Tafsir Surat Yusuf, ayat 105-107
{وَكَأَيِّنْ
مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا
مُعْرِضُونَ (105) وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
(106) أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ
تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (107) }
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka
melaluinya, sedangkan mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari
kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada
mereka secara mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya?
Allah Swt. menceritakan tentang kelalaian kebanyakan manusia dari memikirkan
tentang tanda-tanda kekuasaan Allah dan bukti-bukti keesaan-Nya melalui makhluk
yang diciptakan oleh Allah di langit dan di bumi, yaitu berupa bintang-bintang
yang cemerlang sinarnya, yang tetap dan yang beredar serta gugusan-gugusan
bintang-bintang lainnya, semuanya itu ditundukkan oleh kekuasaan Allah. Berapa
banyak di bumi ini bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun, taman-taman,
gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya, laut-laut yang luas dengan
ombaknya yang berdebur, serta padang sahara yang luas-luas. Berapa banyak pula
di bumi ini makhluk hidup dan benda mati, juga berbagai jenis hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang berbeda-beda rasa, bau, warna, dan
spesifikasinya. Mahasuci Allah Yang Maha Esa, Pencipta semua makhluk, Yang Maha
Menyendiri dengan sifat kekal dan abadi-Nya, serta Mahasumber bagi asma dan
sifat-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam
keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf:
106)
Ibnu Abbas mengatakan, termasuk pengertian 'iman' di kalangan mereka yang
memiliki sifat ini ialah apabila ditanyakan kepada mereka, "Siapakah yang
menciptakan langit, siapakah yang menciptakan bumi, dan siapakah yang
menciptakan gunung-gunung itu?" Mereka menjawab, "Allah," padahal mereka masih
dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ikrimah, Asy-Sya'bi, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Abdur
Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa kaum musyrik di masa lalu
mengatakan dalam talbiyah mereka, "Labbaika, tiada sekutu bagi-Mu,
kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu; Engkau memilikinya, sedangkan dia tidak
memiliki."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa dahulu apabila kaum
musyrik mengatakan, "Labbaika, tiada sekutu bagi-Mu," maka Rasulullah
Saw. bersabda: Cukup, cukup!
Maksudnya, jangan diteruskan dan jangan dilebihkan dari itu.
Dan Allah Swt. telah berfirman:
{إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar. (Luqman: 13)
Inilah yang disebutkan syirik yang paling besar, yaitu menyembah Allah dengan
selain-Nya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud,
bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang
paling besar?" Rasul Saw. menjawab,
"أَنْ
تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَك"
Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia-lahyang menciptakan
kamu.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sebagian
besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf: 106) Bahwa
hal tersebut berkenaan dengan orang munafik. Apabila dia beramal, maka amalnya
adalah karena riya (pamer); hal itu berarti dia musyrik dalam amalnya.
Maksudnya adalah seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا
قَلِيلا}
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersalat, mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142)
Masih ada satu jenis syirik lagi, yaitu syirik khafi yang kebanyakan
pelakunya tidak menyadarinya, seperti yang diriwayatkan oleh Hammad ibnu
Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Urwah yang mengatakan bahwa Huzaifah
menjenguk seorang yang sedang sakit. Lalu Huzaifah melihat di lengan si sakit
itu ada tambangnya, maka Huzaifah memutuskan —atau melepaskan— tali itu,
kemudian Huzaifah membacakan firman-Nya: Dan sebagian besar dari mereka tidak
beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain). (Yusuf: 106)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"مَنْ
حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ"
Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, berarti dia telah
musyrik.
Hadis ini merupakan riwayat Imam Turmuzi yang dinilainya hasan melalui
Ibnu Umar.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, serta
lain-lainnya disebutkan melalui Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
الرُّقَى والتَّمائِم والتِّوَلة شرْك"
Sesungguhnya ruqyah (jampi), tamimah (kalung penangkal), dan
tiwalah (jimat) adalah perbuatan syirik.
Menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan seperti
berikut:
"
[الطيَرة شِرْكٌ] وَمَا منَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَذْهِبُهُ
بِالتَّوَكُّلِ"
Tiyarah (ramalan kesialan) adalah perbuatan syirik yang tiada
kaitannya dengan agama kita, tetapi Allah menghapuskannya dengan bertawakal
kepada-Nya.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara lebih rinci daripada ini. Untuk itu ia
mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرّة، عَنْ يَحْيَى
الْجَزَّارِ عَنِ ابْنِ أَخِي، زَيْنَبَ [عَنْ زَيْنَبَ] امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مَسْعُودٍ قَالَتْ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ إِذَا جَاءَ مِنْ حَاجَةٍ فَانْتَهَى
إِلَى الْبَابِ تَنَحْنَحَ وَبَزَقَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَهْجُمَ مِنَّا عَلَى أَمْرٍ
يَكْرَهُهُ، قَالَتْ: وَإِنَّهُ جَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَتَنَحْنَحَ وَعِنْدِي عَجُوزٌ
تَرْقِينِي مِنَ الحُمْرَة فَأَدْخَلْتُهَا تَحْتَ السَّرِيرِ، قَالَتْ: فَدَخَلَ
فَجَلَسَ إِلَى جَانِبِي، فَرَأَى فِي عُنُقِي خَيْطًا، قَالَ: مَا هَذَا
الْخَيْطُ؟ قَالَتْ: قُلْتُ: خَيْطٌ رُقِى لِي فِيهِ. قَالَتْ: فَأَخَذَهُ
فَقَطَعَهُ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ آلَ عَبْدِ اللَّهِ لأغنياءٌ عَنِ الشِّرْكِ،
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ
الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ والتِّوَلة شِرْكٌ". قَالَتْ، قُلْتُ لَهُ: لِمَ تَقُولُ
هَذَا وَقَدْ كَانَتْ عَيْنِي تَقْذِفُ، فَكُنْتُ أَخْتَلِفُ إِلَى فُلَانٍ
الْيَهُودِيِّ يَرْقِيهَا، فَكَانَ إِذَا رَقَاهَا سَكَنَتْ؟ قَالَ: إِنَّمَا ذَاكَ
مِنَ الشَّيْطَانِ. كَانَ يَنْخُسُهَا بِيَدِهِ، فَإِذَا رَقَيْتِهَا كَفَّ
عَنْهَا: إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكِ أَنْ تَقُولِي كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ
وَأَنْتَ الشَّافِي، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ
سَقَمًا"
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Yahya Al-Jazzar, dari anak lelaki saudara
Zainab, dari Zainab istri Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan, "Kebiasaan
Abdullah apabila datang dari suatu keperluan, lalu sampai di depan pintu rumah
pintu rumah, terlebih dahulu ia berdehem dan meludah, karena dia tidak suka bila
melihat kami dalam keadaan yang tidak disukai olehnya. Pada suatu hari ia datang
dari suatu urusan, lalu ia berdehem; saat itu di dekatku ada seorang nenek-nenek
yang mengobatiku dengan ruqyah (jampi) karena aku sedang sakit humrah
(demam). Maka aku memasukkan jimat yang diberikannya ke bawah ranjang.
Abdullah masuk ke dalam rumah, lalu duduk di sampingku; maka ia melihat benang
di leherku, lalu ia bertanya, 'Benang apakah ini?' Aku menjawab, 'Benang
ruqyahku.' Abdullah ibnu Mas'ud menarik benang itu dan memutuskannya, lalu
berkata, 'Sesungguhnya keluarga Abdullah benar-benar tidak membutuhkan perbuatan
syirik. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya ruayah,
tamimah, dan tiwalah adalah perbuatan syirik. Aku bertanya, 'Mengapa engkau
berkata demikian, padahal dahulu mataku selalu belekan, dan aku bila
mengalaminya selalu pergi ke Fulan orang Yahudi itu untuk me-ruqyah-nya.
Apabila telah di-ruqyah olehnya, maka mataku normal kembali.' Ibnu
Mas'ud menjawab, 'Sesungguhnya hal itu dari setan, dialah yang meludahinya
dengan tangannya. Apabila setan telah me-ruqyah-nya, maka sembuhlah
penyakit mata itu. Padahal cukuplah bagimu mengucapkan doa seperti yang pernah
diucapkan oleh Nabi Saw., yaitu: 'Lenyapkanlah penyakit ini, wahai Tuhan
manusia, sembuhkanlah (penyakitku). Engkaulah Yang menyembuhkannya),
tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak
menyisakan suatu penyakit pun'.”
Di dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Waki', dari Ibnu
Abu Laila, dari Isa ibnu Abdur Rahman disebutkan bahwa ia (Isa ibnu Abdur
Rahman) masuk menjenguk Abdullah ibnu Ukaim yang sedang sakit. Lalu ada yang
berkata, "Sebaiknya engkau memakai kalung penangkal penyakit." Abdullah ibnu
Ukaim menjawab, "Apakah engkau biasa menggunakan tamimah, padahal
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
تَعَلَّق شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ"
'Barang siapa menggantungkan sesuatu (jimat), maka nasibnya
diserahkan kepadanya'."
Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Hurairah.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
علَّق تَمِيمَةً
فَقَدْ
أَشْرَكَ"
Barang siapa yang menggantungkan tamimah, sesungguhnya dia telah berbuat
syirik.
Di dalam riwayat lain disebutkan seperti berikut:
"مَنْ
تَعَّلق تَمِيمَةً فَلَا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ، وَمَنْ تَعَلَّقَ ودَعَةً فَلَا
وَدَعَ اللَّهُ لَهُ"
Barang siapa yang memakai kalung tamimah, maka semoga Allah tidak
menjadikannya sebagai penangkal sakitnya. Dan barang siapa yang memakai kalung
wada'ah, semoga Allah tidak menjadikannya sebagai penjagaan dari
sakitnya.
Disebutkan dari Al-'Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"قَالَ
اللَّهُ: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، وَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا
أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وشِرْكه".
Allah berfirman, "Akulah yang memberikan kecukupan kepada orang-orang
yang mempersekutukan-(Ku) dari perbuatan musyriknya. Barang siapa yang
mengerjakan suatu perbuatan yang di dalamnya ia mempersekutukan Aku dengan
selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia bersama perbuatan syiriknya.”
Hadis ini merupakan riwayat Imam Muslim.
Dari Abu Sa'id ibnu Abu Fudalah, disebutkan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
"إِذَا
جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، يُنَادِي
مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ
مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ
الشِّرْكِ".
Apabila Allah telah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang
terkemudian untuk menghadiri suatu hari yang tiada keraguan padanya (hari
kiamat), maka berserulah (malaikat) juru penyeru mengatakan, "Barang
siapa berbuat syirik dalam suatu amal yang dikerjakannya bagi Allah, maka
hendaklah ia meminta pahalanya dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah-lah
Yang memberikan kecukupan kepada orang-orang musyrik dari perbuatan
syiriknya."
Hadis riwayat Imam Ahmad.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا لَيْث، عَنْ يَزِيدَ
-يَعْنِي: ابْنَ الْهَادِ -عَنْ عَمْرٍو، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: "إن أخْوَف ما أخاف عليكم
الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ". قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رسول الله؟ قال:
"الرياء، يقول الله يوم القيامة إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الَّذِينَ
كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Lais, dari Yazid (yakni Ibnul Had), dari Amr, dari
Mahmud ibnu Labid, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya hal
yang sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil.” Mereka
(para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Rasulullah
Saw. menjawab, "Riya (pamer). Allah Swt. berfirman di hari kiamat bila
manusia diberi balasan amal perbuatannya, 'Pergilah kalian kepada orang-orang
yang dahulu kalian pamer kepada mereka ketika di dunia, lalu lihatlah, apakah
kalian menjumpai balasan amal kalian di sisi mereka?'."
Ismail ibnu Ja'far telah meriwayatkannya dari Amr ibnu Abu Amr maula
Al-Muttalib, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid dengan
sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، أَنْبَأَنَا ابْنُ لَهِيعة، أَنْبَأَنَا
ابْنُ هُبَيْرة، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "من رَدَّتْهُ
الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَةٍ، فَقَدْ أَشْرَكَ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: "أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا
خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Hubairah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang kembali karena
tiyarah-nya (alamat kesialannya) dari keperluannya, maka sesungguhnya dia
telah syirik. Ketika mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah kifarat perbuatan tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda: Hendaknya
seseorang di antara kalian mengucapkan,.”Ya Allah, tiada kebaikan kecuali hanya
kebaikan-Mu, dan tiada tiyarah kecuali hanya tiyarah-Mu, dan tiada Tuhan selain
Engkau.”
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدِ
الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ العَرْزَمي، عَنْ أَبِي عَلِيٍّ -رَجُلٍ مِنْ
بَنِي كَاهِلٍ -قَالَ: خَطَبَنَا أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ فَقَالَ: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقَوْا هَذَا الشِّرْكَ، فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيب
النَّمْلِ. فَقَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَزْن وَقَيْسُ بْنُ الْمُضَارِبِ فَقَالَا
وَاللَّهِ لَتُخْرِجَنَّ مِمَّا قُلْتَ أَوْ لَنَأْتِيَنَّ عُمَرَ مَأْذُونًا لَنَا
أَوْ غَيْرَ مَأْذُونٍ، قَالَ: بَلْ أخرج مما قلت، خطبنا رسول
اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [ذَاتَ يَوْمٍ] فَقَالَ: "يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، اتَّقَوْا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ".
فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ: فَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى
مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُمَّ إِنَّا
نُعُوذُ بِكَ [مِنْ] أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ
لِمَا لَا نَعْلَمُهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir,
telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman Al-Azrami, dari Abu
Ali (seorang lelaki dari Bani Kahil) yang menceritakan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari
pernah berkhotbah kepada kami yang isinya antara lain mengatakan, "Hai manusia,
peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik ini, karena sesungguhnya perbuatan
syirik itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut." Maka berdirilah
Abdullah ibnu Harb dan Qais ibnul Mudarib, lalu keduanya berkata, "Demi Allah,
kamu harus mengeluarkan bukti apa yang kamu ucapkan atau kami benar-benar akan
melaporkannya kepada Umar, baik kami diberi izin ataupun tidak." Abu Musa
Al-Asy'ari menjawab, "Aku akan mengeluarkan bukti dari apa yang aku ucapkan
tadi, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami, antara lain
beliau bersabda: 'Hai manusia, peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik
ini, karena sesungguhnya perbuatan syirik itu lebih tersembunyi daripada
langkah-langkah semut.' Lalu ada seseorang yang ditakdirkan oleh Allah
bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimanakah kami menjaganya, padahal perbuatan itu
lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut?' Rasulullah Saw. menjawab
melalui sabdanya: Katakanlah oleh kalian, 'Ya Allah, sesungguhnya kami
berlindung kepada-Mu dari perbuatan mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang
kami ketahui, dan memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang tidak
kami ketahui'.”
Menurut riwayat dari jalur lain, orang yang bertanya itu adalah Abu Bakar
As-Siddiq, seperti yang telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli:
مِنْ
حَدِيثِ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ لَيْث بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ، عَنْ
أَبِي مُحَمَّدٍ، عَنْ مَعْقِل بْنِ يَسَار قَالَ: شَهِدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَوْ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "الشِّرْكُ
أَخْفَى فِيكُمْ مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَهَلِ الشِّرْكُ
إِلَّا مَنْ دَعَا مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ".
ثُمَّ قَالَ: "أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا يُذهب عَنْكَ صَغِير ذَلِكَ وَكَبِيرَهُ؟
قُلِ: اللَّهُمَّ، أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لَا
أَعْلَمُ"
melalui hadis Abdul Aziz ibnu Muslim, dari Lais ibnu Abu Salim, dari Abu
Muhammad, dari Ma'qal ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ia menyaksikan Nabi Saw.;
atau ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Bakar As-Siddiq, dari
Rasulullah S^w. yang bersabda: "Syirik lebih tersembunyi di antara kalian
daripada langkah-langkah semut.” Maka Abu Bakar bertanya, "Bukankah syirik
itu hanyalah perbuatan orang yang menyeru Allah bersama tuhan lainNya?”
Rasulullah Saw. bersabda, "Syirik lebih tersembunyi di antara kalian daripada
langkah-langkah semut.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Maukah aku
tunjukkan kepadamu sesuatu yang dapat melenyapkan darimu hal yang paling kecil
dan yang paling besar dari perbuatan syirik itu? Yaitu ucapkanlah, 'Ya Allah,
saya berlindung kepada-Mu agar saya tidak mempersekutukan Engkau (dengan
sesuatu), sedangkan saya mengetahuinya), dan saya memohon ampun kepada Engkau
dari perbuatan syirik yang tidak saya ketahui'.”
وَقَدْ
رَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الْبَغَوِيُّ، عَنْ شَيْبَانَ بْنِ فَرُّوخ،
عَنْ يَحْيَى بْنِ كَثِيرٍ، عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي
خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "الشِّرْكُ أَخْفَى فِي
أُمَّتِي مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى الصَّفَا". قَالَ: فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَيْفَ النَّجَاةُ وَالْمَخْرَجُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَقَالَ:
"أَلَا أُخْبِرُكَ بِشَيْءٍ إِذَا قَلْتَهُ برئتَ مِنْ قَلِيلِهِ وَكَثِيرِهِ
وَصَغِيرِهِ وَكَبِيرِهِ؟ ". قَالَ: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "قُلِ:
اللَّهُمَّ، إِنِّي أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا
أَعْلَمُ"
Al-Hafiz Abul Qasim Al-Bagawi telah meriwayatkannya melalui Syaiban ibnu
Farukh, dari Yahya ibnu Kasir, dari As-Sauri, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari
Qais ibnu Abu Hazim, dari Abu Bakar As-Siddiq yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Syirik lebih tersembunyi di kalangan umatku daripada
langkah-langkah semut di atas Bukit Safa. Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah jalan selamat dan jalan
keluar dari hal tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda, "Maukah aku ceritakan
kepadamu sesuatu yang apabila kamu mengucapkannya tentulah kamu terbebaskan dari
yang sedikit dan dari yang banyaknya, serta dari yang kecil dan yang
besarnya?" Abu Bakar menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah."
Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Katakanlah, "Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau agar aku tidak mempersekutukan Engkau
(dengan sesuatu), sedangkan aku mengetahuinya), dan aku memohon ampun
kepada Engkau dari perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.”
Imam Daruqutni mengatakan bahwa Yahya ibnu Abu Kasir dikenal dengan nama
julukan Abun Nadr, hadisnya matruk (tidak terpakai).
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi di dalam kitab sahih-nya, dan
Imam Nasai telah meriwayatkan:
مِنْ
حَدِيثِ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ عَاصِمٍ سَمِعْتُ أَبَا
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي شَيْئًا أَقُولُهُ إِذَا أصبحتُ، وَإِذَا أمسيتُ،
وَإِذَا أَخَذْتُ مَضْجَعِي. قَالَ: "قُلِ: اللَّهُمَّ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَمِنْ
شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ"
melalui hadis Ya'la ibnu Ata; ia pernah mendengar Amr ibnu Asim yang pernah
mendengar dari Abu Hurairah bahwa Abu Bakar As-Siddiq pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu doa yang aku
ucapkan di pagi hari, petang hari, dan bila aku akan pergi ke peraduanku."
Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi,
Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Tuhan segala sesuatu dan Yang
memilikinya, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku berlindung
kepada Engkau dari kejahatan hawa nafsuku dan dari kejahatan setan serta
kemusyrikannya.”
Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkannya, dan dinilai sahih oleh
Imam Nasai.
Menurut Imam Ahmad dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya melalui
hadis Lais ibnu Abu Salim, dari Mujahid, dari Abu Bakar As-Siddiq, "Abu Bakar
r.a. pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah menganjurkan kepadaku untuk
mengucapkan doa berikut." Kemudian disebutkan doa di atas, dan di akhirnya
ditambahkan kalimat berikut:
"وَأَنْ
أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أجُرّه إِلَى مُسْلِمٍ"
Dan (aku berlindung kepada Engkau) agar aku tidak melakukan
kejahatan atas diriku sendiri, atau aku menimpakannya kepada seorang
muslim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَفَأَمِنُوا
أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ
بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi
mereka. (Yusuf: 107), hingga akhir ayat.
Yakni apakah mereka yang musyrik kepada Allah merasa aman akan kedatangan
azab Allah yang meliputi mereka, sedangkan mereka tidak menyadari kedatangan
azab itu? Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya:
{أَفَأَمِنَ
الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ
يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي
تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ
رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu merasa aman
(dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau
datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah
mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak
dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan
berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhan kalian adalah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 45-47)
{أَفَأَمِنَ
أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ
أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ
الْخَاسِرُونَ}
Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah
penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah
mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah
yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (Al-A'raf:
97-99)