Tafsir Surat Thaha, ayat 40-44
{فَلَبِثْتَ
سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَى (40)
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي (41) اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلا تَنِيَا
فِي ذِكْرِي (42) اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولا لَهُ
قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44) }
maka kamu tinggal beberapa tahun di antara
penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa,
dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan
membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut.
Allah berfirman kepada Musa, bahwa sesungguhnya dia akan bermukim di
tengah-tengah penduduk Madyan setelah melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan
para pembantunya. Selama itu ia menggembalakan ternak mertuanya sehingga masa
kerjanya habis dan kontrak kerjanya selesai.
Kemudian Musa datang sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh takdir dan
kehendak Allah tanpa ada perjanjian terlebih dahulu; segala sesuatu itu berjalan
atas kehendak Allah Swt. Dialah Yang Mengatur dan Menjalankan urusan
hamba-hamba-Nya dan hal ikhwal makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ
جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا [مُوسَى] }
kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa. (Thaha:
40)
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah menurut janji yang ditetapkan.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan
makna firman-Nya: kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai
Musa. (Thaha: 40) Bahwa makna yang dimaksud ialah sesuai dengan waktu
penetapan pengangkatan kerasulan dan kenabian.
Firman Allah Swt.:
{وَاصْطَنَعْتُكَ
لِنَفْسِي}
dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. (Thaha: 41)
Yakni Aku telah mengangkat dan memilihmu menjadi seorang rasul menurut apa
yang Kukehendaki dan apa yang Kusukai.
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan:
حَدَّثَنَا
الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ ابن سِيرين عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْتَقَى آدَمُ وَمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: أَنْتَ
الَّذِي أَشْقَيْتَ النَّاسَ وَأَخْرَجْتَهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ آدَمُ:
وَأَنْتَ الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَاصْطَفَاكَ لِنَفْسِهِ،
وَأَنْزَلَ عَلَيْكَ التَّوْرَاةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فوجدتَه قَدْ كَتَبَ
عَليّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي؟ قَالَ: نَعَمْ. فحَجّ آدَمُ مُوسَى"
telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Muhammad, telah menceritakan
kepada kami Mahdi ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Sirin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Adam
bersua dengan Musa. Musa berkata, "Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia
dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga.” Adam menjawab, "Engkaulah
orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan memilihmu untuk
diri-Nya (dekat dengan-Nya) serta menurunkan kepadamu kitab Taurat." Musa
berkata, "Ya.” Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu telah tercatat (di
Lauh Mahfuz) untukku sebelum Allah menciptakan aku.” Musa menjawab, "Ya.”
Akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa dalam debatnya.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اذْهَبْ
أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي}
Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku. (Thaha:
42)
Yaitu dengan membawa hujah-hujah-Ku, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat
dari-Ku.
{وَلا
تَنِيَا فِي ذِكْرِي}
dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Thaha: 42)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang
dimaksud ialah janganlah kamu berdua terlambat.
Menurut Mu jahid, dari Ibnu Abbas, artinya janganlah kamu berdua lemah.
Makna yang dimaksud ialah bahwa keduanya diperintahkan oleh Allah untuk
terus-menerus mengingat Allah; bahkan di kala mereka berdua menghadapi Fir'aun,
harus tetap ingat kepada Allah. Dimaksudkan agar mengingat Allah dapat membantu
keduanya menghadapi Fir'aun dan menjadi kekuatan bagi keduanya serta menjadi
pengaruh yang dapat mematahkan Fir'aun, seperti yang telah disebutkan dalam
hadis berikut:
"إِنَّ
عَبْدِي كُلَّ عَبْدِي لَلَّذِي يَذْكُرُنِي وَهُوَ مُنَاجِز
قِرْنه".
Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenar-benarnya ialah seseorang yang selalu
mengingat-Ku saat dia sedang melaksanakan tugasnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اذْهَبَا
إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati
batas. (Thaha: 43)
Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap
Allah serta durhaka kepada-Nya.
{فَقُولا
لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)
Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah
orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk
pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan
risalah-Nya kepada Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan
sopan santun.
Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan
firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut. (Thaha: 44) Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti
berikut:
يَا
مَنْ يَتَحَبَّبُ إِلَى مَنْ يُعَادِيهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَتَوَلَّاهُ
وَيُنَادِيهِ؟
Wahai orang yang bertutur lemah lembut
kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang
yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan
tutur katanya)?
Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini,
"Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan
menghukuminya."
Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
(Thaha: 44) Yakni ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah".
Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan
makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan
kepada Fir'aun kalimat berikut, "Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau
mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka."
Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari
Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan
makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa yang dimaksud dengan layyinan
ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang).
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia
dengan julukan Abu Murrah.
Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun
diperintahkan oleh Allah Swt. agar dalam dakwahnya kepada Fir'aun memakai
kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar
kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil
yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang
mengatakan:
{ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)
Yakni barangkali saja Fir'aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan
dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat
kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{لِمَنْ
أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
}
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
(Al-Furqan: 62)
Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang
terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan
sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan
kepada-Nya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni janganlah kamu
berdua mendoakan kebinasaan untuknya sebelum kamu mengemukakan alasanmu
kepadanya.
Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu
Nufail yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu
Abus Silt:
وَأَنْتَ
الَّذِي مِنْ فَضْلِ مَنٍّ وَرَحْمَةٍ ...
بَعَثْتَ إِلَى مُوسَى رَسُولًا مُنَادِيًا ...
فَقُلْتَ
لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادعُوَا ...
إلى الله فرعون الذي كان بَاغِيَا ...
فَقُولَا
لَهُ هَلْ أَنْتَ سَوَّيْتَ هَذِهِ ...
بِلَا وَتَدٍ حَتَّى اسْتَقَلَّتْ كَمَا هِيَا ...
وُقُولَا
له أأنت رَفَّعت هذه ...
بلا عمد? أرفق إِذَنْ بِكَ بَانِيَا ...
وَقُولَا
لَهُ آأَنْتَ سَوَّيْتَ وَسْطَهَا ...
مُنِيرًا إِذَا مَا جَنَّه اللَّيْلُ هَادِيَا ...
وَقُولَا
لَهُ مَنْ يُخْرِجُ الشَّمْسَ بُكْرَةً ...
فَيُصْبِحُ مَا مَسَّتْ مِنَ الْأَرْضِ ضَاحِيَا ...
وَقُولَا
لَهُ مَنْ يُنْبِتُ الْحَبَّ فِي الثَّرَى ...
فَيُصْبِحُ مِنْهُ الْبَقْلُ يَهْتَزُّ رَابِيَا ...
وَيُخْرِجُ
مِنْهُ حَبَّهُ فِي رُءُوسِهِ فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا
Engkaulah yang memberikan anugerah dan
rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau telah mengutus Musa sebagai
rasul yang menyeru (Fir'aun untuk menyembah-Mu).
Maka Engkau berfirman kepadanya,
"Pergilah kamu beserta Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah
orang yang melampaui batas.
Katakanlah olehmu berdua kepadanya,
'Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat
terhampar seperti sekarang?'
Dan katakanlah olehmu berdua
kepadanya, 'Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa tiang penyangga?
Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri'.
Dan katakanlah olehmu berdua
kepadanya, 'Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang yang bersinar bila
malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? '
Dan katakanlah olehmu berdua
kepadanya, 'Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari, sehingga tiada
suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?'
Dan katakanlah olehmu berdua
kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi, sehingga tumbuhlah
tetumbuhan dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk tetumbuhan itu
biji-bijian?"
Dalam semuanya itu terkandung
tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang yang
berakal.”
Berkatalah mereka berdua, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah
melewati batas.”
Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir,
sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya
(Fir'aun)