Tafsir Surat Al-Hajj, ayat 11-13
{وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ
بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا
وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (11) يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ
مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ (12)
يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ
الْعَشِيرُ (13) }
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah
Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia
dalam keadaan itu; dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah keraguan
yang nyata. Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat
dan tidak (pula) memberi manfaat
kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang
sebenarnya mudaratnya lebih dekat daripada manfaatnya. Sesungguhnya yang
diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat
kawan.
Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dengan berada di tepi. (Al-Hajj: 11) Yakni berada dalam
keraguan.
Yang lainnya selain mereka mengatakan berada di tepi, seperti di tepi sebuah
bukit.
Dengan kata lain, ia masuk Islam dengan hati yang tidak sepenuhnya; jika
menjumpai hal yang disukainya, ia tetap berada dalam Islam; dan jika tidak, maka
ia kembali kafir.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Haris,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada
kami Israil, dari Abul Husain, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi. (Al-Hajj: 11) Dahulu seorang lelaki
datang ke Madinah. Jika istrinya melahirkan bayi laki-laki serta kudanya beranak
pula, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang baik (membawa
keberuntungan). Tetapi jika istrinya tidak melahirkan serta kudanya tidak
melahirkan juga, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang buruk (pembawa
kesialan).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan
kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Ishaq Al-Qummi, dari Ja'far ibnu
Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
dahulu ada segolongan orang Badui datang kepada Nabi Saw. lalu masuk Islam. Bila
mereka telah kembali ke kampung halaman mereka, lalu mereka menjumpai musim
hujan dan musim subur serta musim melahirkan anak yang banyak, maka mereka
berkata, "Sesungguhnya agama kita adalah agama yang baik," maka mereka
berpegangan kepadanya. Tetapi bila mereka menjumpai tahun kekeringan dan
paceklik serta jarang adanya kelahiran, maka mereka berkata, "Tiada suatu
kebaikan pun pada agama kita ini." Maka Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya
ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebaikan,
tetaplah ia dalam keadaan itu. (Al-Hajj: 11), hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa seseorang dari mereka
apabila tiba di Madinah yang terletak tidakjauh dari tempat tinggal mereka, maka
jika tubuhnya sehat selama di Madinah dan Kudanya melahirkan anak serta istrinya
beranak laki-laki, ia puas dan tenang terhadap agama Islam yang baru dipeluknya;
lalu ia mengatakan bahwa sejak ia masuk Islam tiada yang ia peroleh kecuali
kebajikan belaka.
*******************
وَإِنْ
أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ
dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana. (Al-Hajj: 11)
Fitnah dalam ayat ini artinya bencana atau musibah. Yakni bila ia terserang
wabah penyakit Madinah, dan istrinya melahirkan anak perempuan, serta zakat
datang terlambat kepadanya, maka setan datang kepadanya membisikkan kata-kata,
"Demi Tuhan. Sejak kamu masuk agama Islam, tiada yang kamu peroleh selain
keburukan." Yang demikian itu adalah fitnahnya.
Hal yang sama telah disebutkan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Juraij serta
lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf sehubungan
dengan tafsir ayat ini.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, orang yang berwatak demikian
adalah orang munafik. Jika ia beroleh kemaslahatan di dunianya, ia tetap
melakukan ibadahnya. Tetapi jika dunianya rusak serta tidak beroleh keuntungan,
maka ia kembali kepada kekafirannya. Dia tidak menetapi ibadahnya kecuali bila
mendapat kebaikan dalam kehidupannya. Jika ia tertimpa musibah atau bencana atau
kesempitan duniawi, maka ia tinggalkan Islam dan kembali kepada
kekafirannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: berbaliklah ia ke
belakang. (Al-Hajj: 11) Yaitu ia murtad dan kafir kembali.
*******************
Firman Allah Swt.:
{خَسِرَ
الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ}
Rugilah ia di dunia dan di akhirat. (Al-Hajj: 11)
Artinya dia tidak mendapatkan sesuatu pun dari dunia ini; adapun di akhirat
karena ia telah kafir kepada Allah Yang Mahabesar, maka nasibnya sangat celaka
dan sangat terhina. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكَ
هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ}
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Al-Hajj: 11)
Yakni hal seperti itu merupakan kerugian yang besar dan transaksi yang
rugi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَدْعُو
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ}
Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan
tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. (Al-Hajj: 12)
Yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan Allah yang ia mintai
pertolongannya, dan meminta hujan kepadanya serta meminta rezeki kepada
sembahannya; padahal sembahannya itu tidak dapat memberikan suatu manfaat
kepadanya, tidak pula menimpakan mudarat kepadanya.
ذَلِكَ
هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Al-Hajj: 12)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
يَدْعُو
لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ
Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudaratnya lebih dekat dari manfaatnya.
(Al-Hajj: 13)
Maksudnya, kemudaratannya di dunia sebelum akhirat lebih dekat daripada
manfaatnya. Di akhirat nanti mudaratnya sudah jelas dan pasti.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَبِئْسَ
الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ}
Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan
sejahat-jahat kawan. (Al-Hajj: 13)
Mujahid mengatakan, yang dimaksud adalah berhala sembahan mereka. Dengan kata
lain, seburuk-buruk yang dimintai pertolongan selain Allah adalah
berhala-berhala yang diserunya.
{وَلَبِئْسَ
الْعَشِيرُ}
dan sejahat-jahat kawan. (Al-Hajj: 13)
Al-'asyir artinya kawan sepergaulan.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
seburuk-buruknya anak paman dan kawan ialah: orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu; dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang.
(Al-Hajj: 11)
Akan tetapi, pendapat Mujahid yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud
adalah 'berhala' lebih dekat dan lebih sesuai dengan konteks pembicaraan
ayat.