Tafsir Surat Maryam, ayat 54-55
{وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا
نَبِيًّا (54) وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ
رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55) }
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk
mengerjakan salat dan menunaikan zakat; dan ia adalah seorang yang diridai di
sisi Tuhannya.
Melalui ayat ini Allah memuji Ismail ibnu Ibrahim a.s. Ismail adalah bapak
moyang orang-orang Arab Hijaz, bahwa dia adalah seorang yang benar janjinya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa tidak sekali-kali Ismail berjanji kepada Tuhannya
sesuatu hal, melainkan dia melaksanakannya. Dengan kata lain, tidak sekali-kali
dia menetapkan suatu nazar akan mengerjakan suatu ibadah kepada Tuhannya,
melainkan ia pasti menunaikannya dan mengerjakannya dengan sempurna.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Haris. bahwa Sahl
ibnu Aqil pernah bercerita kepadanya bahwa Ismail a.s. pernah menjanjikan kepada
seseorang akan bertemu dengannya di suatu tempat. Maka Ismail a.s. datang ke
tempat itu, sedangkan lelaki yang berjanji dengannya tadi lupa kepada janji
Ismail. Maka Ismail tetap berada di tempat itu dan menginap hingga keesokan
harinya. Maka pada keesokan harinya lelaki itu datang dan berkata kepadanya,
"Tidakkah engkau tinggalkan tempat ini?" Ismail menjawab,"Tidak." Lelaki itu
berkata 'Sesungguhnya saya lupa kepada janjimu." Ismail berkata,"Saya tidak akan
meninggalkan tempat ini sebelum kamu datang kepadaku." Yang demikian itulah yang
dimaksud oleh firman-Nya:
{كَانَ
صَادِقَ الْوَعْدِ}
ia adalah seorang yang benar janjinya. (Maryam: 54)
Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail
menunggu di tempat itu selama satu tahun penuh, hingga lelaki tersebut datang
kepadanya. Ibnu Syauzab mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa
Ismail a.s. membuat rumah di tempat tersebut (selama menunggu lelaki yang
berjanji dengannya).
Abu Daud di dalam kitab sunannya dan Abu Bakar Muhammad ibnu Ja'far
Al-Kharaiti di dalam kitabnya Makarimul Akhlak telah meriwayatkan melalui
jalur Ibrahim Ibnu Tahman, dari Abdullah ibnu Maisarah, dari Abdul Karim ibnu
Abdullah ibnu Syaqiq, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Abul Hamsa yang
mengatakan bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi jual beli dengan Rasulullah
Saw.; sebelum beliau diangkat menjadi utusan. Kemudian masih tersisa lagi
sebagian dari piutangnya padaku, maka aku berjanji akan datang kepadanya guna
melunasi utangku di tempat tersebut. Akan tetapi, aku lupa akan janjiku hari itu
dan keesokan harinya lagi. Pada hari yang ketiga aku teringat dan datang ke
tempat tersebut, ternyata beliau masih ada di tempat itu dan bersabda
kepadaku:
"يَا
فَتَى، لَقَدْ شَقَقْتَ عَلَيَّ، أَنَا هَاهُنَا مُنْذُ ثَلَاثٍ
أَنْتَظِرُكَ"
Hai orang muda, sesungguhnya engkau telah memberatkan diriku, saya tetap
menunggumu di tempat ini sejak tiga hari yang lalu.
Lafaz hadis ini menurut Al-Khara'iti, lalu ia mengetengahkan beberapa asar
yang baik mengenai masalah ini.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Mandah Abu Abdullah di dalam kitab
Ma'rifatus Sahabah dengan sanadnya dari Ibrahim Ibnu Tahman, dari Badil
ijbnu Maisarah, dari Abdul Karim dengan sanad yang sama.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya dalam ayat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{صَادِقَ
الْوَعْدِ}
orang yang benar janjinya. (Maryam: 54)
Karena Nabi Ismail pernah berkata kepada ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim:
{سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}
insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar.
(Ash-Shaffat: 102)
Ismail a.s. membenarkan apa yang diucapkan itu. Memenuhi janji merupakan
sifat yang terpuji, sebagaimana mengingkari janji merupakan sifat yang tercela.
Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا
عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2-3)
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ"
Pertanda orang munafik ada tiga, (yaitu): Apabila bicara, dusta;
apabila berjanji, ingkar; dan apabila dipercaya, khianat.
Mengingat apa yang disebutkan di dalam hadis merupakan sifat-sifat orang
munafik, maka orang yang menyandang kebalikan dari sifat-sifat tersebut adalah
orang yang beriman. Karena itulah maka Allah Swt. memuji hamba dan rasul-Nya
(yaitu Nabi Ismail), bahwa dia adalah orang yang benar janjinya. Demikian pula
halnya Rasulullah Saw., beliau adalah orang yang benar janjinya; tidak
sekali-kali beliau menjanjikan sesuatu kepada seseorang, melainkan beliau
menunaikannya kepada orang itu.
Nabi Saw. memuji sikap Abul Ash ibnur Rabi' (suami putrinya) melalui
sabdanya:
"حَدَّثَنِي
فَصَدَقَنِي، وَوَعَدَنِي فَوَفَى لِي"
Dia berbicara kepadaku dan membenarkanku, dan dia berjanji kepadaku dan
dia memenuhinya terhadapku.
Setelah Nabi Saw. wafat, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq berkata, bahwa barang
siapa yang mempunyai suatu janji dari Rasulullah Saw. atau suatu piutang
baginya, hendaklah ia datang kepadaku, maka aku akan menunaikannya. Maka
datanglah Jabir ibnu Abdullah dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw.
pernah berkata kepadanya, "Seandainya telah datang harta dari Bahrain, maka aku
akan memberimu sebanyak anu dan anu," yakni sepenuh kedua telapak tangannya
dalam bentuk uang logam. Ketika harta dari Bahrain tiba, maka Khalifah Abu Bakar
memerintahkan kepada Jabir untuk mengambilnya. Lalu Jabir meraupkan kedua
telapak tangannya, mengambil dari tumpukan harta tersebut. Kemudian Jabir
menghitungnya, ternyata berjumlah lima ratus Dirham. Selanjurnya Khalifah Abu
Bakar memberinya lagi dua kali lipatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَكَانَ
رَسُولا نَبِيًّا}
dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (Maryam: 54)
Makna ayat ini menunjukkan kemuliaan yang dimiliki oleh Ismail melebihi
saudaranya Ishaq, karena Ishaq hanya diberi sifat (predikat) sebagai seorang
nabi saja, sedangkan Ismail berpredikat sebagai nabi dan rasul.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ إِسْمَاعِيلَ ...
" وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ
Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak Ibrahim (Sebagai
orang pilihan-Nya)
Hadis ini menunjukkan kebenaran dari pendapat yang kami kemukakan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَكَانَ
يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ
مَرْضِيًّا}
Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah
seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 55)
Makna ayat ini pun mengandung pujian yang baik dan menggambarkan sifat yang
terpuji, serta pekerti yang benar, mengingat Nabi Ismail adalah orang yang sabar
dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhannya dan juga memerintahkan kepada
keluarganya untuk mengerjakan ketaatan kepada Tuhannya. Perihalnya sama dengan
apa yang difirmankan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw.:
{وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا}
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. (Thaha: 132), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ}
الْآيَةَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Dengan kata lain, perintahkanlah keluarga kalian untuk mengerjakan kebajikan
dan cegahlah mereka dari kemungkaran, dan janganlah kalian biarkan mereka
tersia-sia yang akibatnya mereka akan dimakan oleh api neraka kelak pada hari
kiamat.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رَحِمَ
اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ
أَبَتْ نَضَح فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ
اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ
الْمَاءَ"
Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di malam hari, lalu
salat, dan membangunkan istrinya (untuk salat bersamanya); jika istrinya
menolak, maka ia mencipratkan air ke muka istrinya (agar bangun). Semoga
Allah merahmati seorang wanita yang bangun di tengah malam, lalu salat, dan
membangunkan suaminya (untuk salat); jika suaminya menolak, maka ia
mencipratkan air ke mukanya (agar bangun).
Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Majah.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda:
"إِذَا
اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَصَلَّيَا
رَكْعَتَيْنِ، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتِ"
Apabila seorang lelaki bangun di tengah malam, lalu ia membangunkan
istrinya, kemudian keduanya salat dua rakaat, maka dicatatkan bagi keduanya
(di dalam buku catatan amalnya) termasuk laki-laki dan wanita yang banyak
berzikir kepada Allah.
Hadis yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah,
sedangkan lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Majah.