Tafsir Surat Al-Anbiya, ayat 57-63
{وَتَاللَّهِ
لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57) فَجَعَلَهُمْ
جُذَاذًا إِلا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (58) قَالُوا مَنْ
فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ (59) قَالُوا سَمِعْنَا
فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ (60) قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى
أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ (61) قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا
بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ (62) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا
فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ (63) }
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu
daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang
terbesar (induk) dari patung-patung yang
lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata,
"Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang
pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Mereka berkata,
"(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak
agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya, "Apakah kamu, yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab,
"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada
berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”
Kemudian Ibrahim a.s. bersumpah —yang sumpahnya dapat didengar oleh sebagian
kaumnya— bahwa sesungguhnya dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala
mereka, yakni dia benar-benar akan menyakiti hati mereka dengan memecahkan
berhala-berhala mereka sesudah mereka pergi menuju ke tempat perayaan mereka.
Menurut kisahnya, mereka (kaum Nabi Ibrahim) mempunyai hari pasaran tertentu
yang mereka rayakan di suatu tempat.
As-Saddi mengatakan bahwa ketika hari raya itu sudah dekat masanya, ayah
Ibrahim berkata, "Hai anakku, seandainya kamu keluar bersama kami menuju ke
tempat perayaan kami, niscaya kamu akan kagum kepada agama kami." Maka Ibrahim
keluar (berangkat) bersama mereka. Ketika di tengah jalan, Ibrahim menjatuhkan
dirinya ke tanah dan berkata, "Sesungguhnya aku sakit." Ketika kaumnya
melaluinya, sedangkan dia dalam keadaan tergeletak, mereka bertanya, "Mengapa
kamu?" Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya saya sakit."
Setelah sebagian besar dari kaumnya telah berlalu dan yang tertinggal
hanyalah orang-orang yang lemah dari kalangan mereka, Ibrahim berkata, seperti
yang disitir oleh firman-Nya:
{تَاللَّهِ
لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ}
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhala kalian. (Al-Anbiya: 57)
Maka ucapannya itu didengar oleh mereka.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ahwas dari Abdullah yang telah
mengatakan, bahwa ketika kaum Nabi Ibrahim ke luar menuju ke tempat perayaan
mereka, mereka melalui Ibrahim, lalu berkata kepadanya, "Hai Ibrahim, tidakkah
engkau keluar bersama kami?" Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya aku sedang sakit."
Dan adalah sebelumnya, yakni kematian. Demi Allah, sesungguhnya aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi
meninggalkannya. (Al-Anbiya: 57) Maka ucapannya itu didengar oleh sebagian
orang dari kalangan kaumnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَجَعَلَهُمْ
جُذَاذًا}
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong.
(Al-Anbiya: 58)
Yakni hancur berkeping-keping dipecahkan oleh Nabi Ibrahim, kecuali berhala
yang paling besar. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{فَرَاغَ
عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ}
Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulinya dengan tangan
kanannya (dengan kuat). (Ash-Shaffat: 93)
Adapun firman Allah Swt.:
{لَعَلَّهُمْ
إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ}
agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Al-Anbiya:
58)
Menurut suatu kisah, Ibrahim a.s. meletakkan kapak di tangan berhala yang
terbesar, untuk memberikan gambaran kepada mereka bahwa berhala yang terbesarlah
yang memecahkan berhala-berhala lainnya. Karena mereka tidak mau menyembahnya,
maka ia memecahkan semua berhala kecil yang membangkang kepadanya.
{قَالُوا
مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ}
Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap
tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.”
(Al-Anbiya: 59)
Yakni setelah mereka kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang telah
dilakukan oleh Ibrahim terhadap berhala-berhala mereka, sebagai suatu penghinaan
dan ejekan yang menunjukkan bahwa berhala-berhala itu bukanlah tuhan dan para
penyembahnya hanyalah orang-orang yang kurang waras akalnya. Mereka berkata,
"Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 59) Maksudnya, orang yang
berbuat ini adalah orang yang zalim.
Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{قَالُوا
سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ}
Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela
berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al-Anbiya: 60)
Orang yang melaporkan demikian adalah seseorang yang mendengar Ibrahim
mengucapkan sumpahnya, bahwa dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala
mereka. Ia melaporkan kepada kaumnya: Kami dengar ada seorang pemuda yang
mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (Al-Anbiya: 60)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami
Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang telah
mengatakan bahwa tidak sekali kali Allah mengutus seorang nabi melainkan masih
berusia muda, dan tidaklah seseorang dianugerahi ilmu melainkan selagi ia masih
berusia muda. Lalu Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Mereka berkata, "Kami
dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama
Ibrahim.” (Al-Anbiya: 60)
*******************
Allah Swt. berfirman, menceritakan ucapan mereka:
{قَالُوا
فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ}
Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang
dapat dilihat orang banyak.” (Al-Anbiya: 61)
Yakni di mata orang banyak, yang saat itu semua orang hadir. Ternyata apa
yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim mencapai sasarannya dengan tepat.
Dalam pertemuan yang besar ini Ibrahim a.s. bermaksud menjelaskan kepada mereka
akan kebodohan dan kekurangan akal mereka karena menyembah berhala-berhala
tersebut yang tidak dapat menolak suatu mudarat pun dari dirinya, tidak pula
dapat membela dirinya. Maka mengapa berhala-berhala itu dimintai sesuatu dari
hal tersebut?
{قَالُوا
أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُ
كَبِيرُهُمْ هَذَا}
Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap
tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar
itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63)
Yakni berhala yang dibiarkannya dan tidak dipecahkannya itu.
{فَاسْأَلُوهُمْ
إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ}
maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.
(Al-Anbiya: 63)
Sesungguhnya Ibrahim a.s. melontarkan jawaban ini tiada lain agar mereka
menyadari bahwa berhala itu tidak dapat bicara karena berhala itu berupa patung
yang terbuat dari benda mati (lalu mengapa mereka menyembahnya).
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu
Hissan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لَمْ يَكْذِبْ غَيْرَ ثَلَاثٍ: ثِنْتَيْنِ فِي
ذَاتِ اللَّهِ، قَوْلُهُ: {بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا} وَقَوْلُهُ {إِنِّي
سَقِيمٌ} قَالَ: "وَبَيْنَا هُوَ يَسِيرُ فِي أرض جبار من الجبابرة
ومعه سَارَةُ،
إِذْ نَزَلَ مَنْزِلًا فَأَتَى الْجَبَّارَ رَجُلٌ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَدْ نَزَلَ
بِأَرْضِكَ رَجُلٌ مَعَهُ امْرَأَةٌ أَحْسَنُ النَّاسِ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ
فَجَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذِهِ الْمَرْأَةُ مِنْكَ؟ قَالَ: هِيَ أُخْتِي. قَالَ:
فَاذْهَبْ فَأَرْسِلْ بِهَا إِلَيَّ، فَانْطَلَقَ إِلَى سَارَةَ فَقَالَ: إِنَّ
هَذَا الْجَبَّارَ سَأَلَنِي عَنْكِ فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي فَلَا
تُكَذِّبِينِي عِنْدَهُ، فَإِنَّكِ أُخْتِي فِي كِتَابِ اللَّهِ، وَأَنَّهُ لَيْسَ
فِي الْأَرْضِ مُسْلِمٌ غَيْرِي وَغَيْرُكِ، فَانْطَلَقَ بِهَا إِبْرَاهِيمُ ثُمَّ
قَامَ يُصَلِّي. فَلَمَّا أَنْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ فَرَآهَا أَهْوَى إِلَيْهَا،
فَتَنَاوَلَهَا، فَأُخِذَ أَخْذًا شَدِيدًا، فَقَالَ: ادْعِي اللَّهَ لِي وَلَا
أَضُرُّكِ، فَدَعَتْ لَهُ فَأُرْسِلَ، فَأَهْوَى إِلَيْهَا، فَتَنَاوَلَهَا
فَأُخِذَ بِمِثْلِهَا أَوْ أَشَدَّ. فَفَعَلَ ذَلِكَ الثَّالِثَةَ فَأُخِذَ،
[فَذَكَرَ] مِثْلَ الْمَرَّتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ فَقَالَ ادْعِي اللَّهَ فَلَا
أَضُرُّكِ. فَدَعَتْ، لَهُ فَأُرْسِلَ، ثُمَّ دَعَا أَدْنَى حُجَّابِهِ، فَقَالَ:
إِنَّكَ لَمْ تَأْتِنِي بِإِنْسَانٍ، وَإِنَّمَا َتَيْتَنِي بِشَيْطَانٍ،
أَخْرِجْهَا وَأَعْطِهَا هَاجَرَ، فَأُخْرِجَتْ وَأُعْطِيَتْ هَاجَرَ،
فَأَقْبَلَتْ، فَلَمَّا أَحَسَّ إِبْرَاهِيمُ بِمَجِيئِهَا انْفَتَلَ مِنْ
صِلَاتِهِ، قَالَ: مَهْيَم؟ قَالَتْ: كَفَى اللَّهُ كَيْدَ الْكَافِرِ الْفَاجِرِ،
وَأَخْدَمَنِي هَاجَرَ"
Sesungguhnya Ibrahim as. tidak berdusta selain dalam tiga hal. Dua di
antaranya terhadap Zat Allah, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya,
"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya" (Al-Anbiya: 63). Dan
apa yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya aku sakit" (Ash-Shaffat:
89). Dan ketika Ibrahim sedang berjalan di suatu negeri yang berada di bawah
kekuasaan seorang raja yang angkara murka, saat itu ia membawa Sarah
—istrinya—lalu ia turun istirahat di suatu tempat. Maka ada seseorang melaporkan
kepada raja yang angkara murka itu, bahwa sesungguhnya telah singgah di negerimu
ini seorang lelaki dengan membawa seorang wanita yang sangat cantik. Maka si
raja lalim itu mengirimkan utusannya memanggil Ibrahim, kemudian Ibrahim datang
menghadap, dan si raja lalim bertanya, "Siapakah wanita yang kamu bawa itu?”
Ibrahim Menjawab, "Saudara perempuanku.” Si raja berkata,
"Pergilah kamu dan bawalah dia menghadap kepadaku.” Maka Ibrahim pergi menuju ke
tempat Sarah, lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya si raja lalim ini telah
bertanya kepadaku tentang kamu, saya jawab bahwa engkau adalah saudara
perempuanku, maka janganlah kamu mendustakan aku di hadapannya. Karena
sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku menurut Kitabullah. Dan
sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang muslim pun selain aku dan kamu.”
Ibrahim membawa Sarah pergi, lalu Ibrahim melakukan salat. Setelah Sarah masuk
ke dalam istana raja dan si raja melihatnya. Maka si raja menubruknya dengan
maksud akan memeluknya, tetapi si raja mendadak menjadi sangat kaku sekujur
tubuhnya. Lalu ia berkata, "Doakanlah kepada Allah untuk kesembuhanku, maka aku
tidak akan mengganggumu.” Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja. Akhirnya si
raja sembuh, tetapi si raja kembali menubruknya dengan maksud memeluknya.
Tiba-tiba ia mendadak mengalami peristiwa yang pertama tadi, bahkan kali ini
lebih parah. Raja melakukan hal itu sebanyak tiga kali; setiap kali ia
melakukannya, ia ditimpa musibah itu seperti kejadian yang pertama dan yang
kedua. Akhirnya si raja berkata, "Doakanlah kepada Allah, maka aku tidak akan
mengganggumu lagi.” Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja, dan si raja sembuh
seketika itu juga. Sesudah itu si raja memanggil penjaga
(pengawal)nya yang terdekat dan berkata, "Sesungguhnya yang kamu
datangkan kepadaku bukanlah manusia melainkan setan. Keluarkanlah dia dan
berikanlah Hajar kepadanya.” Maka Sarah dikeluarkan (dibebaskan) dan
diberi hadiah seorang budak wanita bernama Hajar, lalu pulang (ke tempat
suaminya). Setelah Ibrahim merasakan kedatangan istrinya, ia berhenti dari
salatnya, lalu bertanya, "Bagaimanakah beritanya?” Sarah menjawab, "Allah telah
melindungiku dari tipu daya si kafir yang durhaka itu dan memberiku seorang
pelayan bernama Hajar.”
Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa Abu Hurairah apabila usai menceritakan
kisah ini mengatakan, "Itulah cerita ibu kalian, hai orang-orang
nomaden."