Tafsir Surat Al-'Alaq, ayat 1-5
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang
menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw.
berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat
suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.
Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua
Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan
untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah
Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang sama.
Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira.
Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!"
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah
orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku
sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan
berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai
membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga
benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku
menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali
mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia
melepaskan aku dan berkata:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1)
sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5)
Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk
menemui Khadijah, lalu bersabda:
«زَمِّلُونِي
زَمِّلُونِي»
Selimutilah aku, selimutilah aku!
Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa
takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw.
menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda,
"Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku." Khadijah
berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka
bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar
menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."
Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul
Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan
dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai
menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa
yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia
dan tuna netra.
Khadijah bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak
saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau
lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan
dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang
pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai,
sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."
Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan
mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki
yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti
dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu
dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan
wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat
sedih.
Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka
berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang
tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan
dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya,
"Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka
tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah
keluarganya.
Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk
melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali
Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang
sama.
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami
telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan
maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan
pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih
lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di
sana.
Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia
lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh
Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang
mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung
peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu
dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah
telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot
tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu
adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di
dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di
lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan
pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan
dalam firman-Nya:
{اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الأكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ}
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)
Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih
disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang
dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum
diketahuinya.