Tafsir Surat Ar-Ra'd, ayat 27-29
{وَيَقُولُ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ
يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ (27) الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ (28) الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ
وَحُسْنُ مَآبٍ (29) }
Orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda
(Mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya, "
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.
Allah Swt. menceritakan perkataan orang-orang musyrik melalui firman-Nya:
{لَوْلا}
أَيْ: هَلَّا {أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ}
Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat)
dari Tuhannya? (Ar-Ra'd: 27)
Ayat tersebut semakna dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang
lain melalui firman-Nya:
{فَلْيَأْتِنَا
بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ}
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana
rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5)
Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan bukan hanya sekali saja pada
kesempatan yang lalu, bahwa Allah mampu memperkenankan apa yang mereka minta
itu.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah menurunkan wahyu kepada
Rasul-Nya ketika kaumnya meminta beliau mengubah Bukit Safa menjadi emas buat
mereka, dan mengalirkan buat mereka mata air yang berlimpah sumber airnya, serta
menggeserkan bukit-bukit yang ada di sekitar Mekah, lalu menggantikan
kedudukannya menjadi kebun-kebun dan lapangan-lapangan rumput yang hijau, "Jika
kamu suka, hai Muhammad, Aku akan memberi mereka apa yang mereka minta itu.
Tetapi jika mereka tetap kafir (sesudahnya), Aku akan mengazab mereka dengan
azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang pun dari penduduk dunia ini.
Dan jika kamu suka, Aku bukakan atas mereka pintu tobat dan rahmat." Maka
Rasulullah Saw. berkata:
"بَلْ
تَفْتَحُ لَهُمْ بَابَ التَّوْبَةِ وَالرَّحْمَةِ"
Tidak, bukakanlah oleh-Mu pintu tobat dan rahmat buat mereka.
Karena itulah dalam ayat ini Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
قُلْ
إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ
أَنَابَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra'd: 27)
Artinya, Dialah yang menyesatkan dan yang memberi petunjuk, baik Dia
memberikan mukjizat kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang mereka minta ataupun
tidak memperkenankan permintaan mereka; karena sesungguhnya hidayah dan
penyesatan tiada kaitannya dengan keberadaan dan ketiadaan hal tersebut. Di
dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا
تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 101)
{إِنَّ
الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ
كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu,
tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan,
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)
{وَلَوْ
أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا
عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ
اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala
sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman,
kecuali jika Allah menghendaki; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Al-An'am: 111)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ
إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ
أَنَابَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra'd: 27)
Yakni Allah memberikan petunjuk kepada orang yang bertobat dan kembali
kepada-Nya serta memohon pertolongan kepada-Nya dengan berendah diri
kepada-Nya.
{الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ}
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. (Ar-Ra'd: 28)
Maksudnya, hati mereka senang dan tenang berada di sisi Allah, merasa
tenteram dengan mengingat-Nya, dan rela kepada-Nya sebagai Pelindung dan
Penolong(nya). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَلا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Ar-Ra'd: 28)
Ayat di atas bermakna bahwa Allah berhak untuk diingati.
*******************
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ}
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik. (Ar-Ra'd: 29)
Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna tuba
ialah 'gembira dan sejuk hati'. Menurut Ikrimah, artinya 'alangkah nikmatnya
apa yang mereka peroleh'. Menurut Ad-Dahhak, artinya 'ungkapan rasa keinginan
beroleh kenikmatan seperti mereka'. Menurut Ibrahim An-Nakha'i, artinya
'kebaikanlah bagi mereka'.
Qatadah mengatakan bahwa kata ini merupakan kata dari bahasa Arab. Bila
seseorang mengatakan kepada temannya, "Tuba Laka" artinya 'engkau telah
beroleh kebaikan'. Menurut riwayat lain, ia mengatakan bahwa tuba lahum
artinya kebaikanlah bagi mereka.
{وَحُسْنُ
مَآبٍ}
tempat kembali yang baik. (Ar-Ra'd: 29)
Yakni tempat kembali. Semua pendapat yang telah disebutkan di atas pada
prinsipnya sama, tiada pertentangan di antaranya.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
tuba lahum, bahwa tuba adalah nama sebuah taman yang ada di negeri
Habsyah. Sa'id ibnu Masju' mengatakan bahwa tuba adalah nama sebuah taman
yang terletak di India. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari
Ikrimah, bahwa tuba lahum artinya surga (taman). Hal yang sama dikatakan
oleh Mujahid.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setelah Allah menciptakan
surga dan telah merampungkannya, berfirmanlah Dia: Orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik
(Ar-Ra'd: 29) Demikian itu sebagai ungkapan rasa takjub akan
keindahannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ja'far, dari Syahr ibnu Hausyab yang
mengatakan bahwa tuba adalah nama sebuah pohon di dalam surga; semua
pepohonan surga berasal darinya, ranting-rantingnya berasal dari balik tembok
surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Mugis ibnu
Summi, Abi Ishaq As-Subai'i, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang
bukan hanya seorang. Mereka mengatakan bahwa tuba adalah sebuah pohon di
dalam surga, pada tiap-tiap rumah (gedung) surga terdapat ranting yang berasal
darinya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah, Mahasuci lagi
Mahatinggi telah menanamnya sendiri dengan tangan kekuasaan-Nya dari butir
mutiara, lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk menjalar; maka pohon itu
menjalar menurut yang dikehendaki oleh Allah Swt. Dari bawah akarnya memancar
sumber air sungai-sungai surga yang berasa madu, khamr, dan air susu.
Abdullah ibnu Wahb telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Amr
ibnul Haris, bahwa Diraj (yakni Abus Samah) pernah menceritakan kalimat berikut
kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri secara marfu':
"طُوبَى:
شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ مِائَةِ سَنَةٍ، ثياب أهل الجنة تخرج من
أكمامها"
Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga, besarnya santa dengan jarak
perjalanan seratus tahun, pakaian-pakaian ahli surga keluar dari
kuntum-kuntumnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ
لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَرَّاج أَبُو السَّمْحِ، أَنَّ أَبَا الْهَيْثَمِ حَدَّثَهُ،
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ] عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، طُوبَى لِمَنْ رَآكَ وَآمَنَ
بِكَ. قَالَ: "طُوبَى لِمَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى،
ثُمَّ طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِي وَلَمْ يَرَنِي". قَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَمَا طُوبَى؟
قَالَ: "شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ مِائَةِ عَامٍ، ثِيَابُ أَهْلِ
الْجَنَّةِ تَخْرُجُ مِنْ أَكْمَامِهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, bahwa
ia pernah mendengar Abdullah ibnu Lahi'ah mengatakan: Telah menceritakan kepada
kami Diraj (yakni Abus Samah), bahwa Abul Haisam pernah menceritakan kepadanya,
dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw., bahwa ada seorang lelaki
bertanya, "Wahai Rasulullah, tuba (berbahagialah) bagi orang yang
melihatmu dan beriman kepadamu." Rasulullah Saw. bersabda: Berbahagialah bagi
orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Berbahagialah, berbahagialah, dan
berbahagialah bagi orang yang beriman kepadaku dan tidak melihatku. Lelaki
lainnya bertanya kepada Rasulullah Saw., "Apakah yang dimaksud dengan tuba
(berbahagialah) itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sebuah pohon di dalam
surga yang besarnya adalah perjalanan seratus tahun, pakaian ahli surga keluar
dari kuntum (bunga)nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan:
عَنْ
إِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْهِ، عَنْ مُغِيرَةَ الْمَخْزُومِيِّ، عَنْ وَهيب، عَنْ
أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ
فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا"
dari Ishaq Ibnu Rahawaih, dari Mugirah Al-Makhzumi, dari Wuhaib, dari Abu
Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebuah pohon, seorang pengendara
berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum
melampauinya.
Abu Hazim mengatakan bahwa lalu ia mengetengahkan hadis ini kepada An-Nu'man
ibnu Ayyasy Az-Zurqi. Maka ia berkata bahwa telah menceritakan kepadanya Abu
Sa’id Al-Khudri, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"إِنَّ
فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ الجَوَاد المضمَّرَ السَّرِيعَ مِائَةَ
عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا".
Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara kuda
pacuan yang kencang larinya memacu kudanya selama seratus tahun, ia masih belum
dapat melampauinya.
Di dalam kitab Sahih Bukhari:
مِنْ
حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ زُرَيع، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي قَوْلِ
اللَّهِ: {وَظِلٍّ مَمْدُودٍ} [الْوَاقِعَةِ: 30] قَالَ: "فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ
يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا".
melalui hadis Yazid ibnu Zurai', dari Sa'id, dari Qatadah, dari Anas r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) yaitu:
Di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah
naungannya selama seratus tahun tanpa bisa melampauinya.
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيْج، حَدَّثَنَا فُلَيْح، عَنْ هِلَالِ بْنِ
عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فِي الْجَنَّةِ
شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ سَنَةٍ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ
{وَظِلٍّ مَمْدُودٍ}
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah
menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Abdur Rahman ibnu Abu
Amrah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah
naungannya selama seratus tahun masih belum melampauinya. Bacalah oleh kalian
bila kalian suka akan firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas.”
(Al-Waqi'ah: 30)
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab
Shahihain.
Menurut lafaz lain —bagi Imam Ahmad— disebutkan pula bahwa:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَحَجَّاجٌ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ أَبَا
الضَّحَّاكِ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ
الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا سَبْعِينَ -أَوْ: مِائَةَ -سَنَةٍ هِيَ شَجَرَةُ
الْخُلْدِ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Hajjaj; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar
Abu Dalihak menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang
pengendara berjalan di bawah naungannya selama tujuh puluh — atau seratus
tahun—. ia adalah pohon Khuldi.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا، قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَذَكَرَ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى، قَالَ: "يَسِيرُ فِي ظِلِّ الْفَنَنِ مِنْهَا
الرَّاكِبُ مِائَةَ سَنَةٍ -أَوْ: قَالَ-: يَسْتَظِلُّ فِي الْفَنَنِ مِنْهَا
مِائَةُ رَاكِبٍ، فِيهَا فِرَاشُ الذَّهَبِ، كَأَنَّ ثَمَرَهَا
القلال".
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz
Zubair, dari ayahnya, dari Asma binti Abu Bakar r.a. yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang Sidratul Muntaha,
lalu Rasulullah Saw. bersabda: Seorang pengendara berjalan di bawah
naungan salah satu tangkainya selama seratus tahun —atau bernaung di bawah
sebuah rantingnya seratus orang pengendara—, padanya terdapat kupu-kupu emas,
buahnya seakan-akan sebesar gentong.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Turmuzi.
وَقَالَ
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يُوسُفَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي
كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا انْطُلِقَ بِهِ إِلَى
طُوبَى، فَتُفْتَحُ لَهُ أَكْمَامُهَا، فَيَأْخُذُ مِنْ أَيِّ ذَلِكَ شَاءَ، إِنْ
شَاءَ أَبْيَضَ، وَإِنْ شَاءَ أَحْمَرَ، وَإِنْ شَاءَ أَصْفَرَ، وَإِنْ شَاءَ
أَسْوَدَ، مِثْلُ شَقَائِقِ النُّعْمَانِ وَأَرَقُّ وَأَحْسَنُ".
Ismail ibnu Ayyasy meriwayatkan dari Sa’id ibnu Yusuf, dari Yahya ibnu Abu
Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu
Umamah Al-Bahili mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: tiada
seorang pun di antara kalian masuk surga melainkan pergi ke pohon Tuba. Maka
dibukakan baginya kuntum-kuntumnya, dan ia mengambil darinya pakaian yang
disukainya. Jika ia suka warna putih, mengambil warna putih; jika ia suka warna
merah, mengambil warna merah; jika ia suka warna kuning, mengambil warna kuning;
dan jika suka warna hitam, mengambil warna hitam; warna-warninya seperti bunga
syaqaiqun nu'man dan lebih lembut lagi lebih indah.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuSaur, dari
Ma'mar, dari Asy'as ibnu Abdullah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa tuba adalah sebuah pohon di dalam surga. Allah
berfirman kepadanya, "Mekarkanlah kuntum-kuntummu buat hamba-Ku untuk memenuhi
apa yang dikehendakinya!" Maka (bunga) pohon itu mekar untuk hamba yang dimaksud
dengan mengeluarkan kuda lengkap dengan pelana dan kendalinya, unta berikut
semua perlengkapannya, dan segala rupa pakaian yang disukainya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih dalam bab ini sebuah
asar yang garib lagi aneh. Wahb rahimahullah mengatakan bahwa
sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang disebut tuba,
seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun tanpa
bisa melewatinya. Bunga-bunganya adalah pakaian, dedaunannya adalah selimut,
ranting-rantingnya adalah 'anbar, lembah tempatnya adalah yaqut,
tanahnya adalah kafur, dan lumpurnya adalah misik (minyak
kesturi). Dari akarnya keluar sungai khamr, sungai susu, dan sungai madu. Pohon
ini merupakan majelis ahli surga. Ketika mereka sedang berada di majelisnya,
tiba-tiba malaikat suruhan Tuhan mereka datang kepada mereka seraya menuntun
unta-unta yang diberi kendali rantai emas. Keindahan kepala unta-unta itu
bagaikan pelita, bulunya sangat lembut seperti sutera Mar'uzi. Di atas punggung
unta-unta itu terdapat haudaj yang papannya terbuat dari batu yaqut,
sandarannya terbuat dari emas, sedangkan kain penutupnya terbuat dari kain
sutera tebal dan tipis. Lalu para malaikat itu membuka haudaj (tandu)
yang ada di atas punggung unta-unta itu, lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhan
kalian telah mengutus kami kepada kalian untuk membawa kalian mengunjungi-Nya
dan mengucapkan salam penghormatan kepada-Nya." Maka semua ahli surga
menaikinya, jalannya lebih cepat daripada burung terbang dan lebih pelan
daripada kupu-kupu; unta itu tidak sulit dikendarai. Seseorang berjalan
berdampingan dengan saudaranya seraya berbincang-bincang dengannya, sedangkan
pinggir haudaj masing-masing tidak mengenai yang lainnya; dan tiada suatu
unta pun yang duduk berlutut di tempat unta lainnya, sehingga pepohonan menjauh
dari jalan yang dilalui oleh mereka agar tidak memisahkan antara seseorang
dengan saudaranya. Lalu mereka datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang, dan Allah membukakan hijab diri-Nya kepada mereka sehingga
mereka dapat melihat Zat Allah Yang Mahamulia. Apabila mereka telah melihat-Nya,
maka berkatalah mereka, "Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dari Engkaulah
bersumbernya kesejahteraan, dan sifat keagungan dan kemuliaan hanyalah layak
bagi-Mu." Maka pada saat itu juga Allah berfirman, "Akulah Yang Mahasejahtera,
dari Aku-lah kesejahteraan, dan kalian berhak mendapat rahmat dan kasih-Ku.
Selamat datang kepada hamba-hamba-Ku yang takut kepada-Ku tanpa melihat-Ku dan
taat kepada perintah-Ku." Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, kami masih belum
menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenarnya, dan kami masih belum
menghargai Engkau dengan penghargaan yang sebenarnya. Maka izinkanlah kami untuk
bersujud di bawah telapak kaki kekuasaan-Mu." Allah berfirman, "Sesungguhnya
sekarang ini bukanlah tempat kelelahan, bukan pula tempat untuk ibadah, tetapi
sekarang adalah tempat kesenangan dan kenikmatan. Sesungguhnya Aku telah
melenyapkan dari kalian kepayahan beribadah, maka mintalah kepada-Ku semua yang
kalian kehendaki, karena sesungguhnya masing-masing orang dari kalian mempunyai
keinginannya sendiri." Lalu mereka meminta kepada Allah Swt. sehingga orang yang
paling pendek keinginannya mengatakan, "Wahai Tuhanku, ahli dunia telah bersaing
dalam dunia mereka sehingga mereka saling berebutan untuk mendapatkannya. Wahai
Tuhanku, maka berikanlah kepadaku semisal segala sesuatu yang mereka miliki
sejak Engkau menciptakan dunia hingga dunia berakhir." Allah Swt. berfirman,
"Sesungguhnya keinginanmu amatlah pendek, dan sesungguhnya engkau telah meminta
sesuatu yang berada di bawah kedudukanmu. Sekarang inilah dari-Ku untukmu,
karena sesungguhnya tiada kepayahan dalam pemberian-Ku, tiada pula yang
terlarang." Kemudian Allah Swt. berfirman, "Tawarkanlah kepada hamba-hamba-Ku
segala sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh angan-angan mereka dan tidak pula
terdetik dalam kalbu mereka." Maka ditampakkanlah hal itu kepada mereka sehingga
angan-angan mereka tidak dapat menjangkaunya. Di antara yang ditawarkan kepada
mereka ialah kuda-kuda yang bertanduk, di atas empat ekor darinya terdapat dipan
dari yaqut, dan pada tiap dipan terdapat kubah emas yang terbuka. Pada tiap-tiap
kubah terdapat kupu-kupu emas yang beterbangan. Di dalam tiap kubah itu juga
terdapat dua pelayan bidadari yang bermata jelita. Masing-masing bidadari
memakai pakaian dua lapis, yaitu pakaian surga; tiada suatu warna pun yang ada
di dalam surga melainkan ada pada warna pakaian itu, dan tiada suatu wewangian
pun melainkan tercium dari kedua pakaian itu. Cahaya wajah kedua bidadari itu
dapat menembus ketebalan kubah sehingga orang yang melihatnya menduga bahwa
keduanya berada di bagian luar kubah. Tulang sumsumnya dapat terlihat dari
bagian luar betisnya, seperti kabel putih yang ada di dalam batu yaqut merah.
Kedua bidadari memandang keutamaan yang dimiliki oleh majikannya sama dengan
keutamaan matahari atas batu, atau bahkan lebih utama lagi. Majikan pun
memandang hal yang sama kepada keutamaan yang dimiliki oleh kedua bidadari
tersebut. Kemudian ia masuk menemui keduanya. Maka keduanya memberikan
penghormatan kepadanya, lalu merangkulnya serta menempel kepadanya seraya
berkata, "Demi Allah, kami tidak menduga bahwa Allah menciptakan makhluk seperti
engkau." Kemudian Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa mereka. Maka
para malaikat berjalan bersama mereka membentuk saf ke dalam surga, sehingga
masing-masing orang dari ahli surga sampai ke tempat tinggal yang telah
disediakan untuknya.
Asar ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya, dari Wahb
ibnu Munabbih.
Di dalam riwayatnya ditambahkan, "Lihatlah karunia Tuhan kalian yang
diberikan kepada kalian!" Tiba-tiba terlihatlah kubah-kubah di Rafiqul A’la dan
gedung-gedung yang dibangun dari permata dan marjan, pintu-pintunya dari emas,
dipan-dipannya dari yaqut, hamparan-hamparannya dari kain sutera tebal dan
tipis, mimbar-mimbarnya dari nur yang cahayanya memancar dari
pintu-pintunya, dan halamannya dari nur seperti cahaya matahari,
sedangkan mimbar yang ada padanya seperti bintang gemerlapan yang ada di siang
hari. Tiba-tiba tampaklah gedung yang tinggi-tinggi berada di surga yang
tertinggi terbuat dari yaqut yang cahayanya sangat cemerlang. Seandainya tidak
ditundukkan (untuk dapat dilihat), niscaya pandangan mata tidak akan dapat
melihatnya (karena silaunya). Bagian gedung-gedung itu yang terbuat dari yaqut
putih dihampari dengan sutera putih, bagian yang terbuat dari yaqut merah
dihampari dengan kain sutera merah, bagian yang terbuat dari yaqut hijau
dihampari dengan kain sutera hijau, dan bagian yang terbuat dari yaqut kuning
dihampari dengan kain sutera kuning. Gedung-gedung itu semua pintunya terbuat
dari zamrud hijau, emas merah, dan perak putih. Tiang-tiang dan sudut-sudutnya
dari permata, jendela-jendelanya berbentuk kubah yang terbuat dari mutiara, dan
menara-menaranya bertingkat-tingkat terbuat dari marjan. Setelah mereka
berangkat menuju tempat yang diberikan oleh Tuhan mereka, maka disodorkan kepada
mereka kuda-kuda yang tubuhnya dari yaqut putih —tetapi ditiupkan roh ke dalam
tubuhnya (sehingga hidup)— didampingi oleh pelayan yang terdiri atas anak-anak
muda yang tetap muda. Tangan masing-masing anak memegang pemacu kuda-kuda itu,
tali kendali serta cocok hidungnya terbuat dari perak putih yang dihiasi dengan
mutiara dan yaqut, sedangkan pelananya bagaikan dipan-dipan yang bertahtakan
emas dan permata serta dilapisi dengan kain sutera yang tebal dan yang tipis.
Kemudian kuda-kuda itu berangkat membawa mereka berpesiar di tengah-tengah taman
surga. Setelah mereka sampai di tempatnya masing-masing, mereka menjumpai para
malaikat sedang duduk di atas mimbar-mimbar nur menunggu mereka dengan
maksud mengunjungi mereka, menyalami mereka, dan mengucapkan selamat kepada
mereka sebagai penghormatan buat mereka dari Tuhan mereka. Setelah mereka
memasuki gedung-gedung mereka, di dalamnya mereka menjumpai semua yang mereka
inginkan, semua yang mereka minta, dan semua yang mereka angan-angankan.
Tiba-tiba pada pintu tiap gedung tersebut terdapat empat taman, dua di antaranya
mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan, sedangkan dua lainnya kelihatan berwarna
hijau tua; di dalam kedua taman itu terdapat dua buah mata air yang mengalir,
segala macam buah-buahan yang berpasangan, serta bidadari-bidadari yang dipingit
di dalam kemahnya masing-masing. Setelah mereka menempati tempatnya
masing-masing, maka Allah Swt. berfirman kepada mereka, "Apakah kalian telah
menjumpai apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian dengan sebenarnya?" Mereka
menjawab, "Ya, wahai Tuhan kami." Allah berfirman, "Apakah kalian puas dengan
pahala Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, kami telah puas, maka
ridailah kami." Allah Swt. berfirman, "Berkat rida-Ku kepada kalian, Aku
tempatkan kalian di rumah-Ku dan kalian dapat melihat Zat-Ku, serta para
malaikat-Ku menyalami kalian. Maka selamat, selamatlah bagi kalian." sebagai
karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud: 108) Yakni tiada terhenti dan tiada
yang terlarang. Maka pada saat itu juga mereka mengatakan, "Segala puji bagi
Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami dan memasukkan kami ke tempat
tinggal yang kekal berkat karunia-Nya. Di dalamnya kami tidak lagi mengalami
kepayahan, tidak pula mengalami lesu. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
Konteks asar ini garib lagi ajaib, tetapi sebagian darinya mempunyai
syahid (bukti) yang menguatkannya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman kepada
lelaki yang paling akhir masuk surga, "Mintailah!" Lalu lelaki itu meminta; dan
setelah permintaannya habis, Allah Swt. berfirman, "Mintalah anu dan mintalah
anu," sambil mengingatkannya. Kemudian Allah berfirman, "Hal seperti itu dan
sepuluh kali lipatnya adalah untukmu."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis melalui Abu Zar,
dari Rasulullah Saw., dari Allah Swt.:
يَا
عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، قَامُوا
فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ،
مَا نَقَصَ ذَلِكَ من ملكي شيئا، إلا كما ينقص المخيط إِذَا أُدْخِلَ فِي
الْبَحْرِ"، الْحَدِيثَ بِطُولِهِ.
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama dari kalian dan orang
yang terakhir dari kalian —dari kalangan manusia dan jin— berdiri di suatu tanah
lapang, lalu mereka meminta kepadaKu dan Aku berikan kepada setiap orang apa
yang dimintanya, hal tersebut tiada mengurangi milik-Ku barang sedikit pun,
melainkan sebagaimana berkurangnya lautan apabila dimasukkan sebuah jarum ke
dalamnya. hingga akhir hadis.
Khalid ibnu Ma'dan mengatakan, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah
pohon yang dikenal dengan nama Tuba. Pohon itu mempunyai susu, semua
anak-anak ahli surga menyusu darinya. Dan sesungguhnya kandungan yang gugur dari
seorang wanita kelak berada di salah satu dari sungai surga, ia hidup di
dalamnya hingga hari kiamat nanti; maka ia dibangkitkan dalam rupa seorang anak
yang berumur empat puluh tahun." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu
Hatim.