Tafsir Surat Al-Kahfi, ayat 23-34
{وَلا
تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لأقْرَبَ
مِنْ هَذَا رَشَدًا (24) }
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap
sesuatu, "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali
(dengan menyebut), 'Insya Allah'." Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa, dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku
akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada
ini.”
Allah Swt. memberi petunjuk kepada Rasul-Nya tentang etika bila hendak
mengerjakan sesuatu yang telah ditekadkannya di masa mendatang, hendaklah ia
mengembalikan hal tersebut kepada kehendak Allah Swt. Yang mengetahui hal yang
gaib, Yang mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, dan yang
mengetahui apa yang tidak akan terjadi, seandainya terjadi bagaimana akibatnya.
Dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda bahwa Sulaiman ibnu
Daud a.s. pernah mengatakan, "Sungguh saya akan menggilir ketujuh puluh orang
istriku malam ini." Menurut riwayat lain sembilan puluh orang istri, dan menurut
riwayat yang lainnya lagi seratus orang istri. Dengan tujuan agar masing-masing
istri akan melahirkan seorang anak lelaki yang kelak akan berperang di jalan
Allah. Maka dikatakan kepada Sulaiman, yang menurut riwayat lain malaikat
berkata kepadanya, "Katakanlah, 'Insya Alldh'," tetapi Sulaiman tidak
menurutinya.
Sulaiman menggilir mereka dan ternyata tiada yang mengandung dari mereka
kecuali hanya seorang istri yang melahirkan setengah manusia. Setelah
menceritakan kisah itu Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ قَالَ: "إِنْ شَاءَ اللَّهُ" لَمْ يَحْنَثْ، وَكَانَ
دَرْكًا لِحَاجَتِهِ"، وَفِي رِوَايَةٍ: "وَلَقَاتَلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya dia
mengucapkan, "Insya Allah" (jika Allah menghendaki), dia tidak akan
melanggar sumpahnya dan akan meraih apa yang diinginkannya. Dan dalam
riwayat yang lain disebutkan: Dan sungguh mereka (anak-anaknya) akan
berperang di jalan Allah semuanya dengan mengendarai kuda.
Dalam permulaan surat ini telah disebutkan latar belakang penyebab turunnya
ayat ini, yaitu dalam pembahasan sabda Nabi Saw. ketika ditanya mengenai kisah
para pemuda penghuni gua, yaitu sabda Nabi Saw. yang mengatakan: Besok aku
akan menjawab (pertanyaan) kalian. Kemudian wahyu datang terlambat
sampai lima belas hari. Kami telah menyebutkan hadis tersebut secara rinci
mencakup semua keterangannya, sehingga tidak perlu diutarakan lagi di sini.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاذْكُرْ
رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ}
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa. (Al-Kahfi: 24)
menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah apabila kamu lupa
mengucapkan pengecualian (Insya Allah), maka sebutkanlah pengecualian itu saat
kamu ingat kepadanya. Demikianlah menurut Abul Aliyah dan Al-Hasan Al-Basri.
Hasyim telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan seorang lelaki yang bersumpah bahwa ia boleh mengucapkan
Insya Allah sekalipun dalam jarak satu tahun lamanya, dan ia mengucapkan
firman-Nya: Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa. (Al-Kahfi: 24)
Maksudnya, mengucapkan kata Insya Allah itu. Dikatakan kepada Al-A'masy,
"Apakah engkau mendengarnya dari Mujahid?" Al-A'masy menjawab bahwa telah
menceritakan kepadanya Lais ibnu Abu Sulaim, dan mengatakan bahwa Kisai
mempunyai pendapat yang sama dengan ini.
Imam Tabrani telah meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu'awiyah, dari
Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Pada garis besarnya pendapat Ibnu Abbas mengatakan bahwa seseorang masih
boleh mengucapkan Insya Allah, sekalipun lamanya satu tahun dari
sumpahnya itu. Dengan kata lain, apabila ia bersumpah, lalu berlalu satu tahun
dan ia baru teringat bahwa ketika bersumpah ia belum menyebut kalimat Insya
Allah, maka hendaklah ia menyebutkannya saat ingat.
Menurut tuntunan sunnah, hendaknya orang yang bersangkutan mengucapkan
Insya Allah agar ia beroleh pahala karena mengerjakan anjuran sunah,
sekalipun hal ini dilakukannya sesudah sumpahnya dilanggar. Demikianlah menurut
pendapat Ibnu Jarir rahimahullah. Dan ia memberikan ulasan dalam nasnya,
bahwa kalimat Insya Allah itu bukan dimaksud untuk menghapus sangsi
kifarat sumpah yang dilanggarnya. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini
merupakan takwil yang benar terhadap pendapat Ibnu Abbas.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan ingatlah
kepada Tuhanmu jika kamu lupa. (Al-Kahfi: 24) Bahwa makna yang dimaksud
dengan iza nasita ialah bila kamu marah.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Haris
Al-Jabali, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Saleh, telah menceritakan
kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Abdul Aziz ibnu Husain, dari Ibnu Abu
Nujaih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,
"Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan
menyebut), 'Insya Allah'.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
(Al-Kahfi: 23-24) Yaitu dengan cara menyebut kalimat Insya Allah
Imam Tabrani telah meriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa. (Al-Kahfi:
24) Maksudnya, jika kamu lupa mengucapkan kalimat Insya Allah, maka
sebutkanlah kalimat itu jika kamu ingat. Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan
bahwa hal ini hanya khusus bagi Rasulullah Saw, tidak diperbolehkan bagi
seorang pun dari kita mengucapkan kalimat istisna (Insya Allah) ini kecuali bila
berhubungan langsung dengan sumpahnya (yakni tidak ada jarak pemisah). Imam
Tabrani mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan secara munfarid oleh
Al-Walid, dari Abdul Aziz ibnul Husain.
Makna ayat mengandung takwil lain, yaitu bahwa melalui ayat ini Allah
memberikan petunjuk kepada seseorang yang lupa akan sesuatu dalam
pembicaraannya, agar ia mengingat Allah Swt. karena sesungguhnya lupa itu
bersumber dari setan. Seperti yang disebutkan oleh pemuda yang menemani Musa,
yang perkataannya disitir oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَمَا
أَنْسَانِيهُ إِلا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ}
dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan.
(Al-Kahfi: 63)
Sedangkan mengingat Allah itu dapat mengusir setan. Apabila setan telah
pergi, maka lenyaplah lupa itu. Zikrullah atau mengingat Allah adalah
penyebab bagi sadarnya ingatan dari keterlupaannya. Karena itulah maka
disebutkan oleh firman-Nya: Dan ingatlah Tuhanmu jika kamu lupa.
(Al-Kahfi: 24)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقُلْ
عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لأقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا}
dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang
lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (Al-Kahfi: 24)
Artinya, apabila kamu ditanya tentang sesuatu yang tidak kamu ketahui, maka
mintalah kepada Allah tentang jawabannya, dan mohonlah kepada-Nya dengan segenap
jiwa ragamu agar Dia memberimu taufik ke jalan yang benar dan diberi petunjuk
jawabannya. Menurut pendapat yang lain, menafsirkan ayat dengan tafsiran yang
lain daripada ini.