Tafsir Surat Al-Haqqah, ayat 1-12
الْحَاقَّةُ
(1) مَا الْحَاقَّةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (3) كَذَّبَتْ ثَمُودُ
وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (4) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (5)
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ
سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى
كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ
(8) وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ (9)
فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً (10) إِنَّا لَمَّا
طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (11) لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ
تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (12)
Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah
kamu apakah hari kiamat itu? Kaum Samud dan 'Ad telah mendustakan hari kiamat.
Adapun Kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa. Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu
itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang
telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara
mereka. Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk)
negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka
(masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa
mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah
naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar
Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh
telinga yang mau mendengar.
Al-Haqqah adalah salah satu dari nama lain hari kiamat, karena di
dalam hari kiamat direalisasikan janji dan ancaman Allah Swt. Karena itulah maka
Allah membesarkan perihalnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا
أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ}
Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (Al-Haqqah: 3)
Kemudian Allah Swt. menceritakan kebinasaan yang Dia timpakan atas umat-umat
yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَأَمَّا
ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ}
Adapun kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa. (Al-Haqqah: 5)
Yaitu pekikan yang mendiamkan mereka dan gempa yang sangat dahsyat yang
mematikan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, bahwa At-Tagiyah
artinya pekikan yang mengguntur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Tagiyah ialah dosa-dosa;
hal yang senada dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas dan Ibnu Zaid, bahwa makna
yang dimaksud ialah perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, dan Ibnu Zaid
membaca firman-Nya:
كَذَّبَتْ
ثَمُودُ بِطَغْواها
(Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui
batas. (Asy-Syams: 11)
As-Saddi mengatakan bahwa kaum Samud dibinasakan karena perbuatan yang
melampaui batas, yakni ulah orang yang menyembelih unta Nabi Saleh.
{وَأَمَّا
عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin. (Al-Haqqah: 6)
Yakni angin yang sangat dingin (yang membekukan segalanya).
Qatadah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta As Sauri telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: lagi sangat kencang. (Al-Haqqah: 6)
Maksudnya, sangat kuat tiupannya.
Qatadah mengatakan bahwa angin itu melanda mereka hingga melubangi hati
mereka.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sangat
dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yaitu angin yang sangat dingin lagi
mengamuk menghantam mereka tanpa belas kasihan.
Ali dan lain-lainnya mengatakan bahwa angin itu menghantam gudang-gudang
tempat penyimpanan makanan mereka, maka berhamburanlah isinya tanpa
terhitung.
{سَخَّرَهَا
عَلَيْهِمْ}
yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka. (Al-Haqqah: 7)
Yakni yang diperintahkan oleh Allah untuk menguasai mereka.
{سَبْعَ
لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا}
selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah:7).
Maksudnya, genap selama itu secara terus-menerus tiada henti-hentinya. Ibnu
Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, As-Sauri, dan lain-lainnya mengatakan
bahwa husuman artinya terus-menerus tiada henti-hentinya.
Diriwayatkan pula dari Ikrimah serta Ar-Rabi' ibnu Khaisam, yang menimpakan
kesialan-kesialan atas mereka, semakna dengan firman-Nya:
فِي
أَيَّامٍ نَحِساتٍ
dalam beberapa hari yang sial (Fushshilat: 16)
Ar-Rabi' mengatakan bahwa angin itu mula-mula datang pada hari Jumat,
selainnya mengatakan hari Rabu. Menurut pendapat yang lainnya lagi, hari itu
dikenal di kalangan orang-orang dengan sebutan hari A'jaz, seakan-akan mereka
yang menamakan demikian mengambil kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَتَرَى
الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan
mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah:
7)
Menurut pendapat yang lain, dinamakan demikian karena angin itu terjadi di
pertengahan musim dingin. Pendapat yang lainnya lagi menyebutnya hari 'Ajuz,
karena seorang nenek-nenek dari kaum 'Ad memasuki bunker perlindungannya, tetapi
angin masuk ke dalamnya dan membunuhnya di hari yang kedelapan. Demikianlah
menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah
kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7) Yakni telah rusak dan tiada isinya lagi.
Selain Ibnu Abbas mengatakan lapuk.
Angin itu menimpa seseorang dari mereka, lalu menerbangkannya dan
menjatuhkannya dengan kepala di bawah hingga kepalanya pecah dan mati, dan yang
tertinggal hanyalah tubuhnya saja yang kaku bagaikan tunggul pohon kurma yang
sudah tiada tangkai dan dedaunannya lagi.
Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain dari Rasulullah Saw.,
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"نُصِرْتُ
بالصَّبا، وأهلكَت عادٌ بالدَّبور"
Aku diberi pertolongan dengan melalui angin saba, dan kaum "Ad dibinasakan
oleh angin dabur.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ
الضِّريس الْعَبْدِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيل، عَنْ مُسْلِمٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ،
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَى عَادٍ مِنَ الرِّيحِ الَّتِي أُهْلِكُوا
فِيهَا إِلَّا مِثْلَ مَوْضِعِ الْخَاتَمِ، فَمرّت بِأَهْلِ الْبَادِيَةِ
فَحَمْلَتْهُمْ وَمَوَاشِيَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، فَجَعَلَتْهُمْ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ. فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ أَهْلُ الْحَاضِرَةِ الرِّيحَ (3) وَمَا فِيهَا
قَالُوا: هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا. فَأَلْقَتْ أَهْلَ الْبَادِيَةِ
وَمَوَاشِيَهُمْ عَلَى أَهْلِ الْحَاضِرَةِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya ibnud Daris Al-Abdi, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari Muslim, dari Mujahid, dari Ibnu Umar
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah angin yang
dibukakan oleh Allah terhadap kaum 'Ad yang membawa kebinasaan kepada mereka
melainkan hanya sebesar lubang sebuah cincin. Lalu angin itu melanda penduduk
daerah pedalaman mereka dan menerbangkannya berikut dengan ternak dan harta
benda mereka. Angin itu membawa mereka ke angkasa di antara langit dan bumi.
Ketika hal itu terlihat oleh penduduk perkotaan dari kalangan kaum 'Ad, yaitu
angin dan apa yang di bawanya, berkatalah mereka, "Ini adalah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kita." Lalu angin itu menjatuhkan penduduk daerah
pedalaman berikut ternak mereka ke atas penduduk perkotaan.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Lais, dari Mujahid, bahwa angin yang melanda
kaum 'Ad itu mempunyai dua buah sayap dan ekor.
*******************
{فَهَلْ
تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ}
Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.
(Al-Haqqah: 8)
Maksudnya, apakah kamu melihat seseorang yang tersisa dari kalangan mereka,
atau seseorang yang berketurunan dari kalangan mereka? Tidak, bahkan mereka
binasa semuanya sampai ke akar-akarnya, dan Allah tidak menjadikan generasi
penerus bagi mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:
{وَجَاءَ
فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ}
Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya. (Al-Haqqah:
9)
Menurut suatu qiraat dibaca qiblihi dengan huruf qaf yang
di-kasrah-kan, artinya dari sisi Fir'aun, yakni mereka yang berada di masanya
dari kalangan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang kafir dari bangsa Egypt.
Sedangkan ulama lainnya membacanya qablahu, yang artinya orang-orang yang
sebelumnya dari kalangan umat-umat yang berperi laku seperti dia.
*******************
Firman Allah Swt:
{وَالْمُؤْتَفِكَاتُ}
dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9)
Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.
{بِالْخَاطِئَةِ}
karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9)
Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah Swt.
Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat.
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَعَصَوْا
رَسُولَ رَبِّهِمْ}
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka.
(Al-Haqqah: 10)
Lafaz rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka
telah mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya:
كُلٌّ
كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ
semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka
mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14)
Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua
rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
كَذَّبَتْ
قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 105)
كَذَّبَتْ
عادٌ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 123)
Dan firman Allah Swt.:
كَذَّبَتْ
ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara: 141)
Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul.
Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{فَعَصَوْا
رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً}
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah
menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10)
Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan. Mujahid mengatakan bahwa
rabiyah artinya keras. As-Saddi mengatakan siksaan yang membinasakan.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّا
لَمَّا طَغَى الْمَاءُ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11)
Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu
Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah
melimpah.
Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya, tatkala
mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah.
Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi digenangi oleh banjir
besar, terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya.
Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa'id ibnu Sinan, dari
bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan
bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan melainkan melalui takaran yang ada
di tangan malaikat. Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah
penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar.
Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air
telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin
Allah.
{إِنَّا
لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}
Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)
Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada
di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum 'Ad; maka sesungguhnya di hari itu
diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi
batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya. Yang demikian itu
disebutkan oleh firman-Nya:
{بِرِيحٍ
صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}
dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)
Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya. Karena itulah disebutkan
oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada
mereka:
{إِنَّا
لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa
(nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)
Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air.
{لِنَجْعَلَهَا
لَكُمْ تَذْكِرَةً}
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagikamu. (Al-Haqqah:
12)
Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan
dari konteks kalimatnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami biarkan
bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian
dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلى ظُهُورِهِ
ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ
dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai,
supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13)
Dan firman Allah Swt.:
وَآيَةٌ
لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ وَخَلَقْنا
لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami
angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk
mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42)
Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. dipelihara oleh Allah hingga
masih sempat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini. Akan tetapi, pendapat
yang pertama lebih jelas. Karena itulah maka disebutkan dalam firman
berikutnya:
{وَتَعِيَهَا
أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah:
12)
Yakni memahami dan mengingat nikmat ini telinga yang mau mendengar. Ibnu
Abbas mengatakan bahwa agar selalu diingat dan didengar.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: oleh telinga yang
mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maksudnya, menggunakan akalnya sebagai
karunia dari Allah, untuk itu ia dapat mengambil manfaat dari apa yang ia dengar
dari Kitabullah.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar
diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yaitu didengar
oleh telinga dan diperhatikan. Yakni oleh orang yang memiliki pendengaran yang
sehat dan akal yang cemerlang. Ini bersifat umum mencakup semua orang yang
mempunyai pemahaman dan kesadaran yang mendalam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah
Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Sabih
Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Hausyab; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa
ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. firman Allah Swt.: dan agar
diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«سَأَلْتُ
رَبِّي أَنْ يَجْعَلَهَا أُذُنَ عَلِيٍّ»
Aku telah memohon kepada Tuhanku, semoga menjadikan telinga Ali seperti
telinga itu.
Mak-hul mengatakan, "Ali sering mengatakan bahwa sejak itu tiada sesuatu pun
yang ia dengar dari Rasulullah Saw. lupa dari ingatannya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Sahl, dari
Al-Walid ibnu Muslim, dari Ali ibnu Hausyab, dari Mak-hul dengan sanad yang
sama. Hadis ini berpredikat mursal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Muhammad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair alias Abu Muhammad (yakni orang
tua Abu Ahmad Az-Zubairi), telah menceritakan kepadaku Saleh ibnul Haisam; ia
pernah mendengar Buraidah Al-Aslami mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda kepada Ali:
«إِنِّي
أُمِرْتُ أَنْ أُدْنِيَكَ وَلَا أُقْصِيَكَ وَأَنْ أُعْلِمَكَ وَأَنْ تَعِيَ
وَحَقٌّ لَكَ أَنْ تَعِيَ»
Jika aku diperintahkan untuk mendekatkan dirimu kepadaku dan tidak
menjauhkamu dariku, dan mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya, maka sudah
seharusnya bagimu untuk selalu mengingatnya.
Lalu turunlah firman Allah Swt:
{وَتَعِيَهَا
أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah:
12)
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khalaf, dari Bisyr ibnu Adam
dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur
lain, dari Daud Al-A'ma, dari Buraidah dengan sanad yang sama, tetapi
predikatnya tidak sahih pula.