Tafsir Surat Thaha, ayat 131-132
{وَلا
تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
(131) وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا
نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (132) }
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah
lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Janganlah kamu melirikkan pandangan
matamu kepada kemewahan yang ada di tangan orang-orang yang hidup senang dan
mewah. Karena sesungguhnya hal itu tiada lain merupakan perhiasan yang fana dan
nikmat yang pasti lenyapnya, kami mencobai mereka dengan melaluinya. Akan
tetapi, amatlah sedikit orang yang banyak bersyukur di antara
hamba-hamba-Ku."
Mujahid mengatakan bahwa makna azwajan minhum ialah orang-orang kaya
dan para hartawan, karena sesungguhnya kamu telah diberi apa yang lebih baik
daripada apa yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ
آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ * لَا تَمُدَّنَّ
عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ}
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan
pandanganmu. (Al-Hijr: 87-88), hingga akhir ayat.
Jauh lebih baik pula apa yang telah disediakan oleh Allah Swt. buat RasulNya
di akhirat, tiada terbatas dan tiada terperikan. Seperti halnya apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَسَوْفَ
يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى}
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati)
kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَرِزْقُ
رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha:
131)
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa ketika Umar ibnul Khattab masuk menemui
Rasulullah Saw. di dalam suatu peristiwa yang saat itu Rasulullah Saw. sedang
mengasingkan dirinya dari istri-istrinya, sebab beliau telah bersumpah tidak
akan menggauli mereka dalam waktu tertentu (sampai mereka sadar); Umar ibnul
Khattab melihat Rasulullah Saw. sedang berbaring di lantai rumahnya dengan hanya
beralaskan tikar. Sedangkan di dalam rumahnya hanya ada sebuah wadah air yang
sudah lapuk, tergantung di sisi rumahnya. Maka dengan serta-merta Umar
mencucurkan air matanya. Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Umar, apakah yang
membuatmu menangis?" Umar menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan
Kaisar berada dalam kemewahannya, sedangkan engkau adalah makhluk pilihan
Allah." Rasulullah Saw. bersabda:
"أَوَفِي
شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلت لَهُمْ
طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا "
Hai Ibnul -Khattab, apakah engkau dalam keadaan ragu? Mereka adalah kaum
yang disegerakan bagi mereka kebaikannya dalam kehidupan dunia ini.
Rasulullah Saw. adalah orang yang paling zuhud terhadap duniawi, padahal
beliau mampu menguasainya. Apabila beliau memperoleh harta benda, maka
dinafkahkan dan dibagi-bagikannya ke sana dan kemari, kepada semua hamba Allah
dan beliau tidak pernah menyimpan sesuatu pun darinya untuk keperluan dirinya di
esok hari.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: أَنْبَأَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي
مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: " إن أخوف ما
أخاف عليكم مَا يَفْتَحُ اللَّهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا ". قَالُوا: وَمَا
زَهْرَةُ الدُّنْيَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " بَرَكَاتُ الْأَرْضِ
"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Yazid
ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian ialah
bila Allah membukakan bagi kalian bunga-bunga kehidupan dunia. Para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bunga-bunga kehidupan
dunia?” Rasulullah Saw. menjawab, "Keberkatan bumi.”
Qatadah dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bunga
kehidupan dunia. (Thaha: 131) Makna yang dimaksud ialah perhiasan kehidupan
dunia.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: untuk Kami
fitnah mereka dengannya. (Thaha: 131) Yakni Kami coba mereka dengan
perhiasan kehidupan dunia.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا}
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
Artinya, selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan mengerjakan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Semakna dengan yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا}
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka. (At-Tahrim: 6)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Wahb, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari
ayahnya, bahwa ia dan Yarfa' pernah menginap di rumah Umar ibnul Khattab. Dan
Umar mempunyai kebiasaan mengerjakan salat sunat di tengah malam; tetapi
adakalanya ia tidak mengerjakannya, sehingga kami katakan, "Dia tidak salat
sunat malam hari malam ini, tidak sebagaimana malam-malam sebelumnya." Umar bila
hendak mengerj akan salat sunat malam hari, ia membangunkan keluarganya untuk
ikut salat bersamanya, dan ia membacakan firman-Nya: Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
(Thaha: 132)
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَا
نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ}
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.
(Thaha: 132)
Yakni apabila kamu mengerjakan salat, niscaya rezeki akan datang kepadamu
dari arah yang tidak kamu duga-duga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِب}
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56)
Sampai dengan firman-Nya:
إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh. (Az-Zariyat: 58)
Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لَا
نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ}
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.
(Thaha: 132)
As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak
meminta rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Yaitu Kami tidak membebankan kepadamu
suatu permintaan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam, dari ayahnya,
bahwa apabila ia masuk ke dalam rumah seseorang yang ahli dunia (kaya), lalu ia
melirik kepada kekayaannya, maka sepulangnya ke rumah ia membaca firman-Nya:
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu. (Thaha: 131) sampai dengan
firman-Nya: Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Kemudian
ia berkata kepada keluarganya, "Dirikanlah salat, dirikanlah salat, semoga Allah
merahmati kalian!"
وَقَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي
زِيَادٍ القَطَوَاني، حَدَّثَنَا سَيَّار، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ ثَابِتٍ
قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَهُ
خَصَاصَةٌ نَادَى أَهْلَهُ: " يَا أَهْلَاهُ، صَلُّوا، صَلُّوا ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-Qatrani, telah menceritakan
kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Sabit, bahwa
Nabi Saw. apabila mengalami suatu kesusahan, maka beliau menyeru kepada
keluarganya: Hai keluargaku, kerjakanlah salat, kerjakanlah salat oleh
kalian!"
Sabit mengatakan bahwa para nabi itu apabila tertimpa suatu kesusahan, maka
mereka bersegera mengerjakan salat.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Imran ibnu
Zaidah, dari ayahnya, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغ لِعِبَادَتِي أمْلأ صَدْرَكَ غِنًى،
وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ ملأتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ
فَقْرَكَ "
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, tekunilah beribadah kepadaKu, tentu
Aku akan memenuhi rongga dadamu dengan kecukupan dan Aku akan menutupi
kefakiranmu. Jika kamu tidak melakukannya, tentu Aku penuhi dadamu dengan
kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kafakiranmu.
وَرَوَى
ابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ الضَّحَّاكِ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ:
سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ جَعَلَ
الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمّ دُنْيَاهُ.
وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ
فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ "
Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ad-Dahhak, dari Al-Aswad, dari
Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
Barang siapa yang semua kesusahannya hanya satu, yaitu memikirkan kesusahan
di hari kemudian, niscaya Allah akan memberinya kecukupan dalam kesusahan
dunianya. Dan barang siapa kesusahannya bercabang-cabang, hanya memikirkan
susahnya keadaan di dunia, maka Allah tidak mempedulikannya lagi di lembah mana
pun ia binasa.
وَرُوِيَ
أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَر بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانٍ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ كَانَتِ
الدُّنْيَا هَمَّه فرَّق اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ
كَانَتِ الْآخِرَةُ نيَّته، جَمَعَ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ،
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ "
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Umar ibnu Sulaiman, dari
Abdur Rahman ibnu Aban, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang kesusahannya hanya
memikirkan dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan
kefakirannya di depan matanya, serta tiada yang datang dari dunia kepadanya
kecuali hanya apa yang telah ditakdirkan baginya. Dan barang siapa yang
perhatiannya tercurahkan kepada akhiratnya, maka Allah akan menghimpunkan
baginya semua urusannya dan menjadikan kecukupannya di dalam kalbunya, serta
dunia datang kepadanya dalam keadaan terpaksa.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَالْعَاقِبَةُ
لِلتَّقْوَى}
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
(Thaha: 132)
Maksudnya, akibat yang baik di dunia dan akhirat —yaitu surga— hanyalah bagi
orang yang bertakwa kepada Allah. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"
رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ كَأَنَّا فِي دَارِ عُقْبَةَ بْنِ رَافِعٍ وَأَنَّا أُتِينَا
بِرُطَبٍ [مِنْ رُطَبِ] ابْنِ طَابَ، فَأَوَّلْتُ ذَلِكَ أَنَّ الْعَاقِبَةَ لَنَا
فِي الدنيا والرفعة وأن ديننا قد طاب "
Tadi malam aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kita berada di dalam
rumah Uqbah ibnu Rafi', lalu kita disuguhi hidangan buah kurma masak dari
kurmanya Ibnu Tab. Maka aku menakwilkan mimpi itu, bahwa sesungguhnya akibat
yang terpuji dan derajat yang tinggi adalah bagi kita di dunia ini, dan bahwa
agama kita telah masak (sempurna).