhaka kepada Rasul. (Al-Mujadilah: 8)
Mereka membicarakan perbuatan dosa di antara sesama mereka yang khusus hanya
menyangkut diri mereka.
وَالْعُدْوَانُ
dan permusuhan. (Al-Mujadilah: 8)
Yakni yang berkaitan dengan orang lain, dan termasuk ke dalam pengertian ini
ialah perbuatan durhaka kepada Rasul dan menentangnya. Mereka bertekad untuk
mengerjakannya dan saling memerintahkan di antara sesama mereka untuk itu.
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ}
Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu
dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu.
(Al-Mujadilah: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, dari Al-A'masy, dari Masruq, dari
Aisyah yang mengatakan bahwa pernah orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah
Saw., lalu mereka mengucapkan, "Ass'amu 'alaika (semoga kebinasaan
menimpa dirimu), hai Abul Qasim." Maka Aisyah menjawab, "Wa 'alaikumus s'am
(semoga kamulah yang tertimpa kebinasaan)." Maka Rasulullah Saw. bersabda,
"Hai Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai kata-kata yang keji dan perbuatan
yang keji." Aisyah r.a. berkata, "Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka
katakan? Mereka mengatakan, 'Ass'amu 'alaika'" Rasulullah Saw. balik
bertanya, "Tidakkah engkau mendengar apa yang kukatakan kepada mereka?
Aku katakan kepada mereka, 'Wa'alaikum' (semoga kamulah yang demikian
itu)." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan apabila mereka datang kepadamu,
mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang
ditentukan Allah untukmu. (Al-Mujadilah: 8)
Menurut riwayat yang lain, Aisyah berkata kepada mereka, "Semoga kalianlah
yang tertimpa kebinasaan, celaan, dan laknat," dan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda:
"إِنَّهُ
يُسْتَجَابُ لَنَا فِيهِمْ، وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِينَا"
Sesungguhnya diperkenankanlah bagi kita terhadap mereka, dan tidak
diperkenankanlah bagi mereka terhadap kita.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah
menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari
Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa ketika Rasulullah Saw. sedang duduk bersama
sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang Yahudi kepada mereka, lalu
mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya. Maka Nabi Allah
Swt. bertanya, "Tahukah kalian, apa yang telah dikatakan olehnya?" Mereka
menjawab, "Itu salam, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak,
bahkan dia mengatakan, 'Samun 'alaikum, 'yakni mereka mengharapkan
kebinasaan bagi agama kalian. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Jawablah
dia dengan yang serupa." Maka mereka menjawabnya, dan Rasulullah Saw.
bertanya, "Apakah kamu telah mengatakan, 'Samun 'alaikum?' Lelaki
Yahudi itu menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda:
"إِذَا
سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَقُولُوا:
عَلَيْكَ"
Apabila ada Ahli Kitab yang mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah
olehmu dengan kalimat '"Alaika".
Artinya, semoga kamulah yang tertimpa apa yang kamu katakan itu.
Asal hadis Anas diketengahkan di dalam kitab sahih. Hadis ini di dalam kitab
sahih diriwayatkan melalui Aisyah r.a. dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيَقُولُونَ
فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ}
Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tiada
menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” (Al-Mujadilah: 8)
Yakni apa yang mereka lakukan dan yang mereka katakan itu berupa melipat
kata-kata dan memberikan prakira kepada lawan bicara seakan-akan kata-kata itu
adalah salam. Padahal sesungguhnya kata-kata itu sebenarnya merupakan cacian.
Selain dari itu mereka mengatakan dalam dirinya sendiri bahwa seandainya orang
ini (maksudnya Nabi Saw.) adalah seorang nabi, niscaya Allah akan mengazab kami
karena perkataan yang kami tujukan terhadapnya yang batinnya mengandung cacian.
Allah Maha Mengetahui apa yang kita sembunyikan (rahasiakan); sekiranya dia
benar seorang nabi, pastilah dalam waktu dekat Allah akan menyegerakan
siksaan-Nya di dunia ini atas diri kita. Maka Allah Swt. menjawab ucapan mereka
itu melalui firman-Nya:
{حَسْبُهُمْ
جَهَنَّمُ}
Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam. (Al-Mujadilah: 8)
Maksudnya, neraka Jahanam, sudah cukup untuk mereka di hari kemudian.
{يَصْلَوْنَهَا
فَبِئْسَ الْمَصِيرُ}
yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat
kembali. (Al-Mujadilah: 8)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah
menceritakan kepada kami Hammad, bahwa Ata ibnus Sa'ib telah meriwayatkan dari
ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa dahulu orang-orang Yahudi sering
mengucapkan kata-kata samun 'alaika' kepada Rasulullah. Dan mereka
berkata dalam dirinya sendiri bahwa mengapa Allah tidak menyiksa kami karena
perkataan yang kami ucapkan? Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan
apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan
memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah kepadamu. Dan mereka
mengatakan pada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tiada menyiksa kita
disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang
akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
(Al-Mujadilah: 8)
Sanadnya cukup baik, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam
kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah.
(Al-Mujadilah: 8) Bahwa dahulu orang-orang munafik apabila memberi salam
kepada Rasulullah Saw., mereka mengatakan, "Samun 'alaika.” Maka Allah
Swt. berfirman: Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki.
Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mujadilah: 8)
*******************
Kemudian dalam firman berikutnya Allah Swt. mendidik hamba-hamba-Nya yang
beriman agar janganlah mereka menjadi seperti orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلا تَتَنَاجَوْا بِالإثْمِ
وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ}
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada
Rasul. (Al-Mujadilah: 9)
Yakni sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengerti dari
kalangan kaum kuffar Ahli Kitab, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka
dalam kesesatannya dari kalangan orang-orang munafik.
{وَتَنَاجَوْا
بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ}
Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (Al-Mujadilah: 9)
Yaitu lalu Dia memberitahukan kepada kalian semua amal perbuatan dan ucapan
kalian, Allah telah mencatatnya atas kalian dan akan membalaskannya terhadap
kalian.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْزُ وَعَفَّانُ قَالَا أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ،
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِز قَالَ: كُنْتُ آخِذًا بِيَدِ
ابْنِ عُمَرَ، إِذْ عَرَضَ لَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفه وَيَسْتُرُهُ مِنَ
النَّاسِ، وَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، وَيَقُولُ لَهُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟
أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ حَتَّى إِذَا قَرّره
بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنْ قَدْ هَلَكَ، قَالَ: فَإِنِّي قَدْ
سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ
يُعْطَى كتابَ حَسَنَاتِهِ، وَأَمَّا الْكُفَّارُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ
الْأَشْهَادِ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ، أَلَا لَعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz dan Affan,
keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah,
dari Safwan ibnu Muharriz yang mengatakan bahwa aku sedang memegang tangan Ibnu
Umar saat ada seorang lelaki menghadap jalannya, lalu lelaki itu bertanya,
"Apakah yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw. tentang pembicaraan
rahasia kelak di hari kiamat?" Ibnu Umar menjawab, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mendekat kepada seorang mukmin,
lalu meletakkan naungan-Nya kepada orang mukmin itu dan menutupinya dari
penglihatan manusia. Lalu Allah memeriksa semua dosanya dan berfirman kepadanya,
"Tahukah kamu dosa anu? Tahukah kamu dosa anu? Tahukah kamu dosa anu?” Dan
manakala semua dosanya telah disebutkan dan diakuinya serta dia merasa dalam
dirinya bahwa pastilah dirinya akan binasa, maka Allah berfirman, "Sesungguhnya
Aku telah menutupi dosa-dosamu ketika di dunia, dan Aku mengampuninya bagimu di
hari ini.” Kemudian diberikanlah kepadanya kitab catatan amal-amal kebaikannya.
Dan adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi
mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang mendustakan Tuhan mereka. Ingatlah,
laknat Allah menimpa orang-orang yang zalim.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih
masing-masing melalui Qatadah.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّمَا
النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ
شَيْئًا إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang
yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiadalah memberi
mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada
Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. (Al-Mujadilah:
10)
Yakni sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah pembicaraan yang dilakukan
dengan bisik-bisik yang tujuannya ialah untuk membuat hati orang mukmin tidak
enak, bahwa dirinya sedang dalam bahaya.
{مِنَ
الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا}
adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita.
(Al-Mujadilah: 10)
Yaitu sesungguhnya pembicaraan rahasia ini yang dilakukan oleh mereka
(orang-orang munafik) tiada lain akibat dari bisikan setan yang diembuskan
kepada mereka dan membuat mereka menganggap baik perbuatan itu.
{لِيَحْزُنَ
الَّذِينَ آمَنُوا}
supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita. (Al-Mujadilah:
10)
Yakni agar hati mereka menjadi gelisah dan tidak enak, padahal kenyataannya
hal tersebut sama sekali tidak membahayakan mereka kecuali dengan seizin Allah.
Dan barang siapa yang merasa sedang menghadapi sesuatu dari itu, hendaklah ia
meminta perlindungan kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya; maka
sesungguhnya pembicaraan rahasia itu tidak akan membahayakan dirinya dengan
seizin Allah.
Telah disebutkan pula di dalam sunnah adanya larangan berbisik-bisik ini,
karena hal tersebut menyakiti hati orang mukmin. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam Ahmad, bahwa:
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يتناجَينَّ اثْنَانِ دُونَ
صَاحِبِهِمَا، فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ".
telah menceritakan kepada kami Waki dan Abu Mu'awiyah. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Wa-il, dari Abdullah ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila kamu
bertiga, janganlah dua orang (darimu) berbisik-bisik tanpa melibatkan
teman keduanya, karena sesungguhnya hal itu akan membuatnya berduka
cita.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Al-A'masy
dengan sanad yang sama.
قَالَ
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا
كنتم ثلاثة فلا يتناجى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ إِلَّا بِإِذْنِهِ؛ فَإِنَّ
ذَلِكَ يُحْزِنُهُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub,
dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Apabila kamu bertiga, maka janganlah dua orang darimu melakukan
pembicaraan rahasia tanpa melibatkan teman yang satunya lagi, terkecuali dengan
seizinnya, karena sesungguhnya hal itu akan membuatnya berduka cita.
Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara munfarid, dari Abur Rabi'
dan Abu Kamil; keduanya dari Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dengan sanad yang
sama.