Tafsir Surat An-Naml, ayat 22-26
{فَمَكَثَ
غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ
بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22) إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ
كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23) وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ
لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ
فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24) أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ
الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ
وَمَا تُعْلِنُونَ (25) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
(26) }
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, "Aku
telah mengetahui sesuatu yang kamu belum-mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari
negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai
seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa
yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. Allah tiada Tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang
besar.”
Firman Allah Swt.:
{فَمَكَثَ غَيْرَ
بَعِيدٍ}
Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22)
Yakni setelah menghilang dalam waktu yang tidak lama, lalu datanglah hud-hud
seraya berkata kepada Sulaiman:
{أَحَطتُ
بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ}
Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya. (An-Naml:
22)
Artinya, aku telah menyaksikan apa yang tidak disaksikan olehmu dan juga oleh
semua tentaramu.
{وَجِئْتُكَ
مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ}
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
(An-Naml: 22)
Yakni berita yang benar dan yakin. Saba adalah negeri orang-orang Himyar,
mereka adalah raja-raja negeri Yaman di masa silam. Kemudian hud-hud
berkata:
{إِنِّي
وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ}
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka.
(An-Naml: 23)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti
Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa ibu Ratu Balqis
adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis
seperti teracak kuda. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti
Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan, ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu
Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan,
telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan
ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus
ribu personel pasukan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu
Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi
seratus ribu orang pasukan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita
yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan
ia mempunyai dewan senat yang terdiri dari tiga ratus dua belas orang lelaki,
masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan. Kerajaan mereka
berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari
kota San'a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan
negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui.
****
Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِيَتْ
مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
dan dia dianugerahi segala sesuatu. (An-Naml: 23)
Yakni semua perbendaharaan dunia yang diperlukan oleh seorang raja yang
berkuasa lagi kuat.
{وَلَهَا
عَرْشٌ عَظِيمٌ}
serta mempunyai singgasana yang besar. (An-Naml: 23)
Maksudnya, singgasana tempat duduknya sangat besar dihiasi dengan emas dan
berbagai macam batu permata dan mutiara. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa
singgasana Balqis terbuat dari emas, sedangkan bagian permukaannya dihiasi
dengan batu yaqut dan zabarjad, panjangnya delapan puluh hasta dan lebarnya
empat puluh hasta. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, singgasana Balqis terbuat
dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, serta mutiara; dan
sesungguhnya yang melayaninya hanyalah wanita, semuanya berjumlah enam ratus
orang yang khusus melayaninya.
Ahli sejarah mengatakan bahwa singgasana Ratu Balqis itu berada di dalam
sebuah istana yang sangat besar, kokoh bangunannya lagi tinggi dan megah. Di
dalam istana itu terdapat tiga ratus enam puluh jendela di sebelah timurnya, dan
di sebelah baratnya terdapat pula jumlah jendela yang sama. Bangunan istananya
dibangun sedemikian rupa agar sinar matahari setiap harinya masuk dari
jendelanya, begitu pula disaat hendak terbenam, lalu mereka bersujud kepada
matahari di setiap pagi dan petangnya. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَجَدْتُهَا
وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ
الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ}
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan
telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah). (An-Naml: 24)
Yaitu dari jalan yang benar.
{فَهُمْ
لَا يَهْتَدُونَ}
sehingga mereka tidak dapat petunjuk. (An-Naml: 24)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَزَيَّنَ
لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا
يَهْتَدُونَ أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ}
dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak
dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah. (An-Naml: 24 - 25)
Yakni agar tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu mengikhlaskan bersujud
hanya kepada Allah semata, bukan kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya, baik yang
berupa bintang maupun yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh firman
Allah:
{وَمِنْ
آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا
لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ
إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ}
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari,
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada
bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya
kepada-Nya saja menyembah. (Fussilat: 37)
Sebagian ahli qiraat membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"أَلَا
يَا اسْجُدُوا لِلَّهِ"
Ingatlah, hai kaum, bersujudlah kalian kepada Allah. (An-Naml: 25)
Dengan memakai ala istiftahiyyah dan ya nida, sedangkan
munada-nya. dibuang yang bentuk lengkapnya ialah: Ya qaum (hai
kaum), bersujudlah kalian kepada Allah.
{الَّذِي
يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An-Naml:
25)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang
dimaksud ialah Allah mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan
Qatadah serta lain-lainnya.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa al-khab-u artinya air. Hal yang
sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang
dimaksud ialah apa yang tersembunyi di langit dan di bumi yang ada kaitannya
dengan rezeki makhluk; hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi.
Kalimat ayat ini sesuai dengan perkataan hud-hud yang telah di bekali oleh
Allah Swt. naluri yang tajam. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan
lain-lainnya, bahwa hud-hud dapat melihat air mengalir di perut bumi.
****
Firman Allah Swt.:
{وَيَعْلَمُ
مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ}
dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian
nyatakan. (An-Naml: 25)
Yakni mengetahui semua ucapan dan perbuatan yang disembunyikan dan yang
dinyatakan oleh semua hamba-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat
lain melalui friman-Nya:
{سَوَاءٌ
مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ
بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan
ucapannya, dan siapa yang berterus, terang dengan ucapan itu, dan siapa yang
bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang
hari. (Ar-Ra'd: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ}
Allah, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang
mempunyai 'Arasy yang besar. (An-Naml: 26)
Yakni Dialah Allah yang berhak diseru, Yang tiada Tuhan selain Dia yang
memiliki 'Arasy yang besar, yang tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya lebih besar
daripada 'Arasy-Nya.
Mengingat burung hud-hud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata
serta bersujud kepada-Nya, maka burung hud-hud dilarang dibunuh, seperti yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu
Hurairah r.a. yang telah mengatakan:
نَهَى
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ
الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ والصُّرَد
Nabi Saw. melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung
hud-hud, dan burung Surad.
Sanad hadis berpredikat sahih.