Tafsir Surat Al-Hadid, ayat 26-27
{وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ
وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (26) ثُمَّ
قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً
وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلا
ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (27)
}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan
Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka
di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan
(pula) Isa putra Maryam; dan Kami
berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah,
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah
yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada
orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka
orang-orang fasik.
Allah Swt. menceritakan bahwa sejak Dia mengutus Nuh a.s. tidaklah Dia
mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari
keturunannya. Demikian pula Ibrahim a.s. kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, tiada
suatu kitab pun yang diturunkan dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus
serta tiada pula diwahyukan kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia
berasal dari keturunannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا
فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al'
Ankabut: 27)
hingga akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam,
yang menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad Saw. sesudahnya.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ
قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ}
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami
iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil.
(Al-Hadid: 27)
Injil adalah kitab yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Isa a.s.
{وَجَعَلْنَا
فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ}
dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid:
27)
Mereka dikenal dengan sebutan kaum Hawariyyin.
{رَأْفَةً
وَرَحْمَةً}
rasa santun. (Al-Hadid: 27)
Yakni kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah Swt.
{وَرَحْمَةً}
dan kasih sayang. (Al-Hadid: 27)
kepada sesama makhluk. Dan firman Allah Swt.:
{وَرَهْبَانِيَّةً
ابْتَدَعُوهَا}
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27)
Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan peraturan rahbaniyyah ini.
{مَا
كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ}
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27)
Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu, sesungguhnya hanya mereka
sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka.
Firman Allah Swt.:
{إِلا
ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ}
untuk mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27)
Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama
mengatakan bahwa mereka bermaksud dengan hal itu untuk mendapat rida Allah; ini
menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang
lainnya mengatakan bahwa padahal Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka,
sesungguhnya yang Kami wajibkan kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
Firman Allah Swt.:
{فَمَا
رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا}
lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.
(Al-Hadid: 27)
Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka
dengan pemeliharaan yang semestinya. Ini mengandung celaan terhadap mereka
dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah mengada-adakan
sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak memerintahkannya.
Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka wajibkan atas diri
mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal taqarrub yang dapat mendekatkan
diri mereka kepada Allah Swt.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ أَبُو يَعْقُوبَ
الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا السِّنْدِيُّ بْنُ عَبْدَوَيْهِ حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ
مَعْرُوفٍ، عَنْ مُقاتِل بْنِ حَيَّان، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، عن جده بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ:
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا ابْنَ
مَسْعُودٍ". قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "هَلْ عَلِمْتَ أَنَّ
بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً؟ لَمْ
يَنْجُ مِنْهَا إِلَّا ثَلَاثُ فِرَقٍ، قَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ وَالْجَبَابِرَةِ
بَعْدَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَدَعَتْ إِلَى دِينِ اللَّهِ
وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقَاتَلَتِ الْجَبَابِرَةَ فقُتلت فَصَبَرَتْ
وَنَجَتْ، ثُمَّ قَامَتْ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يَكُنْ لَهَا قُوَّةٌ
بِالْقِتَالِ، فَقَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ وَالْجَبَابِرَةِ فَدَعَوْا إِلَى دِينِ
اللَّهِ وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقُتِّلَتْ وَقُطِّعَتْ بِالْمَنَاشِيرِ
وَحُرِّقَتْ بِالنِّيرَانِ، فَصَبَرَتْ وَنَجَتْ. ثُمَّ قَامَتْ طَائِفَةٌ أُخْرَى
لَمْ يَكُنْ لَهَا قُوَّةٌ بِالْقِتَالِ وَلَمْ تُطِقِ الْقِيَامَ بِالْقِسْطِ،
فَلَحِقَتْ بِالْجِبَالِ فَتَعَبَّدَتْ وَتَرَهَّبَتْ، وَهُمُ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ
اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا
عَلَيْهِمْ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu
Hamzah alias Abu Ya'qub Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu
Abdi Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Ma'ruf, dari Muqatil
ibnu Hayyan, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, dari
ayahnya, dari kakeknya (yaitu Ibnu Mas'ud) yang telah mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai Ibnu Mas'ud!" Aku menjawab,
"Labbaika, ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda: Tahukah kamu
bahwa orang-orang Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua
golongan? Tiada suatu golongan pun yang selamat kecuali tiga golongan, yang
hidup di antara para raja dan orang-orang yang melampaui batas sesudah Isa putra
Maryam a.s. Mereka menyeru kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu
mereka memerangi orang-orang yang melampaui batas, tetapi akhirnya mereka
terbunuh dan tetap bersabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi
golongan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan untuk berperang, mereka bangkit
di antara para raja dan orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama
Allah dan agama Isa putra Maryam. Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh
dan dipotong dengan memakai gergaji serta dibakar, mereka sabar dan akhirnya
mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai
kekuatan untuk berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan,
akhirnya mereka mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman),
lalu mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah
orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya, "Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.”
(Al-Hadid: 27)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan lafaz yang lain melalui jalur lain.
Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الْمُحَبَّرِ، حَدَّثَنَا
الصَّعِق بْنُ حَزْن، حَدَّثَنَا عُقَيْلٌ الْجَعْدِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ
الْهَمْدَانِيِّ، عَنْ سُوَيْد بْنِ غَفَلَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اخْتَلَفَ مَنْ
كَانَ قَبْلنَا عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، نَجَا مِنْهُمْ ثَلَاثٌ
وَهَلَكَ سَائِرُهُمْ ...
" وَذَكَرَ نَحْوَ مَا تَقَدَّمَ
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan
kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami As-Sa'q ibnu
Jarir, telah menceritakan kepada kami Uqail Al-Ja'di, dari Abu Ishaq Al-Hamdani,
dari Suwaid ibnu Gaflah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Orang-orang sebelum kita telah bercerai-berai
menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada tiga golongan dari mereka yang
selamat, sedangkan yang lainnya binasa. Lalu disebutkan hal yang semisal
dengan hadis di atas, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah
Swt.:
{فَآتَيْنَا
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ} هُمُ الَّذِينَ آمَنُوا بِي وَصَدَّقُونِي
{وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} وَهُمُ الَّذِينَ كَذَّبُونِي
وَخَالَفُونِي"
Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka
pahalanya. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka
yang beriman kepadaku dan membenarkanku. dan banyak di antara mereka
orang-orang fasik. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan
mereka yang mendustakan aku dan menentangku.
Dengan adanya tambahan ini perlu diteliti ulang mengenai keadaan Daud ibnul
Muhabbar, karena sesungguhnya dia adalah salah seorang pemalsu hadis. Akan
tetapi, Abu Ya'la telah mengisnadkannya dari Syaiban ibnu Farukh, dari As-Sa'q
ibnu Hazn dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal sehingga kedudukan hadis
ini kuat bila ditinjau dari jalur ini.
Ibnu Jarir dan Abu Abdur Rahman An-Nasai yang lafaz hadis berikut menurut apa
yang ada padanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu
Hurayyis, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Sufyan ibnu
Sa'id, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa dahulu para raja sesudah masa Isa a.s. telah mengubah Taurat
dan Injil, sedangkan di kalangan mereka masih ada sejumlah orang-orang yang
beriman dan membaca kitab Taurat dan kitab Injil yang asli. Lalu dikatakan
kepada raja-raja mereka, "Kami belum pernah menemukan sesuatu yang lebih
memberatkan kami selain dari cacian yang dilancarkan oleh mereka (yang beriman),
karena sesungguhnya mereka selalu membaca: 'Barang siapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir' (Al-Maidah: 44) Yakni ayat-ayat yang semakna dengannya. Selain
itu mereka pun mencaci maki sebagian dari amal perbuatan kita dalam bacaan
mereka. Maka panggillah mereka dan suruhlah mereka membaca sebagaimana kita
membaca, dan suruhlah mereka beriman sebagaimana kita beriman." Lalu raja mereka
memanggil orang-orang yang beriman itu dan menawarkan kepada mereka dua
alternatif dibunuh atau membaca kitab seperti bacaan yang dilakukan olehnya
(yang telah diubah). Mereka menjawab, "Apakah yang kamu maksud dengan semua ini,
biarkanlah kami." Segolongan dari mereka (yang beriman) mengatakan,
"Bangunkanlah untuk kami bangunan yang tinggi, kemudian naikkanlah kami ke
atasnya, tetapi berikanlah sesuatu kepada kami agar kami dapat mengangkat
makanan dan minuman kami, setelah itu kami tidak akan lagi datang kepada kamu."
Golongan lainnya mengatakan, "Biarkanlah kami mengembara di muka bumi, kami akan
makan dan minum sebagaimana hewan-hewan liar minum dan makan. Maka jika kamu
dapat menangkap kami di negerimu, silakan bunuh kami." Golongan lainnya
mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami biara-biara di padang pasir, maka kami akan
menggali sumur sendiri dan kami akan bercocok tanam sayur-mayur, lalu kami tidak
akan lagi datang kepada kamu dan tidak pula lewat kepadamu." Dan tiada suatu
kabilah pun melainkan mempunyai hubungan yang erat dengan mereka, dan hal
tersebut diberlakukan terhadap mereka. Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan
mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari
keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang
semestinya. (Al-Hadid: 27) Dan orang-orang yang selain mereka mengatakan,
"Kami beribadah sebagaimana si Fulan beribadah, dan kami mengembara sebagaimana
si Fulan mengembara, dan kami membangun biara sebagaimana si Fulan membangun
biara." Mereka dalam kemusyrikannya tidak mempunyai pengetahuan apa pun tentang
keimanan orang-orang yang dijadikan panutan oleh mereka. Ketika Allah Swt.
mengutus Nabi Saw., tiada yang tersisa dari kalangan mereka yang beriman itu
kecuali hanya sejumlah kecil saja. Lalu turunlah seseorang dari mereka dari
biaranya dan datanglah seorang pengembara dari mereka, dan keluarlah seseorang
dari mereka dari gerejanya, lalu mereka beriman kepada Nabi Saw. dan
membenarkannya. Maka Allah Swt. berfirman: Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Dua pahala, yang
satu karena keimanan mereka kepada Isa putra Maryam dan jerih payah mereka dalam
memelihara kitab Taurat dan Injil. Sedangkan yang kedua karena berkat keimanan
mereka kepada Nabi Saw. dan kepercayaan mereka kepadanya. Firman Allah Swt:
dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan.
(Al-Hadid: 28) Yakni Al-Qur'an dan disebabkan mereka mengikuti Nabi Saw.
supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) Yaitu orang-orang yang
menyerupai kamu. bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah
(j ika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu
adalah di tangan kekuasaan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29)
Tetapi konteks riwayat ini mengandung hal-hal yang garib, dan nanti
akan diterangkan tafsir kedua ayat ini di tempat yang lain, insya
Allah.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abdur Rahman ibnu Abul Amya. Sahl ibnu Abu
Umamah pernah menceritakan kepadanya bahwa dia dan ayahnya pernah mengunjungi
Anas ibnu Malik di Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz,
yang saat itu Anas menjabat sebagai Amir Madinah. Anas saat itu sedang
mengerjakan suatu salat yang ringan yang seakan-akan salatnya itu seperti salat
orang yang sedang musafir atau mendekati itu. Setelah Anas bersalam, Abu Umamah
berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah menurutmu, apakah salat ini
adalah salat fardu ataukah salat sunat?" Anas menjawab, bahwa sesungguhnya salat
yang baru saja ia kerjakan adalah salat fardu, dan sesungguhnya salat tersebut
pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Ia tidak akan keliru kecuali bila ia lupa
sesuatu yang ia terima dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"لَا
تُشَدِّدُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدَّدَ عَلَيْكُمْ، فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوا
عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشُدِّدَ عَلَيْهِمْ، فَتِلْكَ بَقَايَاهُمْ فِي الصَّوَامِعِ
وَالدِّيَارَاتِ، رَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا
عَلَيْهِمْ"
Janganlah kamu memperberat dirimu sendiri, maka akibatnya kamu akan
diperberat. Karena sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang memperberat terhadap
dirinya sendiri, maka akibatnya mereka diperberat. Dan itulah sisa-sisa mereka
berada di biara-biara dan gereja-gereja; mereka telah mengada-adakan
rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.
Kemudian pada keesokan harinya mereka berkata, "Marilah kita berkendara
(berangkat) untuk melihat dan mengambil pelajaran." Anas ibnu Malik menjawab,
"Baiklah." Lalu mereka semua pergi dengan berkendaraan. Ternyata mereka
menjumpai perkampungan yang tak berpenghuni, semua penghuninya telah binasa dan
punah, temboknya telah runtuh menimpa atap rumah-rumah mereka. Lalu mereka
berkata, "Tahukah kamu perkampungan ini?" Anas ibnu Malik menjawab, "Sepanjang
pengetahuanku perkampungan ini dan para penghuninya telah dibinasakan oleh
perbuatan keji dan dengki. Sesungguhnya dengki itu memadamkan cahaya kebaikan,
dan kekejianlah yang membenarkan atau mendustakannya; mata bisa saja berzina,
telapak tangan, kaki, jasad dan lisan bisa saja berzina, dan yang membenarkan
atau mendustakannya adalah kemaluan yang bersangkutan."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يعمُر، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا
سُفْيَانُ، عَنْ زَيْدٍ العَمِّي، عَنْ أَبِي إِيَاسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِكُلِّ نَبِيٍّ
رَهْبَانِيَّةٌ، وَرَهْبَانِيَّةُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar telah
menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari
Zaid yang tuna netra, dari Abu Iyas, dari Iyas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw.
pernah Bagi tiap-tiap nabi ada rahbaniyyahnya sendiri dan rahbaniyyah umat
ini adalah berjihad di jalan Allah Swt.
وَرَوَاهُ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ بِهِ وَلَفْظُهُ: "لِكُلِّ أُمَّةٍ
رَهْبَانِيَّةٌ، وَرَهْبَانِيَّةُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah ibnu Muhammad
ibnu Asma, dari Abdullah ibnul Mubarak, yang lafaznya berbunyi seperti berikut:
Bagi tiap-tiap umat ada rahbaniyyahnya sendiri, dan rahbaniyyah umat ini
adalah berjihad di jalan Allah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ-حَدَّثَنَا ابْنُ
عَيَّاشٍ -يَعْنِي إِسْمَاعِيلَ-عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ مَرْوَانَ الْكَلَاعِيِّ،
وَعُقَيْلِ بْنِ مُدْرِكٍ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا جَاءَهُ فَقَالَ: أَوْصِنِي فَقَالَ: سَأَلْتَ
عَمَّا سَأَلْتُ عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
قَبْلِكَ، أُوصِيكَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهُ رَأَسُ كُلِّ شَيْءٍ، وَعَلَيْكَ
بِالْجِهَادِ فَإِنَّهُ رَهْبَانِيَّةُ الْإِسْلَامِ، وَعَلَيْكَ بِذِكْرِ اللَّهِ
وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنَّهُ رُوحُكَ فِي السَّمَاءِ وَذِكْرُكَ فِي
الْأَرْضِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Iyasy (yakni ibnu Ismail), dari Al-Hajjaj ibnu
Harun Al-Kala'i dan Uqail ibnu Mudrik As-Sulami, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a.,
bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata, "Berwasiatlah
kepadaku." Abu Sa'id Al-Khudri r.a. menjawab, "Engkau telah bertanya mengenai
hal yang pernah kutanyakan kepada Rasulullah Saw. sebelummu, (maka beliau
menjawab), 'Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena
sesungguhnya takwa itu adalah penghulu segala sesuatu. Berjihadlah kamu, karena
sesungguhnya jihad itu adalah rahbaniyyah Islam. Dan berzikirlah kamu kepada
Allah dan bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya hal tersebut adalah rohmu di
langit dan sebutanmu di bumi'."
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(tunggal), hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.