Tafsir Surat Saba, ayat 34-39
{وَمَا
أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا
أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (34) وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا
وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ
الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
(36) وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا
زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ
بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ (37) وَالَّذِينَ يَسْعَوْنَ فِي
آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ (38) قُلْ إِنَّ
رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا
أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (39)
}
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri
seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri
itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk
menyampaikannya.” Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan
anak-anak (daripada kamu) dan kami
sekali-kali tidak akan diazab.” Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang
dikendaki-Nya), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Dan sekali-kali
bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu
kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). Dan orang-orang yang berusaha
(menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri
dari azab Kami, mereka itu dimasukkan ke dalam azab. Katakanlah, "Sesungguhnya
Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah
Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
Allah Swt. menghibur Nabi-Nya seraya memerintahkan kepadanya agar mengambil
pelajaran dari para rasul yang telah mendahuluinya, dan Allah memberitahukan
kepadanya bahwa tidak sekali-sekali Dia mengutus seorang nabi ke suatu penduduk
negeri, melainkan penduduk negeri itu mendustakannya. Pelaku pertamanya adalah
orang-orang hartawan mereka, kemudian diikuti oleh kaum lemah mereka, seperti
apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh a.s.:
{أَنُؤْمِنُ
لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ}
Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti
kamu ialah orang-orang yang hina?” (Asy-Syu'ara: 111)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا
نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ
الرَّأْيِ}
Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang
yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27)
Dan orang-orang besar dari kalangan kaum Nabi Saleh mengatakan:
{لِلَّذِينَ
اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ
رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ. قَالَ الَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara
mereka, "Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?.”
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus
untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata,
"Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani.”
(Al-A'raf: 75-76)
Dan firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ
فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya)
dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin), supaya
(orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di
antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya) " (Al-An'am: 53)
{وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا
فِيهَا}
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang
jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al-An'am: 123)
{وَإِذَا
أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا
[فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ] }
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah),
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya
berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al-Isra: 16)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ}
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan
pun. (Saba: 34)
Yakni seorang nabi atau seorang rasul.
{إِلا
قَالَ مُتْرَفُوهَا}
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata. (Saba:
34)
Mereka adalah orang-orang yang hidup senang, terpandang, hartawan, dan
memegang kendali kepemimpinan.
Menurut Qatadah, mereka adalah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang di
kalangan mereka, yang juga pemimpin mereka dalam kejahatan.
{إِنَّا
بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.
(Saba: 34)
Yakni kami tidak akan beriman dan tidak akan mengikutinya.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الحسين، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ
إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ
عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي رَزِين قَالَ: كَانَ رَجُلَانِ شَرِيكَانِ خَرَجَ أَحَدُهُمَا
إِلَى السَّاحِلِ وَبَقِيَ الْآخَرُ، فَلَمَّا بُعِثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى صَاحِبِهِ يَسْأَلُهُ: مَا فَعَلَ؟ فَكَتَبَ
إِلَيْهِ أَنَّهُ لَمْ يَتْبَعْهُ أَحَدٌ مِنْ قُرَيْشٍ، إِنَّمَا اتَّبَعَهُ
أَرَاذِلُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ. قَالَ: فَتَرَكَ تِجَارَتَهُ ثُمَّ أَتَى
صَاحِبَهُ فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَيْهِ -قَالَ: وَكَانَ يَقْرَأُ الْكُتُبَ، أَوْ
بَعْضَ الْكُتُبِ-قَالَ: فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: إِلَامَ تَدْعُو؟ قَالَ: "إِلَى كَذَا وَكَذَا". قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ
رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ: "وَمَا عِلْمُكَ بِذَلِكَ؟ " قَالَ: إِنَّهُ لَمْ يُبْعَثْ
نَبِيٌّ إِلَّا اتَّبَعَهُ رُذَالة النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ. قَالَ: فَنَزَلَتْ
هَذِهِ الْآيَةُ: {وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ
مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ} ] الْآيَاتِ] ، قَالَ:
فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِنَّ اللَّهَ
قَدْ أَنْزَلَ تَصْدِيقَ مَا قُلْتَ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdul Wahhab, dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Rajin yang
menceritakan bahwa pernah ada dua orang yang berteman, salah seorang dari
keduanya keluar menuju ke pantai, sedangkan yang lain tinggal di rumahnya.
Ketika Nabi Saw. diutus, maka teman yang ada di pantai berkirim surat kepada
temannya yang ada di tempat menanyakan perihal Nabi Saw. Lalu temannya yang ada
di tempat membalas suratnya dengan mengatakan bahwa Muhammad itu tidak ada
seorang pun dari kalangan Quraisy yang mengikutinya, sesungguhnya yang
mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah dan kaum fakir miskin. Kemudian
temannya yang sedang mengembara itu meninggalkan perniagaannya, lalu mendatangi
temannya dan berkata kepadanya, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad." Ternyata si
pengembara itu sering membaca kitab atau sebagian dari kitab-kitab terdahulu.
Ketika sampai kepada Nabi Saw. ia bertanya, "Engkau menyeru kepada apa?" Nabi
Saw. menjawabnya, bahwa beliau menyeru manusia untuk berbuat anu dan anu
(kebenaran). Maka si pengembara itu langsung berkata, "Aku bersaksi bahwa Engkau
adalah utusan Allah." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa engkau mengetahui sampai
sejauh itu?" Pengembara itu menjawab, bahwa sesungguhnya tidak sekali-sekali
seorang nabi diutus melainkan yang menjadi pengikutnya adalah orang-orang yang
lemah dan orang-orang miskin dari kalangan kaumnya. Lalu turunlah ayat ini,
yaitu firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi
peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata,
"Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”
(Saba: 34) Lalu Nabi Saw. mengirimkan utusan kepada si pengembara untuk
menyampaikan sabdanya: sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan wahyu yang
membenarkan ucapanmu.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Heraklius kepada Abu Sufyan, ketika
Heraklius menanyainya tentang perihal Nabi Saw. Heraklius antara lain
mengatakan, Dan aku bertanya kepadamu, "Apakah hanya orang-orang yang lemah yang
menjadi pengikutnya, ataukah orang-orang terhormat mereka?" Lalu kami jawab,
"Memang sebenarnya hanya orang-orang yang lemah sajalah pengikut para rasul
itu."
*********
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang hidup mewah lagi
mendustakan para rasul:
{وَقَالُوا
نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ
بِمُعَذَّبِينَ}
Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak
(daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” (Saba:
35)
Mereka membanggakan dirinya dengan harta mereka yang banyak dan mereka
memiliki anak-anak yang banyak. Mereka menduga bahwa hal itu menunjukkan akan
kecintaan Allah Swt. kepada mereka dan besarnya perhatian Allah kepada mereka.
Tidaklah Allah memberi mereka semuanya itu di dunia ini, kemudian pada Akhirnya
Allah akan mengazab mereka di akhirat, itu jauh dari kemungkinan. Maka Allah
menyanggah anggapan mereka itu melalui firman-Nya:
{أَيَحْسَبُونَ
أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ. نُسَارِعُ لَهُمْ فِي
الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ}
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan
kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu'minun:
55-56)
{فَلا
تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ
كَافِرُونَ}
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak
itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa
mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir. (At-Taubah: 55)
{ذَرْنِي
وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا. وَجَعَلْتُ لَهُ مَالا مَمْدُودًا. وَبَنِينَ شُهُودًا.
وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا. ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ. كَلا إِنَّهُ كَانَ
لآيَاتِنَا عَنِيدًا. سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا.}
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya
sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang
selalu bersama dia, dan Kulapangkan baginya (rezeki, dan kekuasaan)
dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.
Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang
ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang
memayahkan. (Al-Muddassir: 11-17)
Dan Allah Swt. telah menceritakan perihal pemilik dua buah kebun, bahwa dia
adalah seorang hartawan, memiliki hasil buah-buahan yang banyak dan banyak
anaknya. Kemudian semuanya itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun
kepadanya, bahkan semuanya itu dicabut oleh Allah Swt. semasa masih di dunia dan
belum lagi menginjak akhirat. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya). (Saba:
36)
Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai-Nya dan orang yang tidak
dicintai-Nya, dan Dia mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan
kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya bagi-Nyalah hikmah yang
sempurna, hujah yang pasti dan mengalahkan semua hujah.
{وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 36)
***********
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا
زُلْفَى}
Dan sekali-sekali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu
yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun. (Saba: 37)
Yakni semuanya itu bukan merupakan bukti yang menunjukkan kecintaan Kami
kepada kalian, bukan pula menunjukkan perhatian Kami kepada kalian.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا كَثير، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ،
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إن
اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ إِنَّمَا
يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ".
Imam Ahmad. mengatakan, telah menceritakan kepada kami Kasir, telah
menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul
Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta benda
kalian, tetapi sesungguhnya Dia hanya memandang kepada hati dan amal perbuatan
kalian.
Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Kasir ibnu
Hisyam, dari Ja'far ibnu Jabarqan dengan sanad yang sama.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{إِلا
مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}
tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.
(Saba: 37)
Yakni sesungguhnya yang mendekatkan kalian kepada Kami hanyalah iman dan amal
saleh yang kalian kerjakan.
{فَأُولَئِكَ
لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا}
mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa
yang telah mereka kerjakan. (Saba: 37)
Maksudnya, amal kebaikan mereka dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh
kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.
{وَهُمْ
فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ}
dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).
(Saba: 37)
Yaitu di tempat-tempat yang tertinggi di dalam surga dalam keadaan aman dari
semua siksaan, aman dari rasa takut, dan aman dari gangguan semua kejahatan yang
mengerikan.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة بْنُ أَبِي
الْمِغْرَاءِ الْكِنْدِيُّ، حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ وَعَلِيُّ بْنُ مُسْهِر، عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَلِيٍّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغرفا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا،
وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا". فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: لِمَنْ هِيَ؟ قَالَ: "لِمَنْ
طَيَّبَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، [وَصَلَّى
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسِ نِيَامٌ] "
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra Al-Kindi, telah menceritakan
kepada kami Al-Qasim dan Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu lshaq, dari
An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat tempat-tempat yang
tinggi, bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya dan bagian dalamnya
terlihat dari bagian luarnya. Ketika ada seorang Badui bertanya, "Untuk
siapakah tempat-tempat itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Bagi orang yang
bertutur kata baik, memberi makan (orang-orang fakir miskin), rajin
berpuasa, dan gemar salat di malam hari ketika manusia sedang tidur.
***********
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ
يَسْعَوْنَ فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ}
Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan
anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami. (Saba: 38)
Yakni berusaha menghalang-halangi jalan Allah dan tidak mau mengikuti
rasul-rasul-Nya dan tidak percaya kepada ayat-ayat-Nya.
{أُولَئِكَ
فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ}
mereka itu dimasukkan ke dalam azab. (Saba: 38)
Mereka semuanya akan mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatan
mereka masing-masing.
*********
Firman Allah Swt.:
{قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ
لَهُ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya).” (Saba: 39)
Yaitu berdasarkan hikmah-Nya Dia melapangkan rezeki kepada seseorang dan
memberinya harta yang banyak, dan menyempitkan rezeki yang lainnya hingga
hidupnya sangat miskin, karena ada hikmah yang terkandung di baliknya dan hanya
Dia sendirilah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{انْظُرْ
كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ
وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian
(yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan
lebih besar keutamaannya (Al-Isra': 21)
Yakni sebagaimana mereka berbeda-beda taraf kehidupannya semasa di dunia,
yang ini fakir lagi miskin, dan yang itu kaya lagi lapang rezekinya. Maka
demikian pula keadaan mereka di akhirat, yang ini berada di dalam kedudukan yang
tertinggi di surga, dan yang itu berada di dalam siksaan di dasar neraka yang
terbawah. Dan sebaik-baik orang di dunia adalah orang yang diungkapkan oleh
Rasulullah Saw. melalui sabdanya:
"قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا
آتَاهُ".
Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki secukupnya,
dan menerima apa yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar r.a.:
*************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ}
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.
(Saba: 39)
Artinya, berapa pun kamu belanjakan hartamu kepada apa yang diperintahkan
oleh Allah kepada kalian dan Allah menghalalkannya, Dia pasti akan menggantinya
kepada kalian di dunia di samping pahala di akhirat yang akan kamu terima
sebagai penggantinya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى: أنْفق أنْفق عَلَيْكَ"
Allah Swt. berfirman, "Berinfaklah kamu, maka Aku akan menggantinya
kepadamu.”
Di dalam hadis lain disebutkan:
أَنَّ
مَلِكَيْنِ يَصيحان كُلَّ يَوْمٍ، يَقُولُ أَحَدُهُمَا: "اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُمْسِكا تَلَفًا"، وَيَقُولُ الْآخَرُ: "اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا
خَلَفًا"
bahwa setiap pagi hari ada dua malaikat yang salah satunya berdoa, "Ya
Allah, berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir," sedangkan yang lain
mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang
berinfak."
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَنْفِقْ
بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالَا"
Infakkanlah terus, hai Bilal, janganlah kamu takut kebangkrutan karena
Tuhan yang mempunyai Arasy.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الطَّلَّاسِ، حَدَّثَنَا
هُشَيْم عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أَلَا
إِنَّ بَعْدَكُمْ زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى مَا فِي يَدِهِ
حَذَارَ الْإِنْفَاقِ". ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ
شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid
ibnu Abdul Aziz Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar
ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadaku suatu
berita dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Ingatlah, sesungguhnya sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di
mana orang kaya menggenggam erta-erat harta yang ada di tangannya karena takut
berinfak. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki
yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)
قَالَ
(الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ حَاتِمٍ،
حَدَّثَنَا هُشَيم، عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم:
"أَلَا إِنَّ بَعْدَ زَمَانِكُمْ هَذَا زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى
مَا فِي يَدَيْهِ حَذَارَ الْإِنْفَاقِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakah, telah menceritakan kepada kami Rauh
ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim,
dari Mak-hul yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadaku dari
Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ingatlah,
sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam
erat-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak.
Yakni menyembunyikan kekayaannya karena takut diminta untuk berinfak, Allah
Swt. telah berfirman:
{وَمَا
أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ}
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
«شرار
الناس يُبَايِعُونَ كُلَّ مُضْطَرٍّ أَلَا إِنَّ بِيعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ،
أَلَا إِنَّ بَيْعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا
يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ مَعْرُوفٌ فَعُدْ بِهِ عَلَى
أَخِيكَ، وَإِلَّا فَلَا تَزِدْهُ هَلَاكًا إِلَى هَلَاكِهِ»
Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang melakukan transaksi jual beli
dengan setiap orang yang terdesak. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan
orang-orang yang terpaksa itu haram. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan
orang-orang yang terpaksa itu haram. Orang muslim adalah saudara orang muslim
lainnya; ia tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh pula menghinanya. Jika
kamu memiliki kebaikan, maka gunakanlah itu untuk menolong saudaramu. Dan jika
kamu tidak mempunyainya, maka janganlah kamu menambahkan kepadanya kehancuran di
atas kehancuran.
Bila ditinjau dari segi jalurnya, hadis ini berpredikat garib karena
di dalam sanadnya terdapat kelemahan.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Yunus alias Al-Hasan ibnu Yazid
yang mengatakan bahwa Mujahid telah mengatakan, "Janganlah sekali-kali seseorang
di antara kalian menakwilkan ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.' (Saba: 39) dengan
pengertian bahwa apabila seseorang di antara kalian memiliki apa yang menjadi
kecukupannya, hendaklah ia bersikap irit (ekonomis) karena sesungguhnya rezeki
itu telah dibagi-bagi.