Tafsir Surat Al-Ahzab, ayat 72-73
{إِنَّا
عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا
جَهُولا (72) لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ
وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (73) }
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah
mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik
laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan amanat
adalah ketaatan. Allah menawarkan amanat itu kepada mereka sebelum menawarkannya
kepada manusia, tetapi ternyata mereka tidak kuat. Lalu Allah berfirman kepada
Adam, "Sesungguhnya Aku telah menawarkan amanat ini kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung, tetapi mereka tidak mampu memikulnya. Apakah kamu mau memikul
amanat ini berikut segala akibatnya?" Adam bertanya, "Apa saja konsekuensinya
itu, wahai Tuhanku?" Allah Swt. menjawab, "Jika kamu berbuat baik, maka kamu
diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa. Lalu amanat itu
diambil oleh Adam. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh. (Al-Ahzab: 72)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa amanat ini
adalah fardu-fardu yang ditawarkan oleh Allah Swt. kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung. Jika mereka menunaikannya, maka Allah akan memberi mereka pahala;
dan jika mereka menyia-nyiakannya, Allah akan mengazab mereka. Maka mereka tidak
suka dan merasa takut memikul tanggung jawab amanat ini tanpa adanya
pelanggaran. Tetapi demi menghormati agama Allah, sebaiknya mereka tidak
menerimanya. Kemudian Allah menawarkannya kepada Adam, dan ternyata Adam mau
menerimanya berikut segala konsekuensinya. Itulah yang dimaksud oleh firman
Allah Swt.: dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh. (Al-Ahzab: 72) Karena tergiur oleh perintah
Allah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. (Al-Ahzab: 72) Ibnu Abbas
mengatakan bahwa lalu amanat itu ditawarkan kepada Adam seraya berfirman,
"Ambillah amanat ini berikut segala konsekuensinya. Jika kamu taat Aku beri kamu
ampunan; dan jika kamu durhaka, maka Aku akan mengazabmu." Adam berkata, "Saya
terima." Maka dalam waktu yang tidak begitu lama kira-kira antara asar dan malam
hari pada hari itu juga, Adam melakukan pelanggaran (yaitu memakan buah khuldi).
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang mendekati kisah di
atas, tetapi masih diragukan karena adanya mata rantai yang terputus antara
Ad-Dahhak dan Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak,
Al-Hasan Al-Basri, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya
amanat ini ialah fardu-fardu (kewajiban-kewajiban). Ulama lainnya mengatakan
bahwa amanat ialah ketaatan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari
Masruq yang mengatakan bahwa Umay ibnu Ka'b pernah mengatakan, "Termasuk amanat
ialah tugas wanita, dia diberi amanat untuk memelihara kehormatannya."
Qatadah mengatakan bahwa amanat ialah mengamalkan agama, fardu-fardu, dan
hukum-hukum had. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa amanat itu
adalah mandi jinabah.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa amanat
itu ada tiga perkara, yaitu salat, puasa, dan mandi jinabah.
Semua pendapat yang telah disebutkan di atas tidak bertentangan satu sama
lainnya, bahkan bersesuaian dan bersumber kepada suatu patokan yang mengatakan
bahwa amanat adalah taklif dan menerima semua perintah serta larangan berikut
segala persyaratannya. Yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala, dan jika
ditinggalkan mendapat siksa. Lalu amanat ini diterima oleh manusia karena
kelemahan, kebodohan, dan kezalimannya, terkecuali bagi orang yang diberi taufik
oleh Allah, dan akhirnya hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Basri, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Waqid (yakni Abu Umar As-Saffar), bahwa ia pernah
mendengar Ma'mar alias Aun ibnu Ma'mar menceritakan asar berikut dari Al-Hasan
Al-Basri, bahwa Al-Hasan Al-Basri membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung. (Al-Ahzab: 72) Allah menawarkannya kepada tujuh lapis langit
yang dihiasi dengan bintang-bintang dan para malaikat pemikul 'Arasy, lalu
dikatakan kepadanya, "Maukah engkau memikul amanat ini berikut segala
konsekuensinya?" Langit bertanya, "Apakah konsekuensinya?" Maka dikatakan
kepadanya, "Jika kamu berbuat baik, maka diberi pahala. Dan jika kamu berbuat
buruk, kamu disiksa." Langit menjawab, "Tidak." Kemudian Allah menawarkan amanat
ini kepada tujuh lapis bumi yang keras dan diikat dengan pasak-pasak yang kuat
serta diperhalus dengan hamparan-hamparan yang rata. Lalu dikatakan kepadanya,
"Maukah kamu memikul amanat ini berikut segala konsekuensinya?" Bumi bertanya,
"Apakah konsekuensinya?''Dikatakan kepadanya, Jika kamu berbuat baik, maka kamu
diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa." Bumi menjawab,
"Tidak." Kemudian amanat ini ditawarkan kepada gunung-gunung yang tinggi-tinggi
lagi kokoh, keras, dan kuat. Dikatakan kepadanya, "Maukah kamu memikul amanat
ini berikut semua konsekuensinya?" Gunung-gunung bertanya, "Apakah
konsekuensinya?" Dikatakan kepadanya, "Jika kamu berbuat baik, kamu diberi
pahala; dan jika kamu berbuat buruk, maka disiksa." Gunung-gunung berkata,
"Tidak."
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. ketika selesai
menciptakan makhluk-Nya, maka Dia mengumpulkan antara manusia, jin, langit,
bumi, dan gunung-gunung. Lalu Allah memulai firman-Nya kepada langit. Ditawarkan
kepadanya amanat ini, yakni ketaatan. Allah berfirman, "Maukah kamu memikul
amanat ini, tetapi Aku berjanji akan memberikan karunia dan kemuliaan serta
pahala di surga?" Langit menjawab, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kami tidak kuat
memikul perintah ini dan tidak mampu mengerjakannya, tetapi kami akan selalu
taat kepada-Mu." Kemudian amanat itu ditawarkan kepada bumi. Allah berfirman
kepada bumi, "Maukah kamu memikul amanat ini dan mau menerimanya dari-Ku, maka
Aku akan memberimu karunia dan kemuliaan di dunia?" Maka bumi mejawab, "Kami
tidak mempunyai kesabaran memikul tugas ini dan kami tidak kuat, tetapi kami
selalu tunduk patuh kepada-Mu dan tidak akan mendurhakai-Mu dalam sesuatu pun
yang Engkau perintahkan kepada kami." Lalu Allah mendekatkan Adam dan berfirman
kepadanya, "Maukah engkau memikul amanat ini dan memeliharanya dengan
sebaik-baiknya?" Maka pada saat itu juga Adam balik bertanya, "Lalu imbalan
apakah yang akan kuterima di sisi-Mu?" Allah berfirman, "Hai Adam, jika kamu
berbuat baik, taat dan memelihara amanat ini, maka bagimu di sisi-Ku kemuliaan,
keutamaan, dan pahala yang baik di surga. Dan jika engkau durhaka, tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang sebenar-benarnya, dan kamu berlaku buruk
terhadapnya, maka sesungguhnya Aku akan mengazab dan menyiksamu serta
memasukkanmu ke dalam neraka." Adam menjawab, "Saya rela, ya Tuhanku." Maka Adam
memikulnya. Dan saat itu juga Allah Swt. berfirman, "Aku telah memikulkannya
kepadamu." Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: dan dipikullah amanat
itu oleh manusia. (Al-Ahzab: 72). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Diriwayatkan dari Mujahid. Ia telah mengatakan bahwa amanat ini ditawarkan
kepada langit, maka langit menjawab, "Ya Tuhanku, Engkau telah memikulkan kepada
kami bintang-bintang, semua penduduk langit, dan lain-lainnya. Kami tidak
menginginkan pahala dan kami tidak mau memikul suatu kewajiban apa pun." Lalu
ditawarkan kepada bumi. Maka bumi menjawab, "Ya Tuhanku, Engkau telah menanamkan
semua pohon padaku, dan Engkau alirkan semua sungai padaku serta penduduk bumi
dan segala sesuatunya, aku tidak menginginkan pahala dan aku tidak mau memikul
kewajiban lainnya lagi." Hal yang sama dikatakan oleh gunung-gunung. Lalu
disebutkan firman-Nya: dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh. ( Al-Ahzab: 72) dalam memikirkan
akibat urusannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij, dari Ibnu Asywa' yang
mengatakan bahwa ketika Allah menawarkan amanat kepada mereka untuk dipikul
mereka, maka semuanya bergetar mengajukan protes kepada Allah Swt. selama tiga
hari tiga malam, lalu mengatakan, "Wahai Tuhan kami, kami tidak kuat
mengamalkannya dan kami tidak menginginkan pahala."
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Zaid ibnu Abuz Zarqa Al-Mausuli, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu
Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung. (Al-Ahzab: 72), hingga akhir ayat. Manusia menjawab, "Saya
terima amanat ini dengan penuh kesetiaan." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku
akan menolongmu dalam menjalankannya, sesungguhnya Aku akan menolongmu dengan
memberi dua kelopak mata. Apabila kedua mata itu menyuruhmu untuk melakukan hal
yang kubenci, maka pejamkanlah. Dan aku akan menolongmu dengan memberi lisan
yang diapit oleh kedua bibir. Apabila lisanmu menyuruhmu untuk melakukan hal
yang Kubenci, maka katupkanlah. Dan Aku akan menolongmu dengan pakaian terhadap
kemaluanmu, maka janganlah kamu membukanya untuk hal-hal yang Kubenci."
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu
Hazim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, bahwa Ibnu Zaid telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi, dan gunung-gunung. (Al-Ahzab: 72), hingga akhir ayat. Bahwa
sesungguhnya Allah Swt. menawarkan kepada mereka amanat ini, yaitu Dia akan
memfardukan kepada mereka agama, dan menjadikan bagi mereka pahala dan siksaan,
serta mempercayakan kepada mereka untuk melaksanakan agama. Maka mereka berkata,
"Tidak, kami diciptakan hanya untuk tunduk kepada perintah-Mu, kami tidak
menginginkan pahala dan tidak pula siksaan." Selanjutnya Allah Swt. menawarkan
amanat ini kepada Adam, maka Adam menjawab, "Saya terima dengari penuh kesetiaan
di atas kepala dan pundak saya, untuk memikulnya." Ibnu Zaid melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu Allah Swt. berfirman kepada manusia, "Mengingat kamu mau
memikul amanat ini, maka Aku akan menolongmu, Aku jadikan bagi matamu hijab.
Apabila kamu merasa khawatir akan melihat sesuatu yang tidak halal bagimu, maka
turunkanlah hijabmu. Dan aku jadikan bagi lisanmu pintu dan kunci; maka apabila
kamu takut, kuncilah lisanmu. Dan Aku jadikan bagi kemaluanmu pakaian, maka
janganlah kamu membukanya kecuali terhadap apa yang Kuhalalkan bagimu."
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو السَّكُوني، حَدَّثَنَا بقِيَّة،
حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنِ
الْحَكَمِ بْنِ عُمَيْرٍ -وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إن الْأَمَانَةَ وَالْوَفَاءَ نَزَلَا عَلَى ابْنِ آدَمَ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ،
فَأُرْسِلُوا بِهِ، فَمِنْهُمْ رَسُولُ اللَّهِ، وَمِنْهُمْ نَبِيٌّ، وَمِنْهُمْ
نَبِيٌّ رَسُولٌ، وَنَزَلَ الْقُرْآنُ وَهُوَ كَلَامُ اللَّهِ، وَنَزَلَتِ
الْعَرَبِيَّةُ وَالْعَجَمِيَّةُ، فَعَلِمُوا أَمْرَ الْقُرْآنِ وَعَلِمُوا أَمْرَ
السُّنَنِ بِأَلْسِنَتِهِمْ، وَلَمْ يَدَعِ اللَّهُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ مِمَّا
يَأْتُونَ وَمَا يَجْتَنِبُونَ وَهِيَ الْحُجَجُ عَلَيْهِمْ، إِلَّا بَيَّنَهُ
لَهُمْ. فَلَيْسَ أَهْلُ لِسَانٍ إِلَّا وَهُمْ يَعْرِفُونَ الْحَسَنَ
وَالْقَبِيحَ، ثُمَّ الْأَمَانَةُ أَوَّلُ شَيْءٍ يُرْفَعُ
وَيَبْقَى أَثَرُهَا
فِي جُذُورِ قُلُوبِ النَّاسِ، ثُمَّ يُرْفَعُ الْوَفَاءُ وَالْعَهْدُ وَالذِّمَمُ
وَتَبْقَى الْكُتُبُ ، فَعَالِمٌ يَعْمَلُ، وَجَاهِلٌ يَعْرِفُهَا وَيُنْكِرُهَا
وَلَا يَحْمِلُهَا، حَتَّى وَصَلَ إِلَيَّ وَإِلَى أُمَّتِي، وَلَا يَهْلِكُ عَلَى
اللَّهِ إِلَّا هَالَكٌ، وَلَا يُغْفِلُهُ إِلَّا تَارِكٌ. فَالْحَذَرَ أَيُّهَا
النَّاسُ، وَإِيَّاكُمْ وَالْوَسْوَاسَ الْخَنَّاسَ، فَإِنَّمَا يَبْلُوكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Amr As-Sukuni,
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu
Ibrahim, dari Musa ibnu Abu Habib, dari Al-Hakam ibnu Umair r.a., salah seorang
sahabat Nabi Saw. yang telah menceritakan bahwa rasulullah Saw. pernah bersabda,
"Sesungguhnya amanat dan kesetiaan itu diturunkan kepada anak Adam melalui
para nabi, maka para nabi diutus untuk menyampaikannya. Di antara mereka ada
yang menjadi utusan Allah, dan di antara mereka ada yang menjadi nabi, dan di
antara mereka ada yang menjadi nabi dan rasul. Lalu diturunkanlah Al-Qur'an,
yaitu Kalamullah. Dan diturunkan pula bahasa 'Ajam dan bahasa Arab. Maka mereka
mengetahui perihal Al-Qur'an dan mengetahui pula perihal sunnah dengan bahasanya
masing-masing. Allah tidak membiarkan sesuatu pun dari perintah-Nya yang
menyangkut apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang harus mereka jauhi, yang
hal ini merupakan hujah atas mereka, melainkan Dia telah menjelaskannya kepada
mereka. Maka tiada suatu ahli bahasa mana pun melainkan mereka mengetahui
norma-norma kebaikan dan keburukan. Kemudian amanat adalah sesuatu yang
mula-mula diangkat (dihilangkan) dan yang tertinggal adalah bekas-bekasnya yang
berada di dalam lubuk hati manusia. Kemudian diangkatlah kesetiaan, perjanjian,
serta jaminan, dan yang tertinggal hanyalah catatan-catatannya. Maka orang yang
alim mengamalkannya; dan orang yang jahil mengetahuinya, tetapi mengingkarinya
serta tidak mau mengerjakannya, hingga sampailah kepadaku dan kepada umatku. Dan
tiada yang binasa kecuali orang yang ditakdirkan binasa oleh Allah, dan tiada
yang meninggalkannya melainkan orang yang lalai. Berhati-hatilah, hai manusia,
waspadalah kalian terhadap rayuan setan yang selalu menggoda. Sesungguhnya Allah
menguji kalian hanya untuk mengetahui secara nyata siapa yang terbaik amalannya
di antara kalian."
Hadis ini garib sekali, tetapi ada syahid yang menguatkannya melalui
berbagai jalur lain.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَلَفٍ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ الْحَنَفِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبُو
الْعَوَّامِ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، وَأَبَانُ بْنُ أَبِي عَيَّاشٍ ،
عَنْ خُليَد العَصَري ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَمْسٌ مَنْ جَاءَ
بِهِنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ إِيمَانٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ: مَنْ حَافَظَ عَلَى
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ عَلَى وُضُوئِهِنَّ وَرُكُوعِهِنَّ وَسُجُودِهِنَّ
وَمَوَاقِيتِهِنَّ، وَأَعْطَى الزَّكَاةَ مِنْ مَالِهِ طَيِّبَ النَّفْسِ بِهَا
-وَكَانَ يَقُولُ، وَايْمُ اللَّهِ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ إِلَّا مُؤْمِنٌ -[وَصَامَ
رَمَضَانَ، وَحَجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَاعَ إِلَى ذَلِكَ سَبِيلًا] ، وَأَدَّى
الْأَمَانَةَ". قَالُوا: يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ، وَمَا أَدَاءُ الْأَمَانَةِ؟
قَالَ: الْغَسْلُ مِنَ الْجَنَابَةِ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمَنِ ابْنَ آدَمَ
عَلَى شَيْءٍ مِنْ دِينِهِ غَيْرَهُ.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abdul Majid
Al-Hanafi Abul Awwam Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Qatadah dan Aban
ibnu Abu Ayyasy, dari Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada lima perkara yang barang siapa datang
dengan membawanya pada hari kiamat disertai dengan iman, niscaya masuk surga.
Yaitu barang siapa yang memelihara salat lima waktu dengan wudunya, rukuknya,
sujudnya, dan waktu-waktunya, lalu membayar zakat hartanya dengan hati yang
senang —dan Abu Darda mengatakan— Demi Allah, tiada yang melakukan nya
melainkan dia adalah seorang mukmin, berpuasa Ramadan mengerjakan haji di
Baitullah apabila mampu mengadakan perjalanan kepadanya, dan menunaikan amanat.
Orang-orang (para tabiin) bertanya, "Hai Abu Darda, apakah yang dimaksud dengan
menunaikan amanat itu?" Abu Darda menjawab "Mandi jinabah, karena sesungguhnya
Allah Swt. tidak menitipkan suatu amanat pun kepada anak Adam untuk menjaganya
dalam agamanya selain hal itu (kemaluannya)."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, dari Muhammad ibnu Abdur
Rahman Al-Anbari, dari Abu Ali alias Ubaidillah ibnu Abdul Majid Al-Hanafi, dari
Abul Awwam alias Imran ibnu Daud Al-Qattan dengan sanad yang sama.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا تَمِيمُ بْنُ الْمُنْتَصِرِ، أَخْبَرَنَا
إِسْحَاقُ، عَنْ شَرِيكٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ،
عَنْ زَاذَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
يُكَفِّرُ الذُّنُوبَ كُلَّهَا -أَوْ قَالَ: يُكَفِّرُ كُلَّ شَيْءٍ -إِلَّا
الْأَمَانَةَ، يُؤْتَى بِصَاحِبِ الْأَمَانَةِ فَيُقَالُ لَهُ: أدِّ أَمَانَتَكَ.
فَيَقُولُ: أَنَّى يَا رَبِّ وَقَدْ ذَهَبَتِ الدُّنْيَا؟ فَيُقَالُ لَهُ: أدِّ
أَمَانَتَكَ. فَيَقُولُ: أَنَّى يَا رَبِّ، وَقَدْ ذَهَبَتِ الدُّنْيَا؟ فَيُقَالُ
لَهُ: أدِّ أَمَانَتَكَ. فَيَقُولُ: أَنَّى يَا رَبِّ وَقَدْ ذَهَبَتِ الدُّنْيَا؟
فَيَقُولُ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى أُمِّهِ الْهَاوِيَةِ. فَيُذْهَبُ بِهِ إِلَى
الْهَاوِيَةِ، فَيَهْوِي فِيهَا حَتَّى يَنْتَهِيَ إِلَى قَعْرِهَا، فَيَجِدُهَا
هُنَالِكَ كَهَيْئَتِهَا، فَيَحْمِلُهَا فَيَضَعُهَا عَلَى عَاتِقِهِ، فَيَصْعَدُ
بِهَا إِلَى شَفِيرِ جَهَنَّمَ، حَتَّى إِذَا رَأَى أَنَّهُ قَدْ خَرَجَ زلَّت
فَهَوَى فِي أَثَرِهَا أَبَدَ الْآبِدِينَ". وَقَالَ: وَالْأَمَانَةُ فِي
الصَّوْمِ، وَالْأَمَانَةُ فِي الْوُضُوءِ، وَالْأَمَانَةُ فِي الْحَدِيثِ،
وَأَشَدُّ ذَلِكَ الْوَدَائِعُ. فَلَقِيتُ الْبَرَاءَ فَقُلْتُ: أَلَا تَسْمَعَ
إِلَى مَا يَقُولُ أَخُوكَ عَبْدُ اللَّهِ؟ فَقَالَ: صَدَقَ.
Ibnu Jarir telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Tamim ibnul
Muntasir, telah menceritakan kepada kami Ishaq, dari Syarik dan Al-A'masy, dari
Abdullah ibnus Sa'ib, dari Zazan, dari Abdullah Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Gugur di jalan Allah menghapuskan semua dosa —atau—
menghapuskan segala sesuatu kecuali amanat. Kelak pemikul amanat didatangkan,
lalu dikatakan kepadanya, "Tunaikanlah amanatmu!" Ia menjawab, "Ya Tuhanku, mana
mungkin, karena dunia telah berlalu.” Dikatakan lagi kepadanya, "Tunaikanlah
amanatmu!" Ia menjawab, "Ya Tuhanku, mana mungkin, sedang kehidupan dunia telah
berlalu.” Dikatakan lagi kepadanya, "Tunaikanlah amanatmu !" Ia menjawab, "Ya
Tuhanku, mana mungkin, sedangkan kehidupan dunia telah berlalu.” Maka Allah Swt.
berfirman, "Bawalah dia oleh kalian (para malaikat) ke tempatnya, yaitu
di dasar neraka.” Lalu ia dibawa ke neraka dan dilemparkan ke dalamnya hingga
sampai ke dasarnya, maka ia menjumpai amanat itu di sana seperti apa adanya.
Lalu ia memikulnya dan meletakkannya di atas pundaknya dan naik dengan
memikulnya ke pinggiran neraka Jahanam. Manakala ia melihat bahwa dirinya akan
keluar, maka kakinya tergelincir dan terjatuh lagi ke kedalamannya
selama-lamanya. Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa amanat itu ada pada
salat, ada pada puasa, ada pada wudu, ada pada hadis, dan ada yang paling berat
adalah amanat yang berupa titipan. Perawi melanjutkan bahwa lalu ia bersua
dengan Al-Barra ibnu Azib r.a., lalu dikatakan kepadanya, "Tidakkah engkau
mendengar apa yang telah dikatakan oleh saudaramu Abdullah?"Al-Barra menjawab,
"Dia benar."
Syarik mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ayyasy Al-Amiri, dari
Zazan, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi Saw. lalu disebutkan hal yang
semisal. Akan tetapi, dalam riwayat ini tidak disebutkan amanat dalam salat.
Masing-masing dari hadis di atas sanadnya Jayyid, tetapi para pemilik
kitab sunan tidak ada yang mengetengahkan nya.
Hadis lainnya yang berkaitan dengan amanat diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدِيثَيْنَ قَدْ رَأَيْتُ أَحَدَهُمَا وَأَنَا أَنْتَظِرُ الْآخَرَ، حَدَّثَنَا
"أَنَّ الْأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جِذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ نَزَلَ
الْقُرْآنُ فَعَلِمُوا مِنَ الْقُرْآنِ وَعَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ". ثُمَّ
حَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِ الْأَمَانَةِ، فَقَالَ: "يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ
فَتُقْبَضُ الْأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ
[الْوَكْتِ، فَتُقْبَضُ الْأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ
أَثَرِ] الْمَجْلِ كَجَمْرٍ دَحْرَجْتُهُ [عَلَى رِجْلِكَ، تَرَاهُ مُنتبرا
وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ". قَالَ: ثُمَّ أَخَذَ حَصًى فَدَحْرَجَهُ] عَلَى رِجْلِهِ،
قَالَ: "فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي
الْأَمَانَةَ، حَتَّى يُقَالَ: إِنْ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا، حَتَّى
يُقَالَ لِلرَّجُلِ: مَا أَجْلَدَهُ وَأَظْرَفَهُ وَأَعْقَلَهُ. وَمَا فِي قَلْبِهِ
حَبَّةٌ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ. وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا
أُبَالِي أَيُّكُمْ بَايَعْتُ، إِنْ كَانَ مُسْلِمًا لَيُرَدَنَّهُ عَلَيَّ
دِينُهُ، وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا أَوْ يَهُودِيًّا لَيَرُدُنَّهُ عَلِيَّ
سَاعِيهِ، فَأَمَّا الْيَوْمُ فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ مِنْكُمْ إِلَّا فُلَانًا
وَفُلَانًا".
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah menceritakan dua buah hadis kepada kami. Saat beliau
menceritakan salah satunya kepada kami, kami menunggu yang lainnya. Beliau Saw.
pernah bersabda kepada kami: bahwa amanat itu diturunkan di dalam lubuk hati
kaum laki-laki, kemudian diturunkanlah Al-Qur'an, maka mereka mengetahui
Al-Qur'an dan mengetahui pula sunnah. Kemudian Nabi Saw. bersabda kepada
kami tentang dilenyapkannya amanat. Beliau Saw. bersabda: bahwa seseorang
tidur sekejap, lalu amanat dicabut dari kalbunya, dan yang tertinggal adalah
bekasnya seperti bekas luka bakar. Perihalnya sama dengan bara yang kamu
gelindingkan di atas kakimu; kamu lihat seakan-akan berisi, padahal di dalamnya
keropos tidak ada isinya. Perawi mengatakan bahwa kemudian Nabi Saw.
mengambil sebuah batu kerikil, lalu digelindingkan di atas kakinya. Huzaifah
melanjutkan: bahwa selanjutnya orang-orang saling berbaiat, tetapi hampir
tidak ada seorang pun yang menunaikan amanatnya. Sehingga dikatakan bahwa di
kalangan Bani Fulan terdapat seseorang yang dipercaya. Kepada orang tersebut
dikatakan bahwa alangkah sabarnya, alangkah bijaknya dan alangkah cerdiknya.
Padahal di dalam hatinya tidak terdapat iman barang sebesar biji sawi pun. Dan
sesungguhnya telah datang kepadaku suatu zaman yang aku tidak peduli siapa di
antara kalian yang kubaiat. Jika dia seorang muslim, maka dikembalikan kepada
agamanya. Dan jika dia seorang Nasrani atau seorang Yahudi, maka dikembalikan
kepada para pendukungnya. Adapun hari ini aku tidak membaiat siapa pun di antara
kalian selain si Fulan dan si Fulan.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih
masing-masing melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنِ
الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ
فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظ أَمَانَةٍ، وصِدْق
حَدِيثٍ، وحُسْن خَلِيقَةٍ، وعِفَّة طُعمة".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari
Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Ada empat perkara, jika keempat-empatnya ada pada diri kamu, maka tidak akan
membahayakanmu apa yang terlewatkan olehmu dari duniamu. Yaitu memelihara
amanat, berbicara yang benar, berakhlak baik, dan makanan yang halal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya,
dari Abdullah ibnu Amr ibnul As r.a.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ فِي مُسْنَدِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ:
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ الْعَلَّافُ الْمِصْرِيُّ ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ
بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ،
عَنِ ابْنِ حُجَيرة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرْبَعٌ إِذَا
كُنَّ فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ أَمَانَةٍ،
وَصِدْقُ حَدِيثٍ، وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ، وَعِفَّةُ طُعْمَةٍ".
Imam Tabrani telah mengatakan di dalam kitab musnadnya melalui Abdullah ibnu
Umar ibnul Khattab r.a., telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub
Al-Allaf Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-Haris ibnu Yazid, dari Ibnu
Hujairah, dari Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Ada empat perkara yang apabila keempat-empatnya ada pada
dirimu, maka tidak membahayakan dirimu perkara duniawi yang terlewatkan darimu.
Yaitu memelihara amanat, benar dalam berbicara, berakhlak baik, dan makanan yang
bersih (halal).
Di dalam sanad riwayat ini ditambahkan Ibnu Hujairah dan dimasukkan ke dalam
musnad Ibnu Umar.
Telah disebutkan di dalam asar adanya larangan bersumpah dengan amanat.
Abdullah ibnul Mubarak mengatakan di dalam Kitabuz Zuhd-nya, telah
menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Ishaq Asy-Syaibani, dari Khannas ibnu
Suhaim atau Jalabah ibnu Suhaim yang menceritakan bahwa ia datang bersama Ziad
ibnu Hadir dari Al-Jabiyah, lalu ia menyebutkan dalam percakapannya kalimat,
"Tidak, demi amanat." Maka mendadak Ziad menangis dan terus menangis, sehingga
ia (perawi) menduga bahwa dirinya telah melakukan suatu dosa besar. Lalu ia
bertanya kepada Ziad, "Apakah engkau tidak suka dengan ucapanku itu?" Ia
menjawab, "Ya." Selanjutnya Ziad menceritakan bahwa dahulu Umar ibnul Khattab
melarang bersumpah dengan mengatasnamakan amanat dengan larangan yang keras.
Sehubungan dengan hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis yang marfu'
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا
الْوَلِيدُ بْنُ ثَعْلَبَةَ الطَّائِيُّ، عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "من حَلَفَ بِالْأَمَانَةِ
فَلَيْسَ مِنَّا"،
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdullah ibnu
Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami
Sa'labah At-Ta'i, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan
(menyebut) amanat, maka dia bukan termasuk golonganku.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara munfarid (tunggal).
****************
Firman Allah Swt.:
{لِيُعَذِّبَ
اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ
وَالْمُشْرِكَاتِ}
sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan. (Al-Ahzab: 73)
Sesungguhnya Allah memikulkan amanat kepada nabi Adam —yang dimaksud dengan
amanat ialah taklif-taklif— hanyalah agar Allah mengazab orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan. Orang munafik ialah orang yang lahirnya menampakkan
iman, sedangkan batinnya memendam kekufuran. Mereka melahirkan keimanan karena
takut kepada orang-orang mukmin, dan memendam kekufuran karena mengikuti jejak
para penganutnya.
{وَالْمُشْرِكِينَ
وَالْمُشْرِكَاتِ}
orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan. ( Al-Ahzab: 73)
Mereka adalah orang-orang yang lahir dan batinnya musyrik kepada Allah, yakni
mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan menentang rasul-rasul-Nya.
{وَيَتُوبَ
اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ}
dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. (Al-Ahzab: 73)
Yakni agar Allah merahmati orang-orang yang beriman dari kalangan
makhluk-Nya, yaitu mereka yang beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya lagi mengamalkan ketaatan kepada-Nya.
{وَكَانَ
اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab:
73)
[آخر تفسير سورة "الأحزاب"]