Tafsir Surat Al-Kahfi, ayat 45-46
{وَاضْرِبْ
لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ
فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ
وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45) الْمَالُ وَالْبَنُونَ
زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ
رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا (46) }
Dan berilah perumpamaan kepada mereka
(manusia), kehidupan dunia sebagai air
hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya
tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan
diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
{وَاضْرِبْ مَثَلَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia.
(Al-Kahfi: 45)
tentang kefanaannya, bahwa dunia itu pasti lenyap dan habis masanya.
{كَمَاءٍ
أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ}
sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur
karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. (Al-Kahfi: 45)
Maksudnya, biji-bijian yang ditanam padanya menjadi subur dan tumbuh dengan
pesat, berbunga, bercahaya serta hijau segar. Sesudah itu semua disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَأَصْبَحَ
هَشِيمًا تَذْرُوهُ
الرِّيَاحُ}
Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin.
(Al-Kahfi: 45)
Yakni kering kerontang berhamburan tertiup oleh angin ke segala arah.
{وَكَانَ
اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}
Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Artinya, Dia mampu menciptakan keadaan seperti itu dan membuat perumpamaan
seperti itu. Sering sekali Allah Swt. membuat perumpamaan seperti itu untuk
kehidupan dunia, seperti apa yang disebutkan-Nya dalam surat Yunus melalui
firman-Nya:
{إِنَّمَا
مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ
بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ
الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ} الْآيَةَ
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang di makan manusia dan
binatang ternak. (Yunus: 24), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt. dalam surat Az-Zumar, yaitu:
{أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي
الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي
الألْبَابِ}
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air
dari langit. Maka diaturnya menjadi sumber-sumber di bumi, kemudian
ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya.
(Az-Zumar: 21), hingga akhir ayat.
Dalam surat Al-Hadid disebutkan oleh firman-Nya:
{اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ
نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي
الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kalian serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid : 20), hingga akhir
ayat.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"الدُّنْيَا
حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ"
Dunia itu adalah hijau lagi manis.
*******************
Firman Allah Swt.:
{الْمَالُ
وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Al-Kahfi:
46)
Sama halnya dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain yang disebutkan
melalui firman-Nya:
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ
حُسْنُ الْمَآبِ}
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas. (Ali Imran: 14), hingga akhir ayat.
{إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ}
Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi
kalian); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15)
Dengan kata lain, kembali kepada Allah dan menyibukkan diri dengan beribadah
kepada-Nya adalah lebih baik bagi kalian daripada menyibukkan diri dengan
hal-hal tersebut, menghimpun dunia (harta), serta merasa khawatir yang
berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا}
Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)
Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, serta lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf
yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus
salihatu ialah salat lima waktu.
Ata ibnu Abu Rabah dan Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihat ialah ucapan:
سُبْحَانَ
اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ
Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan selain
Allah, dan Allah Mahabesar.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan ketika
ditanya mengenai makna al-baqiyah ini, maka ia menjawab bahwa hal itu
adalah ucapan:
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لله، وَاللَّهُ أَكْبَرُ،
وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Mahasuci Allah, dan segala puji bagi
Allah, dan Allah Mahabesar, dan tidak ada upaya (untuk menghindari
kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali
hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.
Hal ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَيْوَة، أَنْبَأَنَا أَبُو
عَقِيلٍ، أَنَّهُ سَمِعَ الْحَارِثَ مَوْلَى عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
يَقُولُ: جَلَسَ عُثْمَانُ يَوْمًا وَجَلَسْنَا مَعَهُ، فَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ،
فَدَعَا بِمَاءٍ فِي إِنَاءٍ، أَظُنُّهُ أَنَّهُ سَيَكُونُ فِيهِ مُد، فَتَوَضَّأَ
ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَتَوَضَّأُ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ قَالَ: "مَنْ تَوَضَّأَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ
قَامَ فَصَلَّى صَلَاةَ الظُّهْرِ، غُفر لَهُ مَا كَانَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
الصُّبْحِ، ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيَّنَهَا وَبَيْنَ الظُّهْرِ،
ثُمَّ صَلَّى الْمَغْرِبَ غُفر لَهُ مَا بَيَّنَهَا وَبَيْنَ الْعَصْرِ، ثُمَّ
صَلَّى العشاء غُفر له ما
بَيْنَهَا
وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ، ثُمَّ لَعَلَّهُ يَبِيتُ يَتَمَرَّغُ لَيْلَتَهُ، ثُمَّ إِنْ
قَامَ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى صَلَاةَ الصبح، غُفر له ما بينها وبين صلاة الْعِشَاءِ
وَهِيَ الْحَسَنَاتُ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ" قَالُوا: هَذِهِ الْحَسَنَاتُ فَمَا
الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتُ يَا عُثْمَانُ؟ قَالَ: هِيَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، والحمد لله، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا
قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Muqri, telah menceritakan
kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, bahwa ia pernah
mendengar Al-Haris (bekas budak Usman r.a.) mengatakan, "Pada suatu hari Usman
duduk di suatu majelis, dan kami pun duduk bersamanya. Maka datanglah juru azan
kepadanya (memberitahukan masuknya waktu salat), lalu ia meminta air dalam
sebuah wadah —menurutku jumlah air tersebut kurang lebih satu mud
banyaknya—, kemudian dipakainya untuk wudu. Sesudah itu ia berkata, 'Saya
pernah melihat Rasulullah Saw. melakukan wudu seperti wuduku ini (yang
kuperagakan kepada kalian),' lalu beliau Saw. bersabda: 'Barang siapa
melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian ia berdiri dan salat Lohor, maka
diampuni baginya semua dosa yang ada, antara salat Lohor dan salat Subuhnya.
Kemudian bila ia salat Asar, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara
salat Asar dan salat Lohornya. Kemudian bila ia salat Magrib, maka diampuni
baginya semua dosa yang ada antara salat Magrib dan salat Asarnya. Kemudian bila
ia salat Isya, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Magrib dan
salat Isyanya. Kemudian barangkali ia tidur di malam harinya, lalu bangun di
pagi hari dan melakukan wudu dan salat Subuh, maka diampuni baginya semua dosa
yang ada antara salat Isya dan salat Subuhnya. Semuanya itu adalah
kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan keburukan-keburukan (dosa-dosa).
Orang-orang bertanya, 'Ini adalah kebaikan-kebaikan. Maka apakah yang dimaksud
dengan al-baqiyatus salihat, hai Usman?' Usman menjawab bahwa yang
dimaksud dengannya ialah kalimah: 'Tidak ada Tuhan selain Allah, Mahasuci
Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar, tidak ada upaya (untuk
menjauhkan diri dari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk
mengerjakan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang
Mahatinggi lagi Mahaagung.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid
(menyendiri).
وَرَوَى
مَالِكٌ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيَّادٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيَّبِ قَالَ: "الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ" سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا
قُوَّةَ إِلَّا بَاللَّهِ.
Malik telah meriwayatkan dari Imarah ibnu Abdullah ibnu Shayyad, dari Sa'id
ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa al-baqiyatus salihat adalah kalimah:
Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah
Mahabesar; dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan
(pertolongan) Allah.
Muhammad ibnu Ajlan telah meriwayatkan dari Imarah, "Sa'id ibnul Musayyab
pernah bertanya kepadaku tentang makna al-baqiyatus salihat, maka aku
menjawab, 'Salat dan saum.' Sa'id ibnul Musayyab berkata, 'Jawabanmu tidak
tepat.' Aku berkata, 'Zakat dan haji.' Sa'id ibnul Musayyab berkata, 'Jawabanmu
masih kurang tepat juga, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengannya adalah lima
buah kalimat,' yaitu:
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.
Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, segala puji
bagi Allah, dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan
(pertolongan) Allah'.”
وَقَالَ
ابْنُ جُرَيْجٍ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم، عَنْ
نَافِعٍ عَنْ سَرْجس، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أنه سأل ابن عمر عن: {الْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ} قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ
اللَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.
Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Usman ibnu
Khaisam, dari Nafi' ibnu Sarjis; ia pernah menceritakan kepadanya bahwa ia
bertanya kepada Ibnu Umar tentang apa yang dimaksud dengan istilah
al-baqiyatus salihat. Maka Ibnu Umar r.a. menjawab: Tidak ada Tuhan
selain Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, dan tidak ada daya serta tidak
ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.
Ibnu Juraij dan Ata ibnu Abu Rabah mengatakan pula hal yang serupa dengan
itu.
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihat ialah
ucapan:
سُبْحَانَ
اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ
Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan
Allah Mahabesar.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan firman-Nya: tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh. (Al-Kahfi: 46) Bahwa yang dimaksud dengannya ialah ucapan:
Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah, dan
Mahasuci Allah.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: وَجَدْتُ فِي كِتَابِي عَنِ الْحَسَنِ بْنِ الصَّبَاحِ الْبَزَّارِ،
عَنْ أَبِي نَصْرٍ التَّمَّارِ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ، منَ الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ"
Ibnu Jarir mengatakan, "Saya menjumpai di dalam kitab saya sebuah hadis dari
Al-Hasan ibnus Sabbah Al-Bazzar, dari Abu Nasr At-Tammar, dari Abdul Aziz ibnu
Muslim, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mahasuci
Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah
Mahabesar; semuanya itu adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh'.”
وَحَدَّثَنِي
يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ أَنَّ
دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحِ حَدّثه، عَنِ ابْنِ الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "اسْتَكْثِرُوا مِنَ
الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ". قِيلَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"الْمِلَّةُ". قِيلَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "التَّكْبِيرُ،
وَالتَّهْلِيلُ، وَالتَّسْبِيحُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللَّهِ".
Telah menceritakan pula kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Darij (yaitu Abus
Samah) pernah menceritakan kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Perbanyaklah oleh kalian amalan-amalan yang
kekal lagi saleh.” Ketika ditanyakan, "Apakah yang dimaksud dengannya,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, "Al-millah (agama).” Ditanyakan
lagi, "Apakah yang dimaksud dengannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw.
bersabda, "Takbir (Allah Mahabesar), tahlil (tidak ada Tuhan
selain Allah), tasbih (Mahasuci Allah), dan segala puji bagi Allah
serta tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan)
Allah.”
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini melalui riwayat Darij dengan sanad
yang sama.
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Abdullah
ibnu Abdur Rahman (pelayan Salim ibnu Abdullah) telah menceritakan kepadanya
bahwa Salim pernah mengutusnya kepada Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi untuk suatu
keperluan. Salim berpesan, "Sampaikanlah kepadanya, hendaknya dia menemuiku di
pinggir kuburan ini, karena aku mempunyai suatu keperluan dengannya." Maka
keduanya bertemu dan salah seorang mengucapkan salam kepada yang lainnya,
kemudian Salim berkata kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu makna al-baqiyatus
salihat?' Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menjawab, "Tidak ada Tuhan selain
Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, dan tidak ada daya serta tidak ada
kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah." Salim berkata kepada Ibnu Ka'b,
"Sejak kapan engkau jadikan kalimah 'La Haula Wala Ouwwata lila Billah'
ke dalam al-baqiyatus sdlihat?' Ibnu Ka' b menjawab, "Saya selalu
menggabungkannya ke dalamnya." Salim terus menanyainya sebanyak dua atau tiga
kali, tetapi Ibnu Ka'b tetap teguh dengan pendiriannya. Akhirnya Ibnu Ka'b
berkata, "Kamu memprotes?" Salim menjawab, "Ya, saya memprotes, karena
sesungguhnya saya pernah mendengar Abu Ayyub Al-Ansari menceritakan hadis
berikut, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"عُرِجَ
بِي إِلَى السَّمَاءِ فَأُرِيتُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا
جِبْرِيلُ مَنْ هَذَا مَعَكَ؟ فَقَالَ: مُحَمَّدٌ فَرَحَّبَ بِي وسَهَّل، ثُمَّ
قَالَ: مُرْ أُمَّتَكَ فَلْتُكْثِرْ مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ، فَإِنَّ تُرْبَتَهَا
طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. فَقُلْتُ: وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: لَا
حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ"
Aku dinaikkan ke langit, dan di langit aku melihat Ibrahim a.s. Maka
Ibrahim bertanya, 'Hai Jibril, siapakah orang yang bersamamu ini?' Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Maka Ibrahim menyambut kedatanganku dengan sambutan yang
gembira lagi hangat. Kemudian Ibrahim berkata, 'Perintahkanlah kepada umatmu
agar mereka memperbanyak tanaman surga, karena sesungguhnya surga itu tanahnya
wangi dan buminya luas sekali.' Aku bertanya, 'Apakah tanaman surga itu?'
Ibrahim menjawab: Tidak ada daya (untuk menghindarkan diri dari
kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali
dengan (pertolongan)Allah'."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنِ الْعَوَّامِ،
حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، مِنْ آلِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، قَالَ:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَحْنُ فِي
الْمَسْجِدِ بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ، فَرَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ
خَفَضَ، حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ فِي السَّمَاءِ شَيْءٌ، ثُمَّ قَالَ:
"أَمَّا إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ، يَكْذِبُونَ وَيَظْلِمُونَ، فَمَنْ
صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَمَالَأَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَا
أَنَا مِنْهُ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُمَالِئْهُمْ فَهُوَ
مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ. أَلَا وَإِنَّ "سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ هُنّ الْبَاقِيَاتِ
الصَّالِحَاتُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid
dari Al-Awwam, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan Ansar
dari kalangan keluarga An-Nu’man ibnu Basyir yang menceritakan, "Rasulullah Saw.
keluar dari rumah menemui kami saat kami berada di masjid sesudah salat Isya,
maka beliau menengadahkan pandangannya ke arah langit, lalu menundukkannya,
sehingga kami menduga bahwa telah terjadi sesuatu di langit. Kemudian beliau
bersabda: 'Ingatlah, sesungguhnya kelak sesudahku akan ada para amir
(pemimpin) yang gemar berdusta dan zalim; maka barang siapa yang percaya
kepada kedustaan mereka dan memihak mereka dalam kezalimannya, dia bukan
termasuk golonganku dan aku bukan termasuk golongannya. Dan barang siapa yang
tidak mempercayai kedustaan mereka serta tidak membantu kezaliman mereka, dia
adalah termasuk golonganku, dan aku termasuk golongannya. Ingatlah, sesungguhnya
ucapan 'Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah,
dan Allah Mahabesar' adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh
(baik)'.”
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبَانٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ [عَنْ] مَوْلًى لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم]
قال: "بَخٍ بَخٍ لِخَمْسٍ مَا أَثْقَلَهُنَّ فِي الْمِيزَانِ: لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ يُتَوَفَّى فَيَحْتَسِبُهُ وَالِدُهُ". وَقَالَ: "بَخٍ بَخٍ
لِخَمْسٍ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ مُسْتَيْقِنًا بِهِنَّ، دَخَلَ الْجَنَّةَ: يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَبِالْجَنَّةِ وَبِالنَّارِ، وَبِالْبَعْثِ
بَعْدَ الْمَوْتِ، وَبِالْحِسَابِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu»Abu
Kasir, dari Zaid, dari Abu Salam, dari seorang maula (bekas budak) Rasulullah
Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Lima hal yang amat menguntungkan
lagi membuat neraca amal perbuatan bertambah sangat berat (dengan amal
kebaikan), yaitu ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar,
Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah " serta anak saleh yang meninggal
dunia, lalu orang tuanya merelakannya demi karena Allah. Rasulullah Saw.
bersabda pula: Lima hal yang amat menguntungkan, yaitu barang siapa yang
menghadap kepada Allah dalam keadaan meyakininya, pasti masuk surga; beriman
kepada Allah dan hari kemudian, beriman kepada adanya surga dan neraka, serta
hari berbangkit sesudah mati dan hari perhitungan (amal perbuatan).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ حَسَّانَ
بْنِ عَطِيَّةَ قَالَ: كَانَ شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، [فِي
سَفَرٍ] فَنَزَلَ مَنْزِلًا فَقَالَ لِغُلَامِهِ: "ائْتِنَا بالشَّفرة نَعْبَثْ
بِهَا". فَأَنْكَرْتُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: مَا تَكَلَّمْتُ بِكَلِمَةٍ مُنْذُ
أَسْلَمْتُ إِلَّا وَأَنَا أَخْطِمُهَا وَأَزُمُّهَا غَيْرَ كَلِمَتِي هَذِهِ.
فَلَا تَحْفَظُوهَا عَلَيَّ وَاحْفَظُوا مَا أَقُولُ لَكُمْ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِذَا كَنَزَ النَّاسُ
الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ فَاكْنِزُوا هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ: اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ،
وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ
قَلْبًا سَلِيمًا، وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا، وَأَسْأَلُكَ مِنْ
خير
مَا
تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا
تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah
menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Hassan ibnu Atiyyah yang mengatakan,
"Syaddad ibnu Aus r.a. berada dalam suatu perjalanan, lalu ia turun istirahat
di suatu tempat, dan berkata kepada pelayannya, 'Hidangkanlah makanan perbekalan
kita, untuk kita sia-siakan.' Maka saya memprotesnya, dan ia berkata, 'Tidak
sekali-kali aku mengucapkan suatu kalimat sejak saat masuk Islam melainkan saya
kendalikan dan saya pikirkan terlebih dahulu selain dari kata-kataku ini. Maka
janganlah kalian menganggapnya, tetapi saya minta kalian menghafal baik-baik apa
yang akan saya katakan kepada kalian ini. Saya pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: 'Apabila manusia menimbun emas dan perak, maka timbunlah
(pahala) membaca kalimah-kalimah berikut oleh kalian, yaitu: "Ya Allah,
sesungguhnya saya memohon keteguhan dalam urusan ini (agama Islam) dan
tekad yang kuat untuk menempuh jalan petunjuk, dan saya memohon kepada-Mu
mensyukuri nikmat-Mu, dan saya memohon kepada-Mu kebaikan dalam menyembah-Mu,
dan saya memohon kepada-Mu hati yang sejahtera, dan memohon kepada-Mu lisan yang
benar, dan saya memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau ketahui, serta saya
berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang Engkau ketahui, dan saya memohon
ampunan kepada-Mu terhadap semua dosa(ku) yang Engkau ketahui, sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui semua yang gaib'.”
Kemudian hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai melalui jalur lain dari
Syaddad dengan sanad yang semisal.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Najiyah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Aufi, telah
menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Husain,
dari Yunus ibnu Nafi' Al-Jadali, dari Sa'd ibnu Junadah r.a. yang mengatakan,
"Saya termasuk orang pertama dari kalangan penduduk Taif yang datang kepada
Nabi Saw. Saya berangkat menempuh jalan dataran tinggi Taif, yaitu dari
As-Surrah, di pagi hari. Sampai di Mina pada waktu asar, lalu saya mendaki jalan
perbukitan dan kemudian turun, lalu datang menemui Nabi Saw. dan saya masuk
Islam. Nabi Saw. mengajari saya Firman Allah Swt.: Katakanlah, "Dialah Allah
Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas: 1) Maksudnya surat Al-Ikhlas, juga surat
Az-Zalzalah. Nabi Saw. mengajari saya kalimah-kalimah berikut: Mahasuci
Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah
Mahabesar. Kemudian beliau bersabda, 'Itulah amalan-amalan yang kekal
lagi saleh'."
Dengan sanad yang sama dalam hadis lain disebutkan seperti berikut:
"مَنْ
قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَتَوَضَّأَ وَمَضْمَضَ فَاهُ، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَ
اللَّهِ مِائَةَ مَرَّةٍ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ مِائَةَ مَرَّةٍ، وَاللَّهِ أَكْبَرُ
مِائَةَ مَرَّةٍ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِائَةَ مَرَّةٍ، غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ
إِلَّا الدِّمَاءَ فَإِنَّهَا لَا تُبْطَلُ"
Barang siapa yang bangun di waktu malam hari, lalu berwudu dan berkumur
(membersihkan) mulutnya, kemudian mengucapkan "Mahasuci Allah" sebanyak
seratus kali; dan "Segala puji bagi Allah " sebanyak seratus kali, "Allah Maha
Besar " sebanyak seratus kali.”Tidak ada Tuhan selain Allah" sebanyak seratus
kali, maka diampunilah dosa-dosanya kecuali yang berkaitan dengan masalah darah
(dosa membunuh), karena sesungguhnya dosa membunuh itu tidak
terhapuskan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh. (Al-Kahfi:
46) Bahwa yang dimaksud dengannya ialah zikrullah (zikir kepada Allah), yaitu
ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, segala
puji bagi Allah, Mahasuci Allah, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali
dengan (pertolongan) Allah, istigfar, dan salawat untuk Rasulullah, serta saum
(puasa), haji, sedekah, memerdekakan budak, jihad, silaturahmi, dan semua amal
kebaikan. Semua itu adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh, yaitu
amalan-amalan yang mengekalkan pelakunya di dalam surga selama masih ada bumi
dan langit (yakni untuk selama-lamanya).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan
al-baqiyatus salihat ialah kalam yang baik.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan
al-baqiyatus salihat ialah seluruh amal-amal saleh. Pendapat ini dipilih
oleh Ibnu Jarir.