Tafsir Surat An-Naml, ayat 91-93
{إِنَّمَا
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ
شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91) وَأَنْ أَتْلُوَ
الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ
إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ
آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93)
}
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan
negeri ini (Mekah) Yang telah
menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan
supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan
Al-Qur’an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk,
maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya;
dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini)
tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” Dan katakanlah,
"Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa
yang kamu kerjakan.”
Allah Swt. berfirman, memberitakan kepada Rasul-Nya dan sekaligus
memerintahkannya agar mengucapkan:
{إِنَّمَا
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ
شَيْءٍ}
Aku hanya diperintah untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang
telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. (An-Naml: 91)
Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ
الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي
يَتَوَفَّاكُمْ}
Katakanlah, "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang
agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain
Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu.” (Yunus:
104)
Kaitan sifat Tuhan kepada negeri Mekah mengandung pengertian memuliakan dan
menghormati kota Mekah, seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ. الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ}
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah),
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4)
Adapun firman Allah Swt.:
{الَّذِي
حَرَّمَهَا}
Yang telah menjadikannya suci.
(An-Naml: 91)
Yakni sesungguhnya kota Mekah menjadi kota suci menurut syara' dan takdir
hanyalah karena dijadikan suci oleh Allah Swt. Seperti yang disebutkan di dalam
hadis sahihain melalui Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda pada hari jatuhnya kota Mekah:
"إِنَّ
هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ
حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعضَد شَوْكُهُ، وَلَا
يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلَا يَلْتَقِطُ لُقَطَتُه إِلَّا لِمَنْ عَرَّفَهَا، وَلَا
يُخْتَلَى خَلَاهَا"
Sesungguhnya negeri ini telah disucikan oleh Allah pada hari Dia
menciptakan langit dan bumi. Maka negeri ini, (Mekah) adalah suci karena
disucikan oleh Allah sampai hari kiamat; duri-durinya tidak boleh dicabut, hewan
buruannya tidak boleh diburu, dan barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali
oleh orang yang hendak mengumumkannya, dan tetumbuhannya tidak boleh ditebangi.
Hingga akhir hadis.
Hadis ini telah disebutkan pula di dalam kitab-kitab sahih, kitab-kitab
hadis-hadis hasan, dan kitab-kitab musnad melalui jamaah yang semuanya
memberikan pengertian kepastian dari hadis ini, seperti yang dijelaskan di dalam
Kitabul Ahkam.
Firman Allah Swt.:
{وَلَهُ
كُلُّ شَيْءٍ}
dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu.
(An-Naml: 91)
Hal ini termasuk ke dalam Bab "Meng-'ataf-kan yang Umum kepada
yang Khusus", artinya bahwa Allah adalah Tuhan negeri ini (Mekah), juga Tuhan
serta Pemilik segala sesuatu, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.
{وَأُمِرْتُ
أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
(An-Naml: 91)
Yaitu mengesakan Allah, ikhlas dan tunduk patuh kepada perintah-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ
أَتْلُوَ الْقُرْآنَ}
Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an.
(An-Naml: 92)
kepada manusia dalam rangka menyampaikannya kepada mereka, sama dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{ذَلِكَ
نَتْلُوهُ عَليْكَ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ}
Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian
dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang
penuh hikmah. (Ali Imran: 58)
Dan firman Allah Swt.:
{نَتْلُو
عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ}
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan
benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat.
Maksudnya, aku menyampaikan dan memperingatkan kepada kamu sekalian.
{فَمَنِ
اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ
الْمُنْذِرِينَ}
Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia hanyalah
mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat,
maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah
seorang pemberi peringatan.” (An-Naml: 92)
Yakni aku mempunyai suri teladan dari rasul-rasul terdahulu yang memberikan
peringatan kepada kaumnya masing-masing dan menunaikan risalah Tuhannya kepada
mereka, serta bersikap ikhlas dalam melayani mereka, sedangkan perhitungan umat
mereka masing-masing berada di tangan Allah Swt. Semakna dengan apa yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
{فَإِنَّمَا
عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah
yang menghisab amalan mereka. (Ar'-Ra'd: 40)
Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا
أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara
segala sesuatu. (Hud: 12)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا}
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, Dia
akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan
mengetahuinya." (An-Naml: 93)
Yakni segala puji bagi Allah Yang tidak mengazab seseorang melainkan setelah
tegaknya hujah terhadap orang itu dan dia telah diberi peringatan. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya: Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda
kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya. (An-Naml: 93)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{سَنُرِيهِمْ
آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ}
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehinggajelaslah bagi mereka bahwa
Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا
رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ}
Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kalian
kerjakan. (An-Naml: 93)
Yakni bahkan Dia menyaksikan segala sesuatu.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ أَبِي عُمَرَ الْحَوْضِيِّ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ:
حَدَّثَنَا أَبُو أُمَيَّةَ بْنُ يَعْلَى الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
أَبِي سَعِيدٍ، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، لَا يَغْترَّنَّ أَحَدُكُمْ
بِاللَّهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ غَافِلًا شَيْئًا لَأَغْفَلَ الْبَعُوضَةَ
وَالْخَرْدَلَةَ وَالذَّرَّةَ"
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Abu Amr Al-Haudi Hafs ibnu Umar,
bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Umayyah ibnu Ya'la As-Saqafi, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id yang mengatakan, ia pernah
mendengar Abu Hurairah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai
manusia, jangan sekali-kali seseorang dari kalian merasa aman dari pengawasan
Allah, karena sesungguhnya andaikata Allah lupa terhadap sesuatu, tentulah Dia
lupa terhadap nyamuk kecil, biji sawi, dan semut kecil.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, bahwa ayahnya pernah
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Qais, dari Matar, dari
Umar ibnu Abdul Aziz yang telah mengatakan, "Seandainya Allah melupakan sesuatu,
tentulah Dia akan melupakan apa yang dihapus oleh angin dari telapak kaki anak
Adam."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah, bahwa
ia pernah mengucapkan kedua bait berikut, barangkali gubahannya sendiri atau
gubahan orang lain, yaitu:
إذَا
مَا خَلَوتَ الدهْرَ يَومًا فَلا تَقُل ...
خَلَوتُ وَلكن قُل عَليّ رَقيب ...
وَلا
تَحْسَبَن اللَّهَ يَغْفُل سَاعَةً ...
وَلا أَنَّ مَا يَخْفى عَلَيْه يَغيب ...
Jika pada suatu hari kamu dalam
keadaan sendiri, janganlah kamu katakan bahwa dirimu sendirian, tetapi
katakanlah bahwa engkau selalu diawasi. Dan jangan sekali-kali kamu mengira
bahwa Allah lalai di suatu waktu, jangan pula (mempunyai dugaan) bahwa hal yang
gaib samar bagi-Nya.