Tafsir Surat An-Naml, ayat 41-44
{قَالَ
نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا
يَهْتَدُونَ (41) فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ
هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (42) وَصَدَّهَا
مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ
(43) قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً
وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (44) }
Dia berkata, "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah
dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).” Dari
ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu?” Dia
menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” Dan apa
yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan
keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang
kafir. Dikatakan kepadanya, "Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari
kaca.” Berkatalah Balqis, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim
terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan
semesta alam.”
Setelah singgasana Balqis didatangkan kepada Nabi Sulaiman sebelum Balqis
tiba di hadapannya, maka ia memerintahkan agar singgasana itu dirubah sebagian
spesifikasinya (sebagian ciri khasnya) untuk menguji pengetahuan dan kekuatan
daya ingatnya saat melihat singgasananya yang telah diubah itu. Apakah dia dapat
menebak bahwa itu adalah singgasananya ataukah tidak dapat menebaknya? Untuk itu
Nabi Sulaiman berkata:
{نَكِّرُوا
لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا
يَهْتَدُونَ}
"Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal
ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalinya).”(An-Naml: 41)
Ibnu Abbas mengatakan, Sebagian aksesori singgasana itu dilepas.
Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman a.s. memerintahkan agar apa yang tadinya
berwarna merah diubah dengan warna kuning, yang tadinya berwarna kuning diubah
menjadi merah, dan yang tadinya berwarna hijau diubah menjadi merah, semua warna
diubah dari keadaan semula.
Ikrimah mengatakan bahwa mereka melakukan penambahan dan pengurangan pada
singgasana tersebut.
Qatadah mengatakan bahwa yang tadinya diletakkan di bagian atas ditaruh di
bawah, dan yang tadinya ditaruh di belakang diletakkan di muka, lalu mereka
melakukan sedikit modifikasi penambahan dan pengurangan padanya.
{فَلَمَّا
جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ}
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, “Serupa inikah
singgasanamu?” (An-Naml: 42)
Ditampilkan ke hadapan Balqis singgasananya yang telah diubah dan yang telah
dimodifikasi dengan sedikit penambahan dan pengurangan. Namun Ratu Balqis
berakal cerdik dan teliti. Selain itu orangnya pandai, berwibawa dan tegas. Maka
ia tidak berani tergesa-gesa memutuskan bahwa itu adalah singgasananya,
mengingat jarak perjalanan yang sangat jauh (antara Yaman dan Baitul Maqdis). Ia
tidak berani pula mengatakan bahwa singgasana itu adalah yang lain, mengingat
padanya masih banyak terdapat ciri-ciri khas singgasana miliknya yang masih
utuh, hanya telah mengalami modifikasi dan perubahan. Maka ia mengatakan:
{كَأَنَّهُ
هُوَ}
Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. (An-Naml: 42)
Yakni mirip dengannya dan sangat mendekatinya, Ungkapan ini menunjukkan
kecerdikan dan kecermatannya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِينَا
الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ}
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang
berserah diri. (An-Naml: 42)
Menurut Mujahid, yang mengatakan ini adalah Nabi Sulaiman.
****
Firman Allah Swt.:
{وَصَدَّهَا
مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ
كَافِرِينَ}
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah mencegahnya (untuk
melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk
orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Ini pun merupakan kelanjutan dari perkataan Nabi Sulaiman a.s. menurut
pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, serta selain keduanya. Yakni Nabi Sulaiman
mengatakan: kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah
orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42) Sedangkan Balqis
dihalang-halangi untuk menyembah Allah semata oleh: apa yang disembahnya
selama ini selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang
yang kafir. (An-Naml: 43)
Ini menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Sa'id, dan Hasan; Ibnu Jarir pun
mengatakan hal yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa damir
yang terkandung di dalam firman-Nya, "Wasaddaha," kembali (merujuk)
kepada Sulaiman atau kepada Allah Swt. Yakni Allah atau Nabi Sulaiman
mencegahnya untuk menyembah selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya
termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Menurut hemat kami, pendapat Mujahid diperkuat oleh firman selanjutnya yang
membuktikan bahwa sesungguhnya Balqis baru menampakkan keislamannya hanyalah
setelah ia memasuki istana kaca.
****
Firman Allah Swt.:
{قِيلَ
لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ
سَاقَيْهَا}
Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya.t (An-Naml: 44)
Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan
agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah
istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya
air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.
Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman
membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman
bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya, mengingat
Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus,
betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan
(berteracak). Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak, maka sengaja
ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut.
Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
dan lain-lainnya.
Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan kainnya dari betisnya,
maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia
melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya
berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami, maka
Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada
yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau
cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.
Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan
kepada jin, "Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu."
Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk
menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat
pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi
Sulaiman berkata kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana ini," dengan maksud
untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya, dan
kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya.
Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia
mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa
ia akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana
licin yang terbuat dari kaca.
Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya
untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam penyembahan dia terhadap matahari selain
dari Allah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu,
ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada
istananya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu
Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan
agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca yang warnanya putih bersih
seperti air (yakni sangat jernih), lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian
singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya,
sedangkan burung-burung, jin, dan manusia berada di dalam istana itu
mengelilinginya.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana
ini," untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah
daripada istananya. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya
kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. (An-Naml: 44)
Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka
dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.
(An-Naml: 44)
Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman
menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya
terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang
kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada
Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis, dan semua
orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis
menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan
mengulangi pertanyaannya, "Celakalah apa yang tadi kamu katakan?" Balqis
menjawab, "Saya lupa apa yang tadi saya katakan," lalu Balqis berkata meralat
ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ
إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ}
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An-Naml:
44)
Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.
Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah
meriwayatkan sebuah asar yang garib (aneh).
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari
Zaidah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada
kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd; ia mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di
atas singgasananya, kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah
padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin
mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian
berangkatlah mereka selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara; turun
istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika
Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi
ternyata ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang
tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras,
atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku
dengan alasan yang terang.” (An-Naml: 20-21). Azab yang diancamkan oleh
Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia akan mencabuti seluruh
bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut
dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang semisal dengan hadis yang
diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) sampai
dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk
orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini.
(An-Naml: 27-28). Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis.
Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31). Setelah hud-hud
melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan
pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya,
kemudian ia berkata (kepada para pembesar kerajaannya), "Sesungguhnya ini adalah
surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya
mengatakan, 'Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'.' Para pembesar kerajaannya
mengatakan, "Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan." Balqis menjawab,
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka (Sulaiman
dan para pembesar kerajaannya) suatu hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." Ketika hadiah itu sampai kepada
Sulaiman, ia mengatakan, "Apakah kalian layak menolong aku dengan harta?
Kembalilah kepada rajamu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami,
bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara
Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang
menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah.
Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd.
Nabi Sulaiman berkata, "Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan
singgasana Balqis ke hadapanku ?" Disebutkan bahwa jarak antara letak
singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama
dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari
golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” (An-Naml: 39) Disebutkan bahwa
Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani
orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai, ia
baru bangkit meninggalkannya. Maka jin 'Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Sulaiman menjawab, "Aku menginginkan yang
lebih cepat dari itu." Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab,
"Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu
sebelum matamu berkedip." Maka Nabi Sulaiman memandang ke arahnya. Setelah
pembicaraannya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan
ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis
dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman
menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah
berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku.
(An-Naml: 40), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman berkata: Ubahlah
baginya singgasananya! (An-Naml: 41) Setelah Balqis datang, dikatakan
kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana
ini singgasanaku.” (An-Naml: 42) Setelah datang di hadapan Sulaiman a.s.,
maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, "Aku
menginginkan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit."
Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai sesuatu terlebih dahulu meminta saran
kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, "Itu
mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam
sebuah wadah." Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu
keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan
yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang
warna Allah Swt. Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur
bersujud seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku
suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu"
Maka Allah berfirman, "Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Akulah yang
memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka." Maka Sulaiman a.s. kembali
duduk di atas singgasananya dan bertanya, "Apakah yang engkau katakan
tadi?” Balqis menjawab, "Saya tidak meminta kepadamu selain dari
air." Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang
telah dimintanya. Mereka menjawab, "Balqis tidak meminta kepadamu selain
air." Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata,
"Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya; dan jika ia
menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita
terus-menerus diperbudak olehnya." Kemudian setan-setan itu membuat istana yang
licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis,
"Masuklah ke dalam istana." Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya
kolam yang besar. Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu
penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, "Ini amat buruk, lalu apakah yang
dapat melenyapkan bulu-bulu itu?" Mereka menjawab, "Pakai saja pisau cukur."
Sulaiman berkata, "Bekas pisau cukur jelek." Maka setan-setan membuat bahan
ramuan khusus yang disebut mirah (untuk melenyapkan rambut). Bahan ini
mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman.
Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, "Alangkah menariknya kisah
ini."
Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali,
barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan
kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa
yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti
halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka'b ibnu Malik dan Wahb ibnu
Munabbih, semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari
berita-berita Bani Israil kepada umat ini; kisah-kisahnya penuh dengan keanehan
dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang
tidak terjadi karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh.
Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti
itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala
puji bagi Allah Swt. yang telah mengaruniakannya kepada kita.
*****
Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua
bangunan yang tinggi (tower). Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang
Fir'aun, la'natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman,
pembantunya:
{ابْنِ
لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ}
Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke
pintu-pintu. (Al-Mu-min: 36), hingga ayat-ayat berikutnya.
As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman.
Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin (halus).
{مِنْ
قَوَارِيرَ}
terbuat dari kaca. (An-Naml: 44)
Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin,
dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal.
Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar yang
terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan
kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis
melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman berupa kebesaran yang
dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi
Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah
seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar. Dan Balqis berserah diri
kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:
{رَبِّ
إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي}
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku.
(An-Naml: 44)
Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa
kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain
Allah.
{وَأَسْلَمْتُ
مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.
(An-Naml: 44)
Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan
menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.