Tafsir Surat Ad-Dukhan, ayat 9-16
{بَلْ
هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ (9) فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ
مُبِينٍ (10) يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (11) رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا
الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ (12) أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ
رَسُولٌ مُبِينٌ (13) ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ (14)
إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ (15) يَوْمَ نَبْطِشُ
الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ (16) }
Tetapi mereka bermain-main dalam
keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang
meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, lenyapkanlah
dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” Bagaimanakah mereka dapat
menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang
memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya dan berkata, "Dia adalah
seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang
gila.” Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak
sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ingatlah) hari
(ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya
Kami adalah Pemberi balasan.
Allah Swt. berfirman, "Tetapi orang-orang musyrik itu tenggelam di dalam
keragu-raguannya." Yakni telah datang kepada mereka perkara yang hak lagi
diyakini (agama Islam), sedangkan mereka meragukannya dan mendustakannya serta
tidak mau membenarkannya. Kemudian Allah Swt. berfirman, mengancam mereka:
{فَارْتَقِبْ
يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.
(Ad-Dukhan: 10)
Sulaiman ibnu Mahran alias Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha alias
Muslim ibnu Sabiti, dari masruq yang mengatakan bahwa kami memasuki masjid Kufah
yang terletak di dekat pintu gerbang masuk ke Kindah. Tiba-tiba ada seorang
lelaki yang sedang menceritakan kepada teman-temannya tentang makna firman-Nya:
hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Tahukah
kalian apakah yang dimaksud dengan dukhan (kabut) itu? Kabut itu akan
datang menjelang hari kiamat, lalu menimpa pendengaran dan penglihatan
orang-orang munafik, sedangkan orang-orang mukmin hanya mengalami hal yang
seperti pilek saja akibat kabut tersebut. Masruq melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu ia menemui Ibnu Mas'ud r.a. dan menceritakan kepadanya perkataan lelaki
itu. Saat itu Ibnu Mas'ud dalam keadaan berbaring, lalu ia terkejut dan duduk,
kemudian berkata bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah befirman kepada nabi
kalian: Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun
kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang
mengada-adakan." (Shad: 86) Sesungguhnya termasuk pengetahuan itu ialah bila
seseorang mengatakan terhadap apa yang tidak diketahuinya, bahwa hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui. Aku akan menceritakan hal tersebut kepada kalian.
Sesungguhnya orang-orang Quraisy itu ketika menghambat agama Islam dan durhaka
kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw. berdoa untuk memberi pelajaran
kepada mereka agar mereka ditimpa paceklik seperti paceklik yang terjadi di masa
Nabi Yusuf. Maka mereka pun tertimpa kepayahan dan kelaparan sehingga terpaksa
mereka memakan tulang belulang dan bangkai. Dan mereka menengadahkan
pandangannya ke langit, maka tiada yang mereka lihat kecuali hanya kabut.
Menurut riwayat lain, seseorang dari mereka bila melihatkan pandangannya ke
langit (mengharapkan hujan), maka dia melihat antara dia dan langit sesuatu yang
seperti kabut karena kepayahan yang dialaminya akibat kelaparan. Allah Swt.
berfirman: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang
meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Ad-Dukhan: 10-11) Maka Rasulullah
Saw. di datangi dan dikatakan kepadanya, "Ya Rasulullah, mohonkanlah hujan
kepada Allah buat Mudar, karena sesungguhnya mereka telah binasa (akibat
paceklik ini)." Maka Rasulullah Saw. memohon hujan untuk mereka, dan mereka pun
diberi hujan, lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya (kalau) Kami akan
melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali
(ingkar). (Ad-Dukhan: 15)
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa lalu azab itu dilenyapkan dari mereka; dan
ketika keadaannya sudah pulih menjadi makmur, maka mereka kembali kepada
keadaannya yang semula, yaitu mengingkari kebenaran. Lalu Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghancurkan mereka dengan
hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan (Ad-Dukhan:
16)
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa hal ini terjadi dalam Perang Badar. Selanjutnya
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa telah berlalu lima peristiwa, yaitu Dukhan,
Rum, Al-Qamar, Al-Batsyah, dan Al-Lizam.
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain.
Iman Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dan hadis ini
pada Imam Turmuzi dan Imam Nasai tertera pada kitab tafsir masing-masing. Dan
Jarir serta Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui berbagai jalur dari
Al-A'masy dengan sanad yang semisal.
Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsirnya sehubungan dengan ayat ini yang mengatakan
bahwa peristiwa Dukhan telah berlalu, sependapat dengan pendapat yang
dikemukakan segolongan ulama Salaf, seperti Mujahid, Abul Aliyah, Ibrahim
An-Nakha'i, Ad-Dahhak dan Atiyyah Al-Aufi pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu
Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnul Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-A'raj sehubungan dengan makna
firman-Nya. Hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10)
Bahwa peristiwa ini terjadi pada hari jatuhnya kota Mekah.
Pendapat ini gharib sekali, bahkan munkar.
Ulama lainnya mengatakan bahwa peristiwa Dukhan masih belum terjadi, bahkan
Dukhan merupakan salah satu pertanda hari kiamat, sebagai mana yang disebutkan
terdahulu melalui hadis Abu Sarihah alias Huzaifah ibnul Usaid Al-Gifari r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. muncul menuju ke arah kami dari 'Arafah,
sedangkan kami saat itu sedang membicarakan tentang hari kiamat. Maka beliau
bersabda:
"لَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ
مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، وَالدَّابَّةُ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ،
وَخُرُوجُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ
بِالْمُشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ
تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ تَسُوقُ النَّاسَ -أَوْ:
تَحْشُرُ النَّاسَ-: تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ
قَالُوا"
Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda
(yang mengawalinya), yaitu terbitnya matahari dari arah barat, Dukhan
(kabut), Dabbah (binatang melata), keluarnya ya-juj dan Ma-juj,
munculnya Isa putra Maryam dan Dajjal: terjadinya tiga kali gempa hebat, satu
kali gempa di timur, satu kali gempa di Barat, dan satu kali lagi gempa di
Jazirah Arabia; dan munculnya api dari daerah pedalaman 'Adn yang menggiring
manusia —atau menghimpunkan manusia— api itu ikut menginap bersama mereka di
tempat mereka menginap, dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka
istirahat.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara tunggal di dalam kitab
sahihnya. Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
berkata kepada Ibnu Sayyad:
"إِنِّي
خَبَأْتُ لَكَ خَبْأ" قَالَ: هُوَ الدُّخ. فَقَالَ لَهُ: "اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ
قَدْرَكَ" قَالَ: وخبأ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}
"Sesungguhnya aku sekarang menyembunyikan sesuatu terhadapmu" Ibnu
Sayyad menjawab, "Itu adalah Ad-Dukh," (Belum lagi Ibnu Sayyad
merampungkan ucapannya) Rasulullah Saw. memotongnya, "Terhinalah kamu, kamu
tidak akan dapat melampaui takdirmu (kedudukanmu). Rasulullah Saw.
menyembunyikan terhadapnya firman Allah Swt.: Maka tunggulah hari ketika
langit membawa kabut yang nyata (Ad-Dukhan: 10)
Di dalam hadis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa peristiwa
yang dimaksud masih dinanti-nantikan kedatangannya. Ibnu Sayyad mengetahui
peristiwa itu melalui cara tenung dan mengatakannya melalui lisan Jin; Jadi
jinlah yang mengajarkan kepadanya kalimat itu, karena itulah Ibnu Sayyad
mengatakannya bahwa peristiwa tersebut adalah Ad-Dukh, yakni Dukhan.
Dan pada saat itu juga Rasulullah Saw. segera mengetahui cara yang dipakai
oleh Ibnu Sayyad, bahwa ia memakai cara setan. Maka beliau Saw. segera
memotongnya melalui sabdanya: Terhinalah engkau, engkau tidak akan dapat
melampaui kedudukanmu.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
وَحَدَّثَنِي
عِصَامُ بْنُ رَوَّاد بْنِ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ الْمُعْتَمِرِ، عَنْ رِبْعِي
بْنِ حِرَاش قَالَ: سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ الْآيَاتِ الدَّجَّالُ،
وَنُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ أَبْيَنُ،
تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ، تَقِيلُ مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا،
وَالدُّخَانُ-قَالَ حُذَيْفَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الدُّخَانُ؟ فَتَلَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {فَارْتَقِبْ
يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ
أَلِيمٌ} -يَمْلَأُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، يَمْكُثُ أَرْبَعِينَ
يَوْمًا وَلَيْلَةً، أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُصِيبُهُ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكْمَةِ
، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَكُونُ بِمَنْزِلَةِ السَّكْرَانِ، يَخْرُجُ مِنْ
مَنْخِرَيْهِ وَأُذُنَيْهِ وَدُبُرِهِ"
telah menceritakan kepadaku Isam ibnu Rawwad ibnul Jarrah, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Sa'id
As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Mu'tamir, dari Rab'i ibnu
Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah ibnul Yaman r.a.
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya mula-mula
pertanda (kiamat) ialah Dajjal, turunnya Isa Putra Maryam a.s., api yang
keluar dari pedalaman 'Adn, yang tampak jelas; api itu menggiring manusia ke
tempat Mahsyar dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka beristirahat,
dan munculnya Dukhan (kabut) Huzaifah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah yang dimaksud dengan Dukhan itu?" Rasulullah Saw. menjawab dengan
membacakan firman-Nya: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang
nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 10-11)
Kabut tersebut memenuhi semua kawasan yang ada di belahan timur dan belahan
barat; tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam. Adapun orang mukmin
hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan
orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk; kabut itu keluar dari lubang
hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus) nya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sekiranya hadis ini sahih, tentulah menjadi dalil
yang menyelesaikan perbedaan pendapat dan sesungguhnya ia tidak mau menyaksikan
kesahihannya karena Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani telah menceritakan
kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Rawwad mengenai hadis ini,
"Apakah engkau mendengarnya dari Sufyan" Ibnu Rawwad menjawab, "Tidak." Muhammad
ibnu Khalaf bertanya lagi, "Apakah engkau membacakan hadis itu terhadapnya" ia
menjawab, "Tidak." aku bertanya lagi kepadanya "Apakah dibacakan kepadanya hadis
ini, sedangkan kamu menghadirinya, lalu ia mengakui hadis itu? Ia menjawab,
"Tidak." aku bertanya, "Lalu dari manakah engkau mendapatkan hadis ini?" Ibnu
Rawwad menjawab, "Suatu kaum datang kepadaku, lalu mereka mengemukakan hadis ini
kepadaku, dan mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka mendengar hadis ini
dariku. Kemudian mereka membacakannya kepadaku, setelah itu mereka pergi dengan
membaca hadis ini, dan mereka mengatakan bahwa mereka menceritakannya dariku."
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani,
atau hal yang semakna dengan kisah ini.
Ibnu Jarir dalam analisisnya terhadap hadis ini cukup jeli dan baik, karena
sesungguhnya dengan sanad seperti ini, berarti hadis ini adalah hadis maudu'
(buatan). Dan Ibnu Jarir banyak menyerang dan mengecam konteks-konteks yang
telah dikemukakan olehnya (Ibnu Rawwad) di berbagai tempat sehubungan dengan
tafsir ini: di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar (diingkari), terlebih
lagi dalam tafsir surat Bani Israil dan riwayat mengenai Masjidil Aqsa. Hanya
Allah-lah yang Maha Mengetahui.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ
زُرعَة، عَنْ شُريح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن رَبَّكُمْ أَنْذَرَكُمْ
ثَلَاثًا: الدُّخَانَ يَأْخُذُ الْمُؤْمِنَ كَالزُّكْمَةِ، وَيَأْخُذُ الْكَافِرَ
فَيَنْتَفِخُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مَسْمَعٍ مِنْهُ وَالثَّانِيَةُ
الدَّابَّةُ وَالثَّالِثَةُ الدَّجَّالُ".
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Auf,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah
menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah
dari Syuraih ibnu ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhan kalian telah
memperingatkan tiga perkara kepada kalian, yaitu Dukhan (kabut) yang
mengenai orang mukmin seperti penyakit pilek dan mengenai orang kafir yang
menjadikannya kembung hingga kabut itu keluar dari semua lubang tubuhnya. Kedua
ialah munculnya hewan dan yang ketiga ialah munculnya Dajjal.
Diriwayatkan juga oleh At Thabrani dari Hasyim bin Yazid, dari Muhammad bin
Ismail bin Ayyas, dengan sanad yang sama, dan Sanad ini Jayyid.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا
الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا خَلِيلٌ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "يَهِيجُ
الدُّخَانُ بِالنَّاسِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَأْخُذُهُ كَالزُّكْمَةِ، وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيَنْفُخُهُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مسمع منه".
Ibnu Abi Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah,
menceritakan kepada kami Shafwan, menceritakan kepada kami Al-Walid, telah
menceritakan kepada kami Khalil dari Al-Hasan, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a,
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dukhan (kabut) mengguncangkan
manusia, tetapi bagi orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek,
sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut keluar dari semua
lubang yang ada pada tubuhnya.
Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah, dari Al-Hasan dari
Abu Sa'id Al-Khudri r.a, secara mauquf. Sa'id ibnu Auf meriwayatkan hal
yang semisal dari Al-Hasan.
Ibnu Abu Hatim. mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh ibnu Muslim, telah menceritakan
kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris dari Ali r.a. yang mengatakan
bahwa pertanda (hari kiamat) berupa Dukhan (kabut) masih belum terjadi.
Kabut itu mengenai orang mukmin bagaikan penyakit pilek, tetapi orang kafir
menjadi kembung karenaya hingga menembusnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Al-Walid ibnu Jami', dari Abdul Malik ibnul
Mugirah, Abdur Rahman ibnus Sulaimani, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa
(kelak sebelum kiamat) muncul Dukhan (kabut) dan melanda orang mukmin
bagaikan penyakit pilek, dan kabut itu memasuki semua lubang tubuh orang kafir
dan orang munafik sehingga seperti kepala yang dipanggang di atas bara yang
panas.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'kub telah
menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Abu
Mulaikah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia pergi mengunjungi Ibnu Abbas
r.a. Maka Ibnu Abbas berkata, "Tadi malam aku tidak dapat tidur sampai pagi
hari." Aku bertanya, "Mengapa?" Ibnu Abbas menjawab, "Telah muncul bintang yang
berekor, maka aku merasa khawatir bila itu pertanda munculnya Dukhan
(kabut), hingga aku tidak dapat tidur semalaman sampai pagi hari."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Ibnu
Umar, dari Sufyan, dari Abdullah ibnu Abu Yazid, dari Abdullah ibnu Abu
Mulaikah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Sanad riwayat ini
memang sahih sampai kepada Ibnu Abbas r.a. ulama umat ini dan penerjemah
Al-Qur'an.
Hal yang sama telah dikatakan oleh orang-orang yang sependapat dengan Ibnu
Abbas dari kalangan sahabat dan tabiin, juga hadis-hadis marfu' dalam
kitab-kitab sahih dan hasan serta hadis lainnya yang diketengahkan oleh mereka.
Di dalamnya terkandung dalil yang jelas dan dapat diterima, menyatakan bahwa
Dukhan merupakan salah satu pertanda yang masih ditunggu-tunggu
kedatangannya. Selain itu pengertian lahiriah ayat sependapat dengan ini, karena
Allah Swt. telah berfirman:
{فَارْتَقِبْ
يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}
Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan:
10)
Yakni kabut yang nyata lagi jelas dapat dilihat oleh setiap orang. Tetapi
menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud r.a, sesungguhnya kabut itu
hanyalah berasal dari ilusi, yang terlihat oleh mereka akibat kelaparan dan
kepayahan yang menimpa mereka. Demikian pula apa yang disebutkan dalam firman
berikutnya:
{يَغْشَى
النَّاسَ}
yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11)
Maksudnya, menutupi mereka semuanya secara merata. Seandainya kabut itu
merupakan ilusi, tentulah yang mengalaminya hanyalah penduduk Mekah yang musyrik
saja, dan tidak akan disebutkan oleh firman-Nya: yang meliputi manusia.
(Ad-Dukhan: 11)
************
Adapun firman Allah Swt.:.
{هَذَا
عَذَابٌ أَلِيمٌ}
Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 11)
Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada mengecam dan mencemoohkan.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain yaitu:
{يَوْمَ
يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا
تُكَذِّبُونَ}
Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya
(dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu
mendustakannya.”(Ath-Thur: 13-14)
Atau dapat pula diartikan bahwa ucapan itu dikatakan oleh sebagian dari
mereka kepada sebagian yang lain.
***********
Firman Allah Swt.:
{رَبَّنَا
اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ}
(mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu.
Sesungguhnya kami akan beriman.” (Ad-Dukhan: 12)
Yakni orang-orang kafir itu —di kala mereka menyaksikan azab Allah dan
siksaan-Nya— memohon agar azab dan siksaan itu dilenyapkan dari mereka dan
mereka dibebaskan darinya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَلَوْ
تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا
نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang
beriman.” (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
(Al-An'am: 27)
Dan juga apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَنْذِرِ
النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا
أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ
تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ}
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada
waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim,
"Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia)
walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau
dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan), “Bukankah
kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan
binasa? (Ibrahim: 44)
Hal yang sama dikatakan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:
{أَنَّى
لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ
وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ}
Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada
mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya
dan berkata "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain)
lagi seorang yang gila" (Ad-Dukhan: 13-14)
Allah Swt. berfirman, "Mana mungkin mereka mau menerima peringatan, padahal
telah kami utus kepada mereka seorang risalah yang jelas risalah dan peringatan
yang dibawanya, tetapi sekalipun demikian mereka berpaling darinya dan tidak
setuju denganya, bahkan mendustakannya dan mengatakan, 'Dia adalah seorang yang
menerima ajaran dari orang lain lagi pula seorang yang gila'." Makna ayat ini
sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ
يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى}
Pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu
baginya (Al-Fajr: 23)
Semakna pula dengan firman-Nya:
{وَلَوْ
تَرَى إِذْ فَزِعُوا فَلا فَوْتَ وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ وَقَالُوا
آمَنَّا بِهِ وَأَنَّى لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ }
Dan (Alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka
(orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka
mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat
(untuk dibawa ke neraka) dan (diwaktu itu) mereka berkata, 'Kami
beriman kepada Allah, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari
tempat yang jauh itu (Saba: 51 -52) hingga akhir surat.
**************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّا
كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ}
Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaaan itu agak
sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15)
Ada dua takwil sehubungan dengan makna ayat ini. Yang pertama, Allah
Swt. berfirman, "Seandainya Kami lenyapkan azab itu dari kalian dan Kami
kembalikan kalian ke dunia, niscaya kalian akan kembali mengulangi perbuatan
kalian yang terdahulu berupa kekafiran dan mendustakan kebenaran." Semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain,
yaitu:
{وَلَوْ
رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ}
Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang
mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam
keterlaluan mereka. (Al-Mu’minun: 75)
Dan semakna dengan firman-Nya:
{وَلَوْ
رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa
yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Kedua, dapat diartikan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya
Kami menangguhkan azab dari kalian barang sebentar sesudah terpenuhinya semua
penyebab turunnya azab kepada kalian, sedangkan kalian masih terus-menerus
melakukan kesesatan dan perbuatan melampaui batas. Dan pengertian
'dilenyapkannya azab dari mereka' bukan berarti mereka sedang mengalaminya,
semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
{إِلا
قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami
lenyapkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri
kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Azab tidak sedang mereka alami dan masih belum sampai kepada mereka melainkan
hanya penyebab-penyebabnya saja. Dan hal ini bukan berarti pula bahwa mereka
telah meninggalkan kekafiran mereka, lalu mereka kembali lagi kepada kekafiran
itu. Allah Swt. telah berfirman, menceritakan perihal Syu'aib a.s. yang berkata
kepada kaumnya saat mereka mengatakan kepadanya:
{لَنُخْرِجَنَّكَ
يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي
مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ
كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّه
مِنْهَا}
"Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu'aib dan orang-orang yang
beriman bersamamu, dari kota kami; kecuali kamu kembali pada agama kami.”
Berkata Syu'aib "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami
tidak menyukainya? Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap
Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami darinya.”
(Al-A'raf: 88-89)
Nabi Syu'aib sama sekali tidak pernah memeluk agama mereka dan tidak pula
sejalan dengan mereka.
Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya kalian akan kembali
(melakukan perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan diri kalian ke dalam) azab
Allah.
************
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ
نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ}
(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman
yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. (Ad-Dukhan: 16)
Ibnu Mas'ud menafsirkan makna ayat ini, bahwa hari itu adalah Perang Badar.
Dan inilah yang dikatakan oleh sejumlah ulama yang sependapat dengan Ibnu Mas'ud
r.a. dalam tafsir Ad-Dukhan (kabut) yang telah diterangkan
sebelumnya.
Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. melalui riwayat Al-Aufi, dari
Ibnu Abbas dan dari Ubay ibnu Ka'b r.a. hal yang semisal. Pendapat ini merupakan
salah satu dari takwilnya, tetapi lahiriah ayat menunjukkan bahwa peristiwa
tersebut terjadi pada hari kiamat, sekalipun dalam Perang Badar dinamakan pula
sebagai hari pembalasan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari
Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a.
pernah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hantaman yang keras adalah hari
Perang Badar, tetapi menurut hemat saya (Ibnu Abbas) peristiwa itu terjadi pada
hari kiamat nanti.
Sanad riwayat ini sahih bersumber dari Ibnu Abbas. Pendapat yang semisal
dikatakan pula oleh Al-Hasan Al-Basri dan Ikrimah menurut salah satu di antara
dua riwayat yang tersahih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.