Tafsir Surat Al-Hadid, ayat 16-17
{أَلَمْ
يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نزلَ
مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ
عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16)
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ
الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (17) }
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang
telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami)
supaya kamu memikirkannya.
Allah Swt. berfirman bahwa bukankah telah datang waktunya bagi orang-orang
mukmin untuk tunduk hati mereka mengingat Allah? Yakni hati mereka lunak di saat
mengingat Allah dan mendengar nasihat serta mendengar bacaan Al-Qur'an, lalu
hati mereka memahaminya, tunduk patuh dan mendengarkannya.
Abdullah ibnul Mubarak mengatakan, telah menceritakan kepada kami Saleh
Al-Murri, dari Qatadah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah
merasa kesal terhadap keterlambatan hati orang-orang mukmin untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah, maka Allah Swt. menegur mereka setelah tiga belas tahun
diturunkan-Nya Al-Qur'an. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلَمْ
يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ
اللَّهِ}
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pendapat ini dari Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus
Sabah, dari Husain Al-Marwazi, dari Ibnul Mubarak dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Abu Hatim dan Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Sa'id ibnu Hilal Al-Laisi, dari Aun
ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang telah mengatakan, bahwa
tiada tenggang masa antara keislaman kami dan teguran Allah kepada kami selain
dari empat tahun, yaitu melalui firman-Nya: Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.
(Al-Hadid: 16), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam akhir kitabnya.
Imam Nasai mengetengahkannya dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan tafsir ayat
ini dari Harun ibnu Sa'id Al-Aili, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama. Ibnu
Majah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnu Ya'qub Az-Zam'i, dari Abu Hazim,
dari Amir ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya dengan lafaz yang semisal,
dan ia menjadikannya ke dalam kelompok musnad Ibnuz Zubair. Tetapi Al-Bazzar
meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ya'qub, dari Abu Hazim, dari Amir, dari
Ibnuz Zubair, dari Ibnu-Mas'ud, lalu disebutkan hal yang semisal.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Mas'udi, dari Al-Qasim yang
mengatakan bahwa di suatu hari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. merasa bosan
(jenuh), lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami." Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik. (Yusuf: 3) Kemudian mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya:
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik. (Az-Zumar: 23)
Kemudian mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah
kepada kami." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.
(Al-Hadid: 16)
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah. (Al-Hadid: 16) Telah diceritakan kepada kami bahwa Syaddad ibnu Aus
telah meriwayatkan dari Rasulullah Saw. sabda beliau Saw. yang mengatakan:
"إِنَّ
أَوَّلَ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْخُشُوعُ"
Sesungguhnya hal yang mula-mula diangkat dari manusia adalah
khusyuk.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا
يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ
فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ}
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan
Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati
mereka menjadi keras. (Al-Hadid: 16)
Allah Swt. melarang orang-orang mukmin menyerupai orang-orang yang telah
diberikan kepada mereka Al-Kitab sebelum masa kaum mukmin, dari kalangan
orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah masa berlalu cukup panjang atas mereka,
lalu mereka mengganti Kitabullah yang ada di tangan mereka dan menukarnya
dengan harga yang sedikit, dan mencampakkannya ke belakang punggung mereka. Dan
sebagai gantinya mereka menerima berbagai pendapat yang beraneka ragam dan yang
dibuat-buat, serta membebek kepada pendapat orang banyak dalam agama Allah, dan
mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah. Maka pada saat itulah hati mereka menjadi keras dan tidak mau
menerima pelajaran serta tidak mau lunak dengan janji maupun ancaman.
{وَكَثِيرٌ
مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Hadid:
16)
Yakni dalam sepak terjang mereka, hati mereka telah rusak, dan amal perbuatan
mereka batil semuanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَبِمَا
نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا
بِهِ}
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah)
dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari
apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Al-Maidah: 13)
Yaitu hati mereka telah rusak dan keras membatu, maka sudah menjadi watak
mereka suka mengubah perkataan Allah dari tempat-tempatnya, dan meninggalkan
amal-amal yang justru mereka diperintahkan untuk mengerjakannya, dan mereka
lebih senang melanggar hal-hal yang mereka dilarang melakukannya. Karena itulah
maka Allah melarang orang-orang mukmin menyerupai apa pun dari urusan mereka,
baik yang pokok maupun yang cabang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami
Syihab ibnu Khirasy, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Dinar, dari
Mansur ibnul Mu'tamir, dari Ar-Rabi' ibnu Abu Amilah Al-Fazzari yang mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mas'ud suatu hadis (kisah) yang
belum pernah aku mendengar suatu kisah yang lebih kukagumi daripadanya kecuali
sesuatu dari Kitabullah atau sesuatu yang dikatakan oleh Nabi Saw. Ibnu
Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya kaum Bani Israil di masa silam telah
berlalu masa yang panjang atas mereka, dan menjadi keraslah hati mereka. Lalu
mereka membuat suatu kitab dari diri mereka sendiri sesuai dengan apa yang
digandrungi oleh hati mereka dan dianggap halal oleh lisan mereka serta enak
diucapkan oleh lisan mereka, karena kitab yang hak merupakan penghalang utama
yang menghambat antara mereka dan apa yang disukai oleh hawa nafsu mereka.
Mereka berkata, "Marilah kita ajak orang-orang Bani Israil kepada kitab kita
ini. Maka barang siapa yang mau mengikuti kita, maka ia kita biarkan. Dan barang
siapa yang tidak mau mengikuti kita, maka ia kita perangi." Mereka lakukan hal
itu, dan tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat seorang lelaki ahli
fiqih. Ketika ia melihat apa yang dilakukan oleh mereka, maka ia menghimpun apa
yang telah dia ketahui dari Kitabullah, lalu menulisnya pada lembaran
yang tipis, kemudian dia lipat dan dia masukkan ke dalam sebuah tanduk, lalu
tanduk itu ia kalungkan pada lehernya.
Ketika pembunuhan akibat hal tersebut banyak terjadi, sebagian dari mereka
berkata kepada sebagian yang lain, "Hai kamu sekalian, sesungguhnya kalian telah
banyak membunuh orang-orang Bani Israil. Sebaiknya kamu seru si Fulan dan
tawarkanlah kepadanya kitab kalian ini. Karena sesungguhnya jika dia mau
mengikuti kalian, maka orang-orang lain dengan sendirinya akan mengikuti kalian.
Dan jika dia menolak, bunuh saja dia." Kemudian mereka memanggil si Fulan ahli
fiqih itu, lalu mereka berkata kepadanya, "Apakah engkau beriman kepada kitab
kami ini?" Si Fulan balik bertanya, "Apakah kandungan isinya, coba bacakan
kepadaku," lalu mereka membacakan isi kitab mereka sampai tamat. Setelah itu
mereka kembali bertanya, "Apakah kamu beriman kepada kitab ini?" Si Fulan
menjawab, "Ya, aku beriman dengan apa yang terkandung dalam kitab ini," seraya
menunjuk ke arah kalung tanduk yang dikenakannya. Mereka tidak memahaminya,
akhirnya mereka membiarkannya.
Setelah si Fulan itu meninggal dunia, mereka menggeledahnya dan ternyata
mereka menjumpainya memakai kalung tanduk itu dan di dalam kalungtanduk itu
mereka menjumpai apa yang dikenal sebagai kandungan dari Kitabullah yang
asli. Lalu sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya, "Hai kamu
semua, sesungguhnya kami belum pernah mendengar hal seperti ini." Maka
terjadilah fitnah dan kaum Bani Israil berpecah belah menjadi tujuh puluh dua
golongan, dan sebaik-baik aliran yang diikuti oleh sebagian mereka adalah aliran
si Fulan pemilik kitab yang disimpan dalam kalung tanduknya.
Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya sudah dekat pula masanya bagi kamu semua
atau sebagian dari kamu yang masih hidup akan menyaksikan berbagai perkara yang
kamu ingkari, tetapi kamu tidak mampu mengubahnya. Maka sudah dianggap cukup
bagi seseorang dari kamu saat itu membencinya sebagai tanggung jawabnya kepada
Allah Swt.
Abu Ja'far At-Tabari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mugirah, dari Abu Ma'syar, dari
Ibrahim yang menceritakan bahwa Itris ibnu Urqub datang kepada Ibnu Mas'ud, lalu
bertanya, "Hai Abu Abdullah, sudah pasti binasalah orang yang tidak
memerintahkan kepada kebajikan dan tidak mencegah hal yang mungkar." Ibnu Mas'ud
menjawab, "Binasalah orang yang hatinya tidak mengenal perkara yang baik dan
tidak mengingkari perkara yang mungkar." Ibnu Mas'ud melanjutkan bahwa
sesungguhnya kaum Bani Israil ketika telah berlalu atas mereka masa yang
panjang, menjadi keraslah hati mereka, lalu mereka membuat sebuah kitab dari
diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka. Kemudian mereka
berkata, "Marilah kita tawarkan kitab ini kepada Bani Israil. Maka barang siapa
dari mereka yang beriman, akan kita biarkan; dan barang siapa yang tidak mau
beriman, maka akan kita bunuh dia."
Ibnu Mas'ud melanjutkan bahwa lalu seseorang dari Bani Israil menyimpan kitab
yang asli di dalam sebuah tanduk dan menjadikan tanduk itu sebagai liontin
kalungnya. Dan ketika dikatakan kepadanya, "Apakah kamu beriman kepada kitab
(palsu) ini?" Dia menjawab, "Aku beriman kepadanya," seraya berisyarat kepada
kalung tanduk yang ada di dadanya, "Dan mengapa aku tidak beriman kepada Kitab
ini?" Maka sebaik-baik aliran mereka di masa itu adalah aliran pemilik kalung
tanduk itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ}
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah
matinya. Sesungguhnya Kami menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami)
supaya kamu memikirkannya. (Al-Hadid: 17)
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menunjukkan bahwa Allah Swt. dapat
melunakkan hati yang Jadinya keras dan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang
yang bingung dari kesesatannya, dan dapat melenyapkan semua musibah dari
orang-orang yang terkena olehnya. Sebagaimana Dia dapat menghidupkan bumi
sesudah matinya, yang kering dan tandus, dengan hujan yang deras. Maka demikian
pula Dia dapat memberi petunjuk kepada hati-hati yang keras melalui bukti-bukti
dan dalil-dalil Al-Qur'an; serta memasukkan ke dalamnya cahaya, padahal
sebelumnya tertutup rapat tidak dapat ditembus. Maka Mahasuci Tuhan yang memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya sesudah kesesatannya; dan Yang
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, padahal sebelumnya telah beriman. Dialah
Tuhan Yang Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, Dia Mahabijaksana
lagi Mahaadil dalam semua perbuatan-Nya, lagi Mahalembut, Maha Mengetahui,
Mahabesar, dan Mahatinggi.