Tafsir Surat Thaha, ayat 22-35
{وَاضْمُمْ
يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَى (22)
لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى (23) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
(24) قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ
عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ
أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30) اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31) وَأَشْرِكْهُ فِي
أَمْرِي (32) كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا (33) وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا (34) إِنَّكَ
كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا (35) }
"Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu,
niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang
lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Kami yang sangat besar. Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah
melampaui batas.” Berkata Musa, "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya
mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada
Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat
(keadaan) kami.”
Hal ini merupakan mukjizat lain bagi Musa a.s. Yaitu Allah memerintahkan
kepadanya agar memasukkan tangannya ke leher bajunya, seperti yang disebutkan di
dalam ayat lain, sedangkan hal itu disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya
dengan sebutan berikut:
{وَاضْمُمْ
يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ}
dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu. (Thaha: 22)
Sedangkan dalam ayat lain disebutkan seperti berikut:
{وَاضْمُمْ
إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَى
فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ}
dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)ww bila ketakutan, maka
yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan)
kepada Fir’aun danpembantu-pembantunya. (Al-Qashash: 32)
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
kepitkanlah tanganmu keketiakmu. (Thaha: 22) Yakni telapak tanganmu ke
bagian dalam lenganmu.
Musa apabila memasukkan tangannya ke leher bajunya, lalu dia mengeluarkannya,
maka keluarlah cahaya dari tangannya seakan-akan seperti cahaya rembulan.
Firman Allah Swt.:
{تَخْرُجْ
بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}
niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat. (Thaha: 22)
Yaitu bukan karena penyakit supak, bukan karena penyakit lainnya, bukan pula
karena cacat. Demikianlah menurut yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid,
Ikrimah, Qatadah, Ad-Dahhak, dan As-Saddi serta lain-lainnya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bila Musa mengeluarkan tangannya
itu, maka kelihatan seperti senter, maka Musa mengetahui bahwa dia saat itu
telah bersua dengan Tuhannya." Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{لِنُرِيَكَ
مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى}
untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang sangat besar. (Thaha: 23)
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Tuhan berfirman kepada Musa, "Mendekatlah
kamu." Tuhan terus-menerus memerintahkan kepada Musa agar lebih mendekat lagi,
hingga Musa menempelkan punggungnya ke batang pohon itu. Setelah itu Musa tenang
dan tidak merasa takut lagi serta tangannya memegang tongkat dengan kuat, lalu
menundukkan kepalanya seraya merendahkan diri.
Firman Allah Swt.:
{اذْهَبْ
إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}
Pergilah kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas (Thaha:
24)
Maksudnya, pergilah kamu kepada Fir'aun Raja Mesir, yaitu ke negeri yang kamu
pernah melarikan diri darinya (setelah membunuh seorang Mesir yang bertengkar
dengan salah seorang Bani Israil). Lalu serulah dia untuk menyembah Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya. Perintahkanlah kepadanya agar memperlakukan
bangsa Bani Israil dengan perlakuan yang baik, dan janganlah ia menyiksa dan
menindas mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu adalah seorang yang berlaku
sewenang-wenang, melampaui batas, lebih memilih kehidupan duniawinya, serta
melupakan Tuhannya Yang Mahatinggi.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Musa,
"Berangkatlah kamu dengan membawa risalah-Ku, sesungguhnya engkau sekarang
mendengar dengan pendengaran-Ku dan melihat dengan pandangan-Ku. Dan
sesungguhnya tangan dan pandangan kekuasaan-Ku selalu menyertaimu, dan
sesungguhnya Aku telah memakaikan kepadamu perisai kekuasaan-Ku agar kekuatanmu
menjadi sempurna dalam mengemban perintah-Ku."
Allah berfirman, "Engkau adalah pasukan yang besar dari pasukanKu, Aku utus
kamu kepada seorang makhluk-Ku yang lemah, tetapi ingkar kepada nikmat-Ku dan
merasa aman dari pembalasan-Ku, serta teperdaya oleh duniawi dengan melupakan
Aku (sebagai Penciptanya). Karenanya dia mengingkari hak-Ku sebagai Tuhannya,
dan ia menduga bahwa dia tidak mengenal-Ku.
Allah berfirman,"Sesungguhnya Aku bersumpah dengan nama Keagungan-Ku,
seandainya tiada takdir (keputusan) yang telah Kutetapkan antara diri-Ku dan
makhluk-Ku, tentulah Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang kejam dan bengis.
Ikut murka karena murka-Ku semua langit dan bumi, serta gunung-gunung dan
lautan-lautan. Jika Aku perintahkan kepada langit untuk menghukumnya, tentulah
langit akan menerbangkannya (melalui angin topan); dan jika Aku perintahkan
kepada Bumi untuk menghukumnya, tentulah bumi akan menelannya. Jika Aku
perintahkan kepada gunung-gunung, tentulah gunung-gunung itu akan
menghancurkannya (menimpanya). Dan jika Aku perintahkan kepada lautan untuk
menghukumnya, tentulah lautan itu akan menenggelamkannya. Tetapi ia terlalu hina
dan kecil menurut pandangan-Ku dan masih tertoleransi oleh sifat Penyantun-Ku,
serta Aku merasa cukup dengan-Ku sendiri. Dan sesungguhnya Aku adalah Yang
Mahakaya, tiada yang lebih kaya daripada-Ku."
Allah Swt. berfirman, "Sampaikanlah kepadanya (Fir'aun) risalahKu, dan
serulah dia agar menyembah-Ku dan mengesakan Aku serta mengikhlaskan kepada-Ku,
dan ingatkanlah dia akan hari-hari pertemuan dengan-Ku, serta peringatkanlah dia
akan pembalasan dan azab-Ku. Dan sampaikanlah kepadanya bahwa tidak ada sesuatu
pun yang dapat bertahan menghadapi murka-Ku."
Allah Swt. berfirman, "Sampaikanlah kepadanya risalah-Ku ini di samping
ancaman-Ku itu dengan penyampaian yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau
takut. Dan sampaikanlah kepadanya bahwa maaf dan ampunan-Ku lebih cepat daripada
murka dan siksaan-Ku."
Allah Swt. berfirman, "Dan jangan sekali-kali kamu merasa gentar terhadap
pakaian keduniawian yang Kuberikan kepadanya (Fir'aun), karena sesungguhnya
ubun-ubunnya (rohnya) berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku. Tidaklah ia
berbicara, tidaklah ia memandang, serta tidaklah pula ia bernafas kecuali dengan
seizin-Ku."
Allah Swt. berfirman, "Dan katakanlah kepadanya bahwa penuhilah seruan
Tuhanmu, karena sesungguhnya Dia Mahaluas ampunan-Nya, Dia telah memberimu masa
tangguh selama empat ratus tahun. Dalam masa tersebut kamu terang-terangan
memusuhi-Nya, yaitu dengan mencaci dan menyerupakan dirimu sebagai Dia. serta
menghalangrhalangi hamba-hamba-Nya dari jalan-Nya. Padahal Dia selalu memberimu
hujan dan menyuburkan (menumbuhkan) tanam-tanaman bagimu. Selama itu kamu tidak
pernah sakit, tidak menua, tidak miskin, dan tidak terkalahkan. Seandainya Dia
hendak menyegerakan siksaan-Nya kepadamu, tentulah Dia mudah melakukannya,
tetapi Dia memiliki sifat Penyantun dan sifat Penyabar yang Mahabesar.
Allah Swt. berfirman, "Berjihadlah kamu bersama saudaramu untuk menentangnya,
sedangkan kamu berdua mengikhlaskan diri dalam jihadmu untuk mendapat rida
Allah. Sesungguhnya Aku seandainya menghendaki, bisa saja mendatangkan bala
tentara yang jumlahnya belum pernah dia lihat. Tetapi sengaja Aku menghendaki
agar si hamba yang lemah itu, yang merasa besar diri dengan bala tentaranya yang
banyak, bahwa sesungguhnya pasukan yang kecil —yang pada hakikatnya bukanlah
kecil bila dengan seizin-Ku—dapat mengalahkan pasukan yang besar dengan
seizin-Ku.
Allah Swt. berfirman, ''Jangan sekali-kali kamu silau dengan perhiasan yang
dikenakannya, jangan pula silau dengan kemewahan hidupnya. Dan jangan pula kamu
berdua menunjukkan pandangan matamu kepada hal itu, karena sesungguhnya semuanya
itu adalah bunga kehidupan dunia dan perhiasan orang-orang yang hidup mewah.
Seandainya Aku menghendaki, tentu Aku dapat menghiasimu dengan perhiasan dunia,
agar Fir'aun mengetahui saat memandang kepadamu, bahwa kemampuannya tidak dapat
menandingi apa yang Aku berikan kepadamu berdua. Akan tetapi, Aku sengaja
membuat dirimu tidak suka kepada perhiasan dunia dan menjauhkanmu darinya.
Demikianlah yang biasa Aku lakukan kepada kekasih-kekasih-Ku, dan hal ini
merupakan kebiasaan-Ku sejak dulu. Sesungguhnya Aku akan melindungi mereka dari
kenikmatan duniawi dan perhiasannya, sebagaimana seorang penggembala yang
penyayang menjauhkan ternak untanya dari tempat-tempat yang berbahaya (pasir
bergerak). Sebenarnya hal itu mudah Aku lakukan, tetapi sengaja tidak Kulakukan
agar mereka (kekasih-kekasih-Ku) memperoleh bagiannya secara sempurna kelak di
rumah kehormatan-Ku dalam keadaan beroleh pahala yang utuh lagi berlimpah tanpa
dicampuri oleh kotoran duniawi."
Allah Swt. berfirman, "Perlu kamu ketahui bahwa sesungguhnya tidak ada suatu
perhiasan pun yang dikenakan oleh hamba-hamba-Ku lebih terpandang oleh-Ku selain
dari sifat Zuhud (menjauhi) keduniawian. Karena sesungguhnya sifat
Zuhud itu adalah perhiasan orang-orang yang bertakwa. Mereka mempunyai
ciri khas tersendiri yang dapat dikenal melalui sikapnya yang tenang dan khusyuk
serta pada wajah mereka terdapat tanda bekas sujud; mereka adalah
kekasih-kekasih-Ku yang sebenar-benarnya. Apabila kamu bersua dengan mereka,
maka rendahkanlah dirimu bagi mereka serta lunakkanlah hati dan lisanmu terhadap
mereka."
Allah Swt. berfirman, "Perlu diketahui, bahwa barang siapa yang menghina
kekasih-Ku atau manakut-nakutinya, maka sesungguhnya dia secara terang-terangan
telah menantang-Ku untuk berperang dan memulainya. Dan itu berarti dia
sendirilah yang mengajaknya dan mendorong-Ku untuk memeranginya, sedangkan Aku
sangat cepat dalam menolong kekasih-kekasih-Ku. Apakah orang yang berani
memerangi-Ku menduga bahwa dirinya dapat bertahan melawan-Ku, atau apakah orang
yang memusuhi-Ku menduga bahwa dia dapat mengalahkan Aku, ataukah orang yang
menantang-Ku dapat mendahului atau melewati-Ku? Mana mungkin hal itu terjadi,
karena Aku-lah Yang melakukan pembalasan buat kekasih-kekasih-Ku di dunia dan
akhirat, Aku tidak akan menyerahkan kepada selain-Ku dalam menolong mereka."
Asar yang telah disebutkan di atas diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي}
Musa berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku.” (Thaha: 25-26)
Ini adalah permintaan Musa a.s. kepada Tuhannya. Dia memohon agar dadanya
dilapangkan dalam menunaikan tugas risalah yang dibebankan kepadanya. Karena
sesungguhnya ia telah diperintahkan untuk menyampaikan suatu perkara yang besar
dan akan menghadapi tantangan yang berat. Dia diutus untuk menyampaikan risalah
Allah kepada seorang raja yang paling besar di muka bumi di masa itu. Sedangkan
raja tersebut adalah orang yang paling sewenang-wenang, paling keras
kekafirannya, paling banyak bala tentaranya, paling makmur kerajaannya, paling
diktator, dan paling ingkar. Keangkaramurkaannya sampai kepada batas dia
mengakui bahwa dia tidak mengenal Allah, dan mengajarkan kepada rakyatnya bahwa
tidak ada tuhan selain dirinya sendiri.
Pada mulanya Musa pernah tinggal di istana Fir'aun semasa kecilnya, ia
menjadi anak angkat Fir'aun yang dipelihara dalam asuhannya. Kemudian setelah
dewasa Musa membunuh seseorang dari mereka, karena itu ia merasa takut mereka
akan balas membunuhnya, lalu ia melarikan diri selama itu dari pencarian mereka.
Setelah itu Allah mengangkatnya menjadi seorang rasul kepada mereka sebagai
pemberi peringatan yang menyeru mereka ke jalan Allah Swt. dan menyembah-Nya
serta mengesakan-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Karena
itulah Musa menyadari akan beratnya tugas yang dipikulnya. Ia berdoa kepada
Tuhannya:
{رَبِّ
اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي}
Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.
(Thaha: 25-26)
Yakni jika Engkau tidak menolongku, tidak membantuku, tidak memperkuatku dan
tidak mendukungku, tentulah aku tidak mampu mengemban tugas ini.
{وَاحْلُلْ
عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي}
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku
(Thaha: 27-28)
Demikian itu karena lidah Musa agak kaku sehingga ucapannya kurang begitu
fasih. Hal ini dialaminya ketika ia masih kecil dan disuguhkan kepadanya buah
kurma yang merah dan bara api, lalu ia mengambil bara api dan mengunyahnya
(sehingga lidahnya terbakar); kisahnya akan diterangkan sesudah ini. Dalam hal
ini Musa tidak memohon kepada Allah agar melenyapkan kekakuan lidahnya secara
tuntas, melainkan dia hanya meminta agar kekurangfasihannya dalam berbicara
dapat di atasi dan mereka yang diajak berbicara dengannya dapat memahami apa
yang ia maksudkan, sebatas yang diperlukan. Seandainya Musa meminta kepada
Allah agar menyembuhkan secara total kekakuan lidahnya, tentulah kekakuan
lidahnya disembuhkan. Akan tetapi, para nabi tidaklah meminta kecuali hanya
sebatas yang diperlukannya saja. Karena itulah maka kekakuan lidahnya masih ada
padanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. yang menceritakan tanggapan
Fir'aun terhadap Musa:
{أَمْ
أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلا يَكَادُ
يُبِينُ}
Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak
dapat menjelaskan (perkataannya)? (Az-Zukhruf: 52)
Yaitu kurang fasih bicaranya karena lidahnya yang pelat (kaku).
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
lepaskanlah kekakuan lidahku. (Thaha: 27) Yakni satu tahap dari kekakuan
lidahnya; seandainya Musa meminta agar seluruh kekakuan lidahnya dilenyapkan,
tentulah permintaannya dikabulkan.
Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Musa mengadu kepada Tuhannya tentang
ketakutannya terhadap pendukung-pendukung Fir'aun sehubungan dengan pembunuhan
yang dilakukannya; juga mengadu kepada-Nya tentang kekakuan lidahnya, karena
sesungguhnya lidah Musa mengalami kekakuan sehingga ia tidak dapat berbicara
banyak. Lalu ia meminta kepada-Nya agar saudaranya (yaitu Harun) diangkat
menjadi pembantunya yang kelak akan menjadi juru terjemahnya terhadap apa yang
tidak fasih dari perkataan yang diungkapkannya. Lalu Allah mengabulkan
permintaannya dan melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Umar ibnu Usman bahwa
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Artah ibnul Munzir; telah
menceritakan kepadaku salah seorang teman Muhammad ibnu Ka'b, dari Muhammad ibnu
Ka'b yang mengatakan bahwa pada suatu hari salah seorang kerabatnya datang
kepadanya dan berkata kepadanya, "Tidak menjadi masalah bagimu seandainya kamu
tidak kaku dalam bicaramu dan kurang jelas (fasih) bila melakukan bacaan." Maka
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menjawab, "Hai anak saudaraku, bukankah aku dapat
memberikan pengertian kepadamu jika aku berbicara kepadamu?" Ia menjawab, "Ya".
Ka'b berkata, "Sesungguhnya Musa pun hanya meminta kepada Tuhannya agar
melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya agar ia dapat memberikan pengertian
dan pemahaman kepada Bani Israil melalui pembicaraannya. Ia tidak meminta lebih
dari itu." Demikianlah menurut teks yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاجْعَلْ
لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي هَارُونَ أَخِي}
dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu)
Harun saudaraku. (Thaha: 29-30)
Ini pun merupakan permintaan Musa a.s. sehubungan dengan urusan lain di luar
dirinya, yaitu agar saudaranya itu kelak menjadi pembantu yang mendukungnya;
dialah Harun, saudara sekandungnya.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
yang mengatakan bahwa Harun diangkat menjadi nabi dalam waktu yang sama saat
Nabi Musa diangkat menjadi nabi.
Ibnu Abu Hatim mengemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Numair, bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari
Siti Aisyah, bahwa ketika Siti Aisyah berangkat untuk menunaikan ibadah
umrahnya, di perjalanan ia turun istirahat di sebuah perkampungan Badui. Lalu ia
mendengar seorang lelaki berkata, "Siapakah orang yang hidup di dunia dengan
memberikan manfaat yang paling besar kepada saudaranya?" Mereka (yang diajak
bicara olehnya) menjawab, "Tidak tahu." Lelaki itu berkata, "Kalau saya, demi
Allah, mengetahui siapa dia." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Siti Aisyah
berkata dalam hatinya, "Kalau melihat dari sumpahnya yang tidak memakai
insya Allah, lelaki ini pasti mengetahui siapakah orang yang dimaksud
yang dapat memberikan manfaat paling besar kepada saudaranya." Lelaki itu
berkata, "Dia adalah Musa ketika meminta agar saudaranya diangkat menjadi
nabi."Siti Aisyah berkata, "Dia benar, demi Allah." Siti Aisyah berkata bahwa
karena itulah Allah Swt. berfirman memuji sikap Musa a.s.:
وَكَانَ
عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا}
Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan yang terhormat di sisi
Allah. (Al-Ahzab: 69)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{اشْدُدْ
بِهِ أَزْرِي}
teguhkanlah dengan dia kekuatanku. (Thaha: 31)
Menurut Mujahid, makna azri ialah punggungku, yakni kekuatanku.
{وَأَشْرِكْهُ
فِي أَمْرِي}
dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku. (Thaha: 32)
Yakni sebagai temannya dalam bermusyawarah menentukan segala urusan.
{كَيْ
نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا}
supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak mengingat Engkau.
(Thaha: 33-34)
Mujahid mengatakan bahwa seseorang hamba bukanlah termasuk golongan
orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah sebelum ia berzikir kepada Allah
dalam semua keadaannya, baik sambil berdiri, sambil duduk, maupun sambil
berbaring.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّكَ
كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا}
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami. (Thaha:
35)
Yakni dalam pilihan-Mu yang Engkau jatuhkan kepada kami, pemberianMu kepada
kami akan kenabian, serta Engkau utus kami kepada musuhMu, yaitu Fir'aun.
Bagi-Mu segala puji atas semuanya itu.