Tafsir Surat Al-Anbiya, ayat 87-88
{وَذَا
النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي
الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ
نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88) }
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi
dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa
tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman.
Kisah mengenai Nabi Yunus ini disebutkan di dalam surat ini, juga di dalam
surat Ash-Shaffat dan surat Nun. Yunus ibnu Mata a.s. diutus oleh Allah kepada
penduduk kota Nainawi, yaitu suatu kota besar yang terletak di negeri Mausul.
Yunus menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt., tetapi mereka menolak dan tetap
tenggelam di dalam kekafirannya. Maka Yunus pergi meninggalkan mereka dalam
keadaan marah seraya mengancam mereka bahwa dalam waktu tiga hari lagi akan
datang azab dari Allah.
Setelah mereka melihat tanda-tanda datangnya azab itu dan mereka mengetahui
bahwa nabi mereka tidak dusta dalam ancamannya, maka mereka keluar menuju ke
padang sahara bersama anak-anak mereka dengan membawa ternak unta dan ternak
lainnya milik mereka yang mereka pisahkan antara induk dan anaknya.
Kemudian mereka memohon kepada Allah dengan merendahkan diri, dan menyeru-Nya
untuk meminta pertolongan, semua ternak unta dan anak-anaknya mengeluarkan suara
lenguhan, begitu pula sapi dan anak-anaknya, dan juga kambing dan anak-anaknya.
Akhirnya Allah tidak jadi menurunkan azab kepada mereka. Kisah ini disebutkan
oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{فَلَوْلا
كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا
آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu
imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum
Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu. (Yunus: 98)
Sesudah itu Yunus a.s. pergi meninggalkan kaumnya dan menaiki perahu bersama
suatu kaum. Di tengah laut, perahu oleng; mereka merasa takut akan tenggelam
(karena keberatan penumpang). Maka mereka mengadakan undian di antara mereka
untuk menentukan siapa yang bakal dilemparkan ke dalam laut untuk meringankan
beban muatan perahu. Akhirnya undian jatuh ke tangan Yunus, tetapi mereka
menolak, tidak mau melemparkannya. Lalu dilakukan undian lagi, ternyata kali itu
undian jatuh ke tangan Yunus lagi. Mereka menolak, lalu mengadakan undian lagi.
Ternyata undian jatuh ke tangan Yunus juga. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{فَسَاهَمَ
فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}
kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam
undian. (Ash-Shaffat: 141)
Yakni undian jatuh ke tangannya. Maka Yunus a.s. melucuti pakaiannya dan
menceburkan diri ke dalam laut. Saat itu Allah telah memerintahkan kepada ikan
paus dari laut hijau —menurut apa yang diceritakan oleh Ibnu Mas'ud— membelah
lautan dan sampai di tempat Yunus, lalu menelannya saat Yunus menceburkan diri
ke laut. Allah telah memerintahkan kepada ikan paus itu, "Janganlah kamu
memakan secuil pun dari dagingnya, jangan pula mematahkan tulangnya, karena
sesungguhnya Yunus itu bukanlah rezeki makananmu, melainkan perutmu Aku jadikan
sebagai penjara buatnya."
Zun Nun adalah nama ikan paus itu menurut riwayat yang sahih, lalu dikaitkan
dengan nama Nabi Yunus karena ia ditelan olehnya. Makna harfiyahnya ialah orang
yang mempunyai ikan besar.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِذْ
ذَهَبَ مُغَاضِبًا}
ketika ia pergi dalam keadaan marah. (Al-Anbiya: 87)
Menurut Ad-Dahhak, Yunus marah terhadap kaumnya.
{فَظَنَّ
أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ}
lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87)
Maksudnya, tidak akan mempersempitnya dengan dimasukkan ke dalam perut ikan
besar. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak,
dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia menentukan
pilihannya ini berdasarkan dalil firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَمَنْ
قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ
اللَّهُ نَفْسًا إِلا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ
يُسْرًا}
Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang,
melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath-Thalaq: 7)
Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu
ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya).
(Al-Anbiya: 87) Yaitu memutuskan ketetapan takdir baginya. Seakan-akan Atiyyah
menganggap lafaz naqdira ini bermakna takdir. Karena sesungguhnya
orang-orang Arab mengatakan qadara dan qaddara dengan makna yang
sama. Salah seorang penyair mereka mengatakan:
فَلا
عَائد ذَاكَ الزّمَانُ الَّذِي مَضَى ...
تَبَارَكْتَ مَا تَقْدرْ يَكُنْ، فَلَكَ الأمْرُ ...
Tidak akan terulang zaman yang telah
berlalu itu. Mahasuci Engkau, segala sesuatu yang Engkau takdirkan pasti akan
terjadi.
Termasuk ke dalam pengertian takdir ini, firman Allah Swt.:
{فَالْتَقَى
الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ}
maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah
ditakdirkan. (Al-Qamar: 12)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَنَادَى
فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِينَ}
maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87)
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa zulumat bentuk jamak, maksudnya
gelapnya perut ikan paus, gelapnya lautan, dan gelapnya malam hari. Hal yang
sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr ibnu Maimun, Sa'id ibnu Jubair,
Muhammad ibnu Ka'b, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah. Salim ibnu Abul Ja'd
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah gelapnya keadaan di dalam perut ikan
besar dan gelapnya laut.
Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta lain-lainnya mengatakan ikan paus itu
membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut, lalu Yunus mendengar suara
tasbih batu-batu kerikil di dasar laut. Maka pada saat itu juga Yunus
mengucapkan:
{لَا
إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ}
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
(Al-Anbiya: 87)
Auf Al-A'rabi mengatakan bahwa ketika Yunus telah berada di dalam perut ikan
besar, ia menduga dirinya telah mati. Kemudian ia menggerakkan kedua kakinya,
ternyata bergerak, lalu ia bersujud di tempatnya, dan menyeru Tuhannya, "Wahai
Tuhanku, saya jadikan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia ini
tempat bersujud kepada Engkau."
Sa'id ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Yunus tinggal di dalam perut
ikan besar selama empat puluh hari. Kedua riwayat di atas dikemukakan oleh Ibnu
Jubair.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah menceritakan kisah berikut yang ia
terima dari orang yang menceritakan kisah ini kepadanya dari Abdullah ibnu Rafi'
maula Ummu Salamah yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"
لَمَّا أَرَادَ اللَّهُ حَبْسَ يُونُسَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، أَوْحَى اللَّهُ إِلَى
الْحُوتِ أَنْ خُذْهُ، وَلَا تَخْدِشْ لَحْمًا وَلَا تَكْسِرْ عَظْمًا، فَلَمَّا
انْتَهَى بِهِ إِلَى أَسْفَلِ الْبَحْرِ، سَمِعَ يُونُسُ حِسًّا، فَقَالَ فِي
نَفْسِهِ: مَا هَذَا؟ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ:
إِنَّ هَذَا تَسْبِيحُ دَوَابِّ الْبَحْرِ. قَالَ: فَسَبَّح وَهُوَ فِي بَطْنِ
الْحُوتِ، فَسَمِعَ الْمَلَائِكَةُ تَسْبِيحَهُ فَقَالُوا: يَا رَبَّنَا، إِنَّا
نَسْمَعُ صَوْتًا ضَعِيفًا [بِأَرْضٍ غَرِيبَةٍ] قَالَ: ذَلِكَ عَبْدِي يُونُسُ،
عَصَانِي فَحَبَسْتُهُ فِي بَطْنِ الْحُوتِ فِي الْبَحْرِ. قَالُوا: الْعَبْدُ
الصَّالِحُ الَّذِي كَانَ يَصْعَدُ إِلَيْكَ مِنْهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
عملٌ صَالِحٌ؟. قَالَ: نَعَمْ". قَالَ: "فَشَفَعُوا لَهُ عِنْدَ ذَلِكَ، فَأَمَرَ
الْحُوتَ فَقَذَفَهُ فِي السَّاحِلِ، كَمَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَهُوَ
سَقِيمٌ}
Ketika Allah hendak menyekap Yunus di dalam perut ikan besar, Allah
memerintahkan kepada ikan besar untuk menelannya, tetapi tidak boleh melukai
dagingnya dan tidak boleh pula meremukkan tulangnya. Setelah ikan besar sampai
di dasar laut, sedangkan di perutnya terdapat Yunus, Yunus mendengar suara, maka
Yunus berkala dalam hatinya, "Suara apakah ini?” Lalu Allah menurunkan wahyu
kepadanya, sedangkan ia berada di dalam perut ikan, bahwa suara itu adalah suara
tasbih hewan-hewan laut. Maka Yunus pun bertasbih pula dalam perut ikan besar
itu; suara tasbihnya terdengar oleh para malaikat. Maka mereka bertanya, "Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar suara (tasbih) yang lemah di
kedalaman yang jauh sekali lagi terpencil.” Allah berfirman, "Itu adalah suara
hamba-Ku, Yunus. Dia durhaka kepada-Ku, maka Aku sekap dia di dalam perut ikan
di laut.” Para malaikat bertanya, "Dia adalah seorang hamba yang saleh, setiap
malam dan siang hari dilaporkan ke hadapanMu amal saleh darinya.” Allah
berfirman, "Ya, benar.” Maka pada saat itu para malaikat memohon syafaat buat
Yunus, akhirnya Allah memerintahkan kepada ikan besar itu untuk mengeluarkan
Yunus, lalu ikan besar melemparkannya ke tepi pantai, seperti yang disebutkan
oleh firman-Nya, "Sedangkan ia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145)
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, juga oleh Al-Bazzar di dalam kitab
Musnadnya melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu
Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia menyebutkan bahwa kami
tidak mengetahui hadis ini bersumber dari Nabi Saw. kecuali melalui jalur sanad
ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Ahmad
ibnu Abdur Rahman (anak saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada
kami pamanku, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi
pernah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik —yang menurut
keyakinanku Anas tiada lain menerimanya dari Rasulullah Saw.—menceritakan kisah
berikut, "Bahwa Yunus a.s. ketika mulai memanjatkan doa berikut di dalam perut
ikan, yaitu, "Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.'" Maka doanya itu naik sampai
di bawah 'Arasy, maka para malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, ada suara lemah
yang telah dikenal bersumber dari negeri yang terasing." Allah berfirman,
"Tidakkah kalian ketahui suara itu?" Mereka bertanya, "Tidak, wahai Tuhanku,
siapakah dia?" Allah berfirman, "Dia adalah hamba-Ku Yunus." Mereka berkata,
"Hamba-Mu Yunus yang sampai sekarang masih tetap dilaporkan ke hadapan-Mu
amalnya yang diterima dan doanya diperkenankan." Mereka berkata pula, "Wahai
Tuhan kami, tidakkah Engkau merahmatinya berkat amal yang dikerjakannya di saat
dia senang, karenanya Engkau selamatkan dia di saat mendapat cobaan?" Allah
berfirman, "Baiklah," maka Allah memerintahkan kepada ikan besar itu agar
memuntahkannya ke daerah yang tandus.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ}
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan.
(Al-Anbiya: 88)
Yaitu Kami keluarkan dia dari dalam perut ikan dan dari kegelapannya.
{وَكَذَلِكَ
نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ}
Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya:
88)
Yakni apabila mereka berada dalam kesengsaraan, lalu berdoa kepada Kami
seraya bertobat, terlebih lagi jika mereka mengucapkan doa yang disebutkan dalam
ayat ini saat mendapat musibah. Di dalam hadis Nabi Saw. telah disebutkan
anjuran untuk* membaca doa ini di saat tertimpa musibah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umair,
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq Al-Hamdani, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan
kepadaku ayahku, (yaitu Muhammad), dari ayahnya (yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas
r.a.) yang mengatakan, bahwa ia berdua dengan Usman ibnu Affan di dalam masjid,
lalu ia mengucapkan salam kepadanya, tetapi Usman hanya memelototkan mata ke
arahnya tanpa menjawab salamnya. Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya,
"Lalu saya pergi menghadap kepada Umar ibnul Khattab dan berkata kepadanya
sebanyak dua kali, 'Hai Amirul Mu’minin, apakah telah terjadi sesuatu dalam
Islam?' Umar menjawab, 'Tidak. Lalu mengapa?' Saya berkata, 'Tidak, hanya saya
ketika melewati Usman tadi di masjid, saya mengucapkan salam kepadanya, tetapi
ia hanya memelototi diriku dan tidak menjawab salamku. Maka Khalifah Umar
mengundang sahabat Usman, lalu berkata kepadanya, 'Apakah yang menyebabkan kamu
tidak mau menjawab salam saudaramu?' Usman berkata, saya tidak merasa.' Sa'd
berkata, 'Tidak, kamu benar melakukannya.' Akhirnya Usman bersumpah dan saya pun
bersumpah pula". Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Usman
teringat akan keadaan dirinya, lalu ia mengatakan bahwa memang benar, seraya
beristigfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Ia mengatakan, 'Memang kamu
tadi lewat di hadapanku, saat itu aku sedang mengingat-ingat suatu kalimat yang
pernah saya dengar dari Rasulullah Saw, tetapi demi Allah, tidak sekali-kali
saya mengingatnya, melainkan mata dan hatiku seakan-akan tertutup oleh tabir
penutup." Sa'd berkata, "Aku akan menceritakan kepadamu tentang kalimat itu.
Sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika sedang menceritakan kepada kami tentang
permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), tiba-tiba datanglah seorang Badui
yang membuatnya sibuk melayaninya. Setelah itu Rasulullah Saw. bangkit berdiri
dan pergi, maka saya mengikutinya. Ketika saya merasa khawatir beliau Saw.
terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya, maka saya pukulkan kakiku ke tanah.
Rasulullah Saw. menoleh ke arahku dan bertanya, "Siapakah orang ini? Bukankah
kamu Abu Ishaq?' Saya menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah.' Rasululllah Saw.
bersabda, 'Ada apa perlumu?' Saya menjawab, 'Tidak demi Allah, saya hanya
mengingatkan, bahwa engkau tadi menceritakan kepada kami tentang permulaan doa
(yang diucapkan oleh Yunus), kemudian datanglah seorang Badui yang membuat
engkau sibuk.' Rasulullah Saw. menjawab,
"نَعَمْ،
دعوةُ ذِي النُّونِ، إِذْ هُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: {لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا
مُسْلِمٌ رَبَّهُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ لَهُ".
'Benar, doa itu adalah doa yang diucapkan oleh Zun Nun ketika ia berada di
dalam perut ikan paus, yaitu firman-Nya: 'Tidak ada Tuhan selain Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim' (Al-Anbiya: 87)
Sesungguhnya tiada seorang muslim pun berdoa kepada Tuhannya dengan menyebut
kalimat ini untuk memohon sesuatu, melainkan Allah akan
memperkenankannya."
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab 'Amalul
Yaumi walLailah melalui hadis Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd dari ayahnya
dengan sanad yang sama.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ كَثِير بْنِ زَيْدٍ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ
-قَالَ أَبُو خَالِدٍ: أَحْسَبُهُ عَنْ مُصْعَبٍ، يَعْنِي: ابْنَ سَعْدٍ -عَنْ
سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من دَعَا
بِدُعَاءِ يُونُسَ، استُجِيب لَهُ" قَالَ
أَبُو سَعِيدٍ: يُرِيدُ بِهِ {وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar dari Kasir ibnu Zaid dari
Al-Mutallib ibnu Hantab; menurut Abu Khalid, dia menerimanya dari Mus'ab ibnu
Sa'd, dari Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Barang
siapa yang berdoa dengan doanya Nabi Yunus, pasti diperkenankan baginya. Abu
Sa'id mengatakan bahwa demikianlah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88)
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّار الكَلاعي، حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي بِشْر
بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ:
سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ مَالِكٍ -وَهُوَ ابْنُ أَبِي وَقَّاصٍ-يَقُولُ: سَمِعْتُ
رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اسْمُ اللَّهِ الَّذِي
إِذَا دُعي بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِل بِهِ أَعْطَى، دعوةُ يُونُسَ بْنِ مَتَّى".
قَالَ: قُلْتُ (8) : يَا رَسُولَ اللَّهِ، هِيَ لِيُونُسَ خَاصَّةً أَمْ
لِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ؟ قَالَ: هِيَ لِيُونُسَ بْنِ مَتَّى خَاصَّةً
وَلِلْمُؤْمِنِينَ عَامَّةً، إِذَا دَعَوْا بِهَا، أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ: {: فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ
مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ} . فَهُوَ شَرْطٌ مِنَ اللَّهِ
لِمَنْ دَعَاهُ بِهِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar
Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Saleh, telah menceritakan
kepada kami Abu Yahya ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Bisyr ibnu
Mansur, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: "Asma Allah yang apabila disebutkan dalam doa,
pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta dengannya, pasti memberi, yaitu
doa Yunus ibnu Mata." Sa'd bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah doa itu
khusus bagi Yunus ataukah bagi seluruh kaum muslim?” Rasulullah Saw.
menjawab, "Doa itu bagi Yunus ibnu Mata secara khusus dan bagi kaum mukmin
semuanya secara umum, jika mereka meyebutkannya di dalam doanya. Bukankah kamu
telah mendengar firman Allah Swt. yang mengatakan, 'Maka ia menyeru dalam
keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang
beriman' (Al-Anbiya: 87-88). Ini merupakan syarat dari Allah bagi orang
yang mengucapkannya di dalam doanya.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami
Daud ibnul Muhabbar ibnu Muhazzam Al-Maqdisi, dari Kasir ibnu Ma'bad, bahwa ia
pernah bertanya kepada Al-Hasan, "Hai Abu Sa’id, apakah asma Allah yang paling
agung, yang bila disebut di dalam doa, Dia pasti memperkenankannya; dan bila
diminta, pasti memberi?" Al-Hasan menjawab,"Hai anak saudaraku, bukankah kamu
telah membaca firman Allah Swt.: 'Dan (ingatlah kisah) Zun Nun
(Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah' (Al-Anbiya: 87) sampai
dengan firman-Nya: 'Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman'
(Al-Anbiya: 88) Hai anak saudaraku, itulah asma Allah yang teragung, yang
apabila disebutkan di dalam doa pasti Dia memperkenankannya; dan apabila
diminta, pasti memberi."