Tafsir Surat Luqman, ayat 16-19 - Bab Hadis-Hadis yang Membahas tentang Syuhrah (ketenaran)
Bab Hadis-Hadis yang Membahas tentang Syuhrah (ketenaran)
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ
الْحَارِثِ وَابْنِ لَهِيعة، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سِنَان بْنِ
سَعْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ: "حَسْبُ امرئ من الشَّرِّ
-إِلَّا مَنْ عَصَمَ اللَّهُ -أَنْ يُشِيرَ النَّاسُ إِلَيْهِ بِالْأَصَابِعِ فِي
دِينِهِ وَدُنْيَاهُ، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ
إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"
Abu Bakar ibnu Sahl At-Tamimi mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Isa Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Umar
ibnul Haris dan Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sinan ibnu Sa'd,
dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Cukuplah keburukan bagi
seseorang, terkecuali orang yang dipelihara oleh Allah, bila ia menjadi seorang
yang menjadi pusat perhatian orang-orang lain dalam hal agama dan dunianya. Dan
sesungguhnya Allah tidak akan memandang kepada rupa kalian, tetapi kepada hati
dan amal perbuatan kalian.
Dia telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ishaq ibnu Bahlul, dari Ibnu Abu
Fudaik, dari Muhammad ibnu Abdul Wahid Al-Akhnasi, dari Abdul Wahid ibnu Abu
Kasir, dari Jabir ibnu Abdullah secara marfu' dengan lafaz yang
semisal.
Ia meriwayatkan pula dari Al-Hasan hal yang semisal. Maka dikatakan kepada
Al-Hasan, "Bukankah engkau termasuk orang yang menjadi pusat perhatian orang
banyak?" Maka Al-Hasan menjawab, bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan
ketenaran yang tercela dalam hadis ini ialah orang yang tenar dengan bid'ahnya
dalam agamanya dan fasik dalam masalah dunianya.
Diriwayatkan melalui Ali r.a., bahwa ia telah mengatakan, "Janganlah kamu
berusaha untuk menjadi orang yang tenar, dan janganlah kamu angkat dirimu untuk
menjadi buah bibir dan terkenal. Tetapi diamlah dan jangan banyak bicara,
niscaya kamu selamat, maka kamu akan membuat senang orang-orang yang bertakwa
dan menjengkelkan orang-orang yang durhaka."
Ibrahim ibnu Adam telah mengatakan bahwa bukanlah termasuk orang yang percaya
kepada Allah seseorang yang menyukai ketenaran.
Ayyub mengatakan, tidaklah seorang hamba percaya kepada Allah, melainkan bila
ia merasa senang jika ia dijadikan orang yang tidak mengetahui kedudukan
dirinya.
Muhammad ibnul Ala telah mengatakan bahwa barang siapa yang cinta kepada
Allah, maka Allah menjadikannya orang yang suka bila tidak dikenal oleh orang
banyak.
Sammak ibnu Salamah telah mengatakan, janganlah engkau menjadi orang yang
mempunyai banyak teman dekat.
Aban ibnu Usman telah mengatakan bahwa jika kamu menginginkan agar selamat
dalam memegang agamamu, maka persedikitlah kenalan-kenalanmu.
Disebutkan bahwa Abul Aliyah apabila duduk di majelisnya sebanyak tiga orang
lebih, maka ia bangkit dan pergi meninggalkan mereka.
Telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, dari Auf, dari Abu Raja yang menceritakan bahwa Talhah melihat suatu
kaum berjalan bersamanya, maka ia berkata, "Mereka adalah para pemburu ketamakan
dan bagaikan kupu-kupu yang menjerumuskan dirinya ke dalam api."
Ibnu Idris telah meriwayatkan dari Harun ibnu Abu Isa, dari Salim ibnu
Hanzalah yang menceritakan, "Ketika kami berada di sekeliling ayahku, tiba-tiba
Umar ibnul Khattab memukulnya dengan cambuk seraya berkata, 'Sesungguhnya
keadaan seperti ini berakibat kehinaan bagi orang yang diikuti dan menjadi
fitnah bagi orang yang mengikutinya'."
Ibnu Aun telah meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa Ibnu Mas'ud keluar dan
diikuti oleh sejumlah orang banyak. Maka Ibnu Mas'ud berkata, "Demi Allah,
seandainya kalian mengetahui apa yang tersimpan di balik pintu rumahku yang
terkunci, pasti tidak akan ada dua orang pun dari kalian yang mengikutiku."
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, bahwa Ayyub kelihatan memakai
baju gamis yang berlengan panjang, maka ditanyakan kepadanya mengenai hal
tersebut, lalu ia menjawab, "Sesungguhnya ketenaran di masa lalu terletak pada
pakaian baju gamis yang berlengan panjang, tetapi sekarang terletak pada pakaian
yang berlengan pendek." Pada suatu waktu Ayyub membuat sepasang terompah yang
serupa dengan terompah milik Nabi Saw., lalu ia memakainya selama beberapa hari,
kemudian mencabutnya (menanggalkannya) dan mengatakan, "Aku tidak melihat ada
orang lain yang memakai terompah seperti ini."
Ibrahim An-Nakha'i telah mengatakan, "Janganlah kamu memakai pakaian yang
membuat dirimu disangka sebagai orang-orang yang terkemuka, dan jangan pula kamu
berpakaian yang membuat orang lain merendahkan dirimu."
As-Sauri mengatakan bahwa di masa lalu orang-orang tidak menyukai pakaian
yang bagus-bagus yang menyebabkan pemakainya terkenal dan menjadi pusat
perhatian orang banyak, tidak pula menyukai pakaian jelek yang menyebabkan
pemakainya dipandang hina dan penghayatan agamanya direndahkan.
Telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Khaddasy, telah menceritakan
kepada kami Hammad, dari Abu Hasanah (teman Az-Ziyadi) yang telah menceritakan,
"Ketika kami berada di majelis Abu Qilabah, tiba-tiba masuklah seorang lelaki
yang berpakaian necis dan mewah, maka Abu Qilabah berkata, 'Janganlah kalian
meniru keledai yang banyak melengking ini'."
Al-Hasan mengatakan, sesungguhnya ada suatu kaum yang di dalam kalbu mereka
penuh dengan rasa takabur, dan pakaian mereka berpenampilan rendah diri
(sederhana). Dalam keadaan seperti ini orang yang berpakaian sederhana lebih
takabur ketimbang orang yang berpakaian mewah, tetapi tidak takabur hatinya.
Di dalam salah satu kisah terdahulu disebutkan bahwa Musa a.s. pernah berkata
kepada kaum Bani Israil, "Mengapa kalian datang kepadaku dengan berpakaian
seperti rahib, padahal hati kalian bagaikan hati serigala. Berpakaianlah seperti
raja, tetapi lunakkanlah hati kalian dengan rasa takut (kepada
Tuhan)."