Tafsir Surat Luqman, ayat 16-19 - Sebuah Pasal mengenai Celaan terhadap Takabur
Sebuah Pasal mengenai Celaan terhadap Takabur
قَالَ
عَلْقَمَةُ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ -رَفَعَهُ -: "لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ
كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ كِبْر، وَلَا يُدْخِلُ النَّارَ مَنْ
فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ"
Alqamah telah meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud yang me-rafa'-kan hadis
berikut: Tidak dapat masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat
sifat takabur seberat biji sawi, dan tidak dapat masuk neraka seseorang yang di
dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi.
قَالَ
إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي عَبْلَة، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو مَرْفُوعًا: "مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ،
أَكَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ"
Ibrahim ibnu Abu Ablah telah meriwayatkan dari Abu Salamah, dari Abdullah
ibnu Amr secara marfu': Barang siapa yang di dalam hatinya terdapat sifat
takabur seberat biji sawi, Allah akan menjungkalkannya dengan muka di bawah ke
dalam neraka.
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ
رَاشِدٍ، عَنْ إِيَاسِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِيهِ مَرْفُوعًا: "لَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَذْهَبُ بِنَفْسِهِ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ
الْجَبَّارِينَ، فَيُصِيبُهُ مَا أَصَابَهُمْ مِنَ الْعَذَابِ"
Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail, telah menceritakan kepada
kami Abu Mu'awiyah, dari Umar ibnu Rasyid, dari Iyas ibnu Salamah, dari ayahnya
secara marfu': Seseorang yang terus-menerus memperturutkan hawa nafsunya pada
akhirnya ia akan dicatat di sisi Allah termasuk ke dalam orang-orang yang
sewenang-wenang, kemudian dia akan ditimpa azab seperti azab yang menimpa
mereka.
Malik ibnu Dinar telah menceritakan bahwa pada suatu hari Sulaiman ibnu Daud
menaiki permadani terbang bersama dua ratus ribu tentara manusianya dan dua
ratus ribu tentara jinnya. Lalu ia diangkat hingga mencapai ketinggian langit
yang darinya ia dapat mendengar suara tasbih para malaikat. Kemudian ia
diturunkan hingga telapak kakinya menyentuh air laut, lalu mereka mendengar
suara (yang menyerukan), "Seandainya di dalam hati seseorang dari teman-teman
kamu terdapat sifat takabur sebesar biji sawi, pastilah ia akan dibenamkan lebih
jauh dari jarak saat ia diangkat tinggi."
Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Harun, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas yang
menceritakan bahwa khalifah Abu Bakar r.a. berkhotbah kepada kami, lalu ia
menceritakan tentang permulaan kejadian manusia, hingga seseorang dari kami
benar-benar merasa jijik terhadap dirinya sendiri karena ia keluar dari tempat
keluarnya air seni sebanyak dua kali, kata Abu Bakar r.a.
Asy-Sya'bi mengatakan, "Barang siapa yang membunuh dua orang, maka dia
termasuk orang yang sewenang-wenang," lalu ia membacakan firman-Nya: Apakah
kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-wenang di negeri (ini). (Al-Qasas: 19)
Al-Hasan telah mengatakan, bahwa sungguh mengherankan anak Adam itu, dia
mencuci bekas kotorannya dengan tangannya sebanyak dua kali sehari, kemudian ia
bersikap takabur (sombong) menyaingi Tuhan Yang Menguasai langit.
Telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Khaddasy, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ali ibnul Hasan, dari Ad-Dahhak ibnu Sufyan
yang menceritakan hadis tentang perumpamaan keduniawian yang diserupakan dengan
kotoran yang keluar dari perut anak Adam.
Al-Hasan telah meriwayatkan dari Yahya, dari Ubay yang mengatakan bahwa
sesungguhnya makanan anak Adam sekalipun dibumbui dan digarami (keluarnya tetap
menjadi kotoran).
Muhammad ibnul Husain ibnu Ali (salah seorang dari cucu Ali r.a.) pernah
mengatakan bahwa tidaklah merasuk ke dalam hati seseorang sesuatu dari perasaan
takabur, melainkan akalnya berkurang dalam kadar yang sama dengan takabur yang
merasuk ke dalam hatinya itu.
Yunus ibnu Ubaid telah mengatakan, tiada takabur berbarengan dengan sujud,
dan tiada nifaq berbarengan dengan tauhid.
Tawus memandang Umar ibnu Abdul Aziz yang sedang berjalan dengan
langkah-langkah yang angkuh, demikian itu terjadi sebelum dia diangkat menjadi
khalifah. Maka Tawus menotok lambungnya dengan jari telunjuknya seraya berkata,
"Ini bukan cara jalan orang yang di dalam perutnya terdapat kotoran (tahi)."
Maka Umar ibnu Abdul Aziz menjawab seraya meminta maaf kepadanya, "Hai paman,
sesungguhnya semua anggota tubuhku telah kena pukul untuk mempelajari langkah
ini hingga aku membiasakannya."
Abu Bakar ibnu Abud Dunia telah mengatakan bahwa orang-orang Bani Umayyah
memukuli anak-anak mereka sampai mereka biasa dengan langkah-langkah seperti
itu.