Tafsir Surat Al-Kahfi, ayat 110
{قُلْ
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ
وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110) }
Katakanlah, "Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian
adalah Tuhan Yang Maha Esa. Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
ImamTabrani telah meriwayatkan melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Ismail
ibnu Ayyasy, dari Amr ibnu Qais Al-Kufi, bahwa ia pernah mendengar Mu'awiyah
ibnu Sufyan berkata, "Ayat ini merupakan ayat yang paling akhir diturunkan ."
Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi
Muhammad Saw.:
{قُلْ}
Katakanlah. (Al-Kahfi: 110)
kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kerasulanmu kepada mereka.
{إِنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}
Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian. (Al-Kahfi:
110)
Maka barang siapa menyangka bahwa aku ini dusta, hendaklah ia mendatangkan
hal yang semisal dengan apa yang aku sampaikan ini. Karena sesungguhnya aku
tidak mengetahui hal yang gaib menyangkut berita masa silam yang kusampaikan
kepada kalian berdasarkan permintaan kalian, seperti kisah tentang para pemuda
penghuni gua, dan kisah Zulqarnain.
Kisah tersebut ternyata sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Seandainya
bukan karena Allah yang telah memberitahukannya kepadaku, tentulah aku tidak
mengetahuinya. Dan sesungguhnya aku hanya memberitahukan kepada kalian bahwa:
{أَنَّمَا
إِلَهُكُمْ}
Sesungguhnya Tuhan kalian itu. (Al-Kahfi: 110)
yang aku seru kalian untuk menyembah-Nya.
{إِلَهٌ
وَاحِدٌ}
adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Al-Kahfi: 110) tidak ada sekutu bagi-Nya.
{فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ}
Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Yakni ingin memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya.
{فَلْيَعْمَلْ
عَمَلا صَالِحًا}
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh. (Al-Kahfi: 110)
Yaitu segala amal perbuatan yang disetujui oleh syariat Allah.
{وَلا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada
Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada
sekutu bagi-Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya,
yaitu harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah
dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari,
dari Tawus yang mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku mengerjakan banyak amal perbuatan karena menginginkan pahala
Allah, tetapi aku suka juga bila amal perbuatanku terlihat oleh orang-orang."
Rasulullah Saw. tidak menjawab sepatah kata pun kepadanya, hingga turunlah ayat
ini, yaitu firman Allah Swt.: Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi:
110)
Hal yang sama telah diriwayatkan melalui Mujahid secara mursal, juga
melalui Tabi'in lainnya yang bukan hanya seorang.
Al-A'masy mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hamzah Abu Imarah maula
(bekas budak) Bani Hasyim, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa pernah
ada seorang lelaki datang kepada Ubadah ibnus Samit r.a. Lelaki itu mengatakan,
"Saya mau bertanya kepadamu, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang
salat dengan mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka bila dipuji. Ia juga
mengerjakan saum karena mengharap pahala Allah, tetapi ia suka bila dipuji. Dan
ia rajin bersedekah karena mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka dipuji. Dan
ia mengerjakan ibadah haji karena mengharapkan pahala Allah, tetapi ia suka bila
dipuji?". Ubadah menjawab, "Ia tidak mendapat apa-apa, karena sesungguhnya Allah
Swt. telah berfirman, 'Aku adalah sebaik-baik sekutu. Maka barang siapa yang
melakukan suatu amal dengan mempersekutukan selain-Ku di dalamnya, maka amalnya
itu buat sekutuKu, Aku tidak memerlukan amalnya'."
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ،
ثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ رُبَيْحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: كُنَّا نَتَنَاوَبُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَبِيتُ عِنْدَهُ، تَكُونُ
لَهُ الْحَاجَةُ، أَوْ يَطْرُقُهُ أَمْرٌ مِنَ اللَّيْلِ، فَيَبْعَثُنَا. فَكَثُرَ
الْمُحْتَسِبُونَ وَأَهْلُ النُّوب، فَكُنَّا نَتَحَدَّثُ، فَخَرَجَ عَلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا هَذِهِ
النَّجْوَى؟ [أَلَمْ أَنْهَكُمْ عَنِ النَّجْوَى]. قَالَ: فَقُلْنَا: تُبْنَا إِلَى
اللَّهِ، أَيْ نَبِيَّ اللَّهِ، إِنَّمَا كُنَّا فِي ذِكْرِ الْمَسِيحِ،
وَفَرِقِنَا مِنْهُ، فَقَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ
مِنَ الْمَسِيحِ عِنْدِي؟ " قَالَ: قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: "الشِّرْكُ الْخَفِيُّ،
أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي لِمَكَانِ الرَّجُلِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
ibnuz Zubair, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid, dari Rabih ibnu
Abdur Rahman ibnu Abu Sa'id Al-Khudri, dari ayahnya, dari kakeknya yang
menceritakan, "Dahulu kami bergantian menjaga Rasulullah Saw. hingga kami
menginap di dekat rumahnya, karena barangkali beliau mempunyai suatu keperluan
atau ada urusan penting di malam hari, maka beliau tinggal menyuruh kami.
Orang-orang yang melakukan tugas berjaga cukup banyak. Pada suatu ketika kami
yang bertugas sedang berbincang-bincang, Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya
(karena mendengar pembicaraan kami), lalu beliau bersabda, 'Pembicaraan
apakah yang sedang kalian bisikkan?'. Kami menjawab, 'Kami bertobat kepada
Allah, hai Nabi Allah. Sesungguhnya kami sedang membicarakan tentang Al-Masih
Dajjal, kami merasa takut terhadapnya'. Rasulullah Saw. bersabda, 'Maukah aku
beri tahukan kepada kalian hal yang seharusnya lebih kalian takuti daripada
Al-Masih Dajjal menurutku?' Kami menjawab, 'Tentu kami mau.' Rasulullah Saw.
bersabda: 'Syirik tersembunyi, yaitu bila seseorang berdiri mengerjakan
salatnya karena ingin dilihat oleh orang lain'.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah
menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Bahram yang mengatakan bahwa Syahr
ibnu Hausyab pernah bercerita bahwa Ibnu Ganam pernah mengatakan: Ketika kami
memasuki Masjid Al-Jabiyah bersama Abu Darda, kami bersua dengan Ubadah ibnus
Samit. Maka Ubadah memegangkan tangan kanannya ke tangan kiriku, dan tangan
kirinya ke tangan kanan Abu Darda. Lalu ia berjalan keluar dengan diapit oleh
kami berdua, sedangkan kami berbisik-bisik, hanya Allah-lah yang mengetahui apa
yang kami bisikkan. Ubadah ibnus Samit berkata, "Jika usia seseorang dari kalian
atau kalian berdua panjang, tentulah dalam waktu yang dekat kamu akan melihat
seorang lelaki dari kalangan menengah qurra kaum muslim yang berbahasa sama
dengan Nabi Muhammad Saw. (yakni bahasa Arab). Lalu dia membacanya dan
mengartikannya, serta menghalalkan apa yang di halalkannya dan mengharamkan apa
yang diharamkannya. Ia juga menempatkan masing-masing dari hukum yang
dikandungnya pada tempat-tempatnya sesuai dengan latar belakang penurunannya.
Sehingga kalian tidak dapat memberikan komentar apa pun terhadapnya." Ketika
kami sedang asyik dalam keadaan berbincang-bincang, muncullah Syaddad ibnu Aus
r.a. dan Auf ibnu Malik. Keduanya ikut bergabung dengan kami. Syaddad berkata,
"Sesungguhnya hal yang paling saya khawatirkan akan menimpa kalian, hai manusia,
ialah setelah saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 'Hal yang paling aku
khawatirkan akan menimpa kalian ialah syahwat yang tersembunyi dan
syirik'." Ubadah ibnus Samit dan Abu Darda berkata, "Ya Allah, ampunilah
kami dengan ampunan yang luas. Bukankah Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada
kita bahwa setan telah putus asa untuk disembah di Jazirah Arab ini? Mengenai
syahwat yang tersembunyi, kami telah mengetahuinya, yaitu syahwat duniawi,
termasuk birahi kepada wanita dan ketamakan untuk memiliki dunia. Lalu apakah
yang dimaksud dengan syirik yang engkau khawatirkan akan menimpa kami, hai
Syaddad?". Syaddad menjawab, "Tentu kalian mengerti bila kalian melihat seorang
lelaki mengerjakan salatnya karena orang lain, atau ia berpuasa karena orang
lain, atau dia bersedekah karena ingin dipuji orang lain. Bukankah menurut dia
telah berbuat syirik?" Kami menjawab, "Benar. Demi Allah, sesungguhnya orang
yang salat atau puasa atau bersedekah karena ingin dipuji oleh orang lain
berarti telah berbuat syirik." Syaddad berkata bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ
صَلَّى يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ
تَصَدَّقَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ؟ " فَقَالَ عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ عِنْدَ ذَلِكَ:
أَفَلَا يَعْمِدُ اللَّهُ إِلَى مَا ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ مِنْ ذَلِكَ الْعَمَلِ
كُلِّهِ، فَيَقْبَلُ مَا خُلِصَ لَهُ وَيَدَعُ مَا أُشْرِكَ بِهِ؟ فَقَالَ شَدَّادٌ
عَنْ ذَلِكَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: أَنَا خَيْرُ قَسِيمٍ لِمَنْ أَشْرَكَ بِي، مَنْ
أَشْرَكَ بِي شَيْئًا فَإِنَّ [حَشْده] عَمَلَهُ قَلِيلَهُ وَكَثِيرَهُ لِشَرِيكِهِ
الَّذِي أَشْرَكَ بِهِ، وَأَنَا عَنْهُ غَنِيٌّ"
Barang siapa yang salat dengan pamer, maka sesungguhnya dia telah musyrik.
Barang siapa yang berpuasa karena pamer, sesungguhnya dia telah musyrik. Dan
barang siapa yang bersedekah karena pamer, sesungguhnya dia telah musyrik.
Pada saat itu juga Auf ibnu Malik berkata, "Apakah Allah tidak mau menerima
bagian dari apa yang dikerjakan karena mengharapkan pahalaNya dari amal itu,
lalu menolak bagian dari amal itu yang pelakunya mempersekutukan Dia dengan yang
lain?" Maka Syaddad saat itu juga menjawab bahwa dirinya pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah pernah berfirman, 'Aku adalah
sebaik-baik pemberi terhadap orang yang berbuat syirik kepada-Ku. Barang siapa
yang mempersekutukan Aku dengan sesuatu, maka sesungguhnya amal perbuatannya
—baik yang banyak maupun yang sedikit— Aku berikan kepada temannya yang dia
persekutukan dengan Aku karena Aku tidak memerlukannya.”
Menurut jalur periwayatan lain dari hadis ini diketengahkan oleh Imam Ahmad.
Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا
زَيْدُ بْنُ الحُبَاب، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، أَخْبَرَنَا
عُبَادَةُ بْنُ نُسيّ، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ
بَكَى، فَقِيلَ لَهُ: مَا يُبْكِيكَ؟ قَالَ: شَيْءٌ سَمِعْتُهُ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُهُ [فَذَكَرْتُهُ] فَأَبْكَانِي،
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: "أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الشِّرْكَ
وَالشَّهْوَةَ الْخَفِيَّةَ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتُشْرِكُ أُمَّتُكَ
[مِنْ بَعْدِكَ؟] قَالَ: "نعم، أَمَا
إِنَّهُمْ لَا يَعْبُدُونَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا، ولا حجرًا ولا وثنًا، ولكن
يراؤون بِأَعْمَالِهِمْ، وَالشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ أَنْ يُصْبِحَ أَحَدُهُمْ
صَائِمًا فَتَعْرِضُ لَهُ شَهْوَةٌ مِنْ شَهَوَاتِهِ فَيَتْرُكُ
صَوْمَهُ.
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku
Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Ubadah ibnu Nissi,.dari
Syaddad ibnu Aus r.a., bahwa pada suatu hari kelihatan ia menangis. Lalu ada
yang bertanya kepadanya, "Apakah yang menyebabkan kamu menangis?" Syaddad ibnu
Aus menjawab bahwa yang menyebabkan dia menangis ialah sesuatu hal yang pernah
ia dengar dari Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku merasa khawatir terhadap
umatku perbuatan syirik dan syahwat yang tersembunyi. Saya (Syaddad)
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan berbuat syirik sesudahmu?"
Rasulullah Saw. menjawab: Ya, tetapi sesungguhnya bukan karena mereka
menyembah matahari, bukan karena menyembah rembulan, bukan karena menyembah
batu, dan bukan karena menyembah berhala. Akan tetapi, (aku khawatirkan
mereka) pamer dengan amal perbuatannya. Syahwat yang tersembunyi itu ialah
bila seseorang dari kalian pada pagi harinya berpuasa, lalu timbullah suatu
syahwat dalam dirinya, maka ia meninggalkan puasanya (dan mengerjakan apa
yang diinginkan oleh syahwatnya)
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Al-Hasan Ibnu Zakwan, dari Ubadah
ibnu Nissi dengan sanad yang sama. Tetapi Ubadah orangnya berpredikat daif,
dan mengenai penerimaannya akan hadis ini dari Syaddad masih diragukan.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ
جَعْفَرٍ الْأَحْمَرُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ ثَابِتٍ، حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ
أَبِي حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ:
أَنَا خَيْرُ شَرِيكٍ، مَنْ أَشْرَكَ بِي أَحَدًا فَهُوَ لَهُ
كُلُّهُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnu Ali ibnu Ja'far Al-Ahmar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Sabit, telah menceritakan kepada kami Qais ibnu Abu Husain, dari Abu Saleh, dari
Abu Hurairah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Pada hari
kiamat Allah berfirman, "Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang siapa yang
mempersekutukan seseorang dengan-Ku, maka semua amalnya adalah untuk
sekutunya.”
Yakni hendaklah si pengamal itu meminta pahalanya kepada orang yang
dipersekutukannya dengan Allah, bukan kepada Allah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ،
سَمِعْتُ الْعَلَاءَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، عَزَّ
وَجَلَّ، أَنَّهُ قَالَ: "أَنَا خَيْرُ الشُّرَكَاءِ، فَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا
أَشْرَكَ فِيهِ غَيْرِي، فَأَنَا منه برئ، وَهُوَ لِلَّذِي
أَشْرَكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Al-Ala
menceritakan hadis berikut dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang
menceritakan tentang apa yang akan difirmankan oleh Allah Swt. (kelak di hari
kiamat): Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang siapa yang mengerjakan suatu
amal yang di dalamnya ia mempersekutukan Aku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas
diri darinya dan amalnya itu buat sekutunya.
Ditinjau dari jalur ini hadis diriwayatkan secara munfarid oleh Imam
Ahmad.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا لَيْث، عَنْ يَزِيدَ -يَعْنِي
ابْنَ الْهَادِ-عَنْ عَمْرٍو، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ؛ أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قَالَ: "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ".
قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ الله؟ قال: "الرياء، يقول الله
يوم القيامة إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون فِي الدُّنْيَا،
فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Yazid ibnul Had, dari Amr, dari Mahmud
ibnu Labid, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya hal yang
sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil.” Mereka bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Rasul Saw. menjawab, "Riya
(pamer), kelak di hari kiamat Allah akan berfirman saat memberikan pahala
amal perbuatan manusia, 'Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian pamer
kepadanya saat di dunia, dan lihatlah oleh kalian apakah kalian menjumpai adanya
pahala balasan (amal kalian) pada mereka'.”
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الْحَمِيدِ -يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ-أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ زِيَادِ بْنِ
مِينَاءَ، عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ أَبِي فَضَالَةَ الْأَنْصَارِيِّ -وَكَانَ مِنَ
الصَّحَابَةِ-أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ لِيَوْمِ
الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي
عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا، فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ
اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bukair,
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepadaku ayahku, dari Ziyad ibnu Mina, dari Abu Sa'id ibnu Abu Fudalah Al-Ansari
yang berpredikat sahabat, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Apabila Allah telah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan
yang terkemudian pada hari yang tiada keraguan padanya (hari kiamat),
terdengarlah suara seruan yang mengatakan, "Barang siapa yang mempersekutukan
Aku dengan seseorang dalam suatu amalnya yang seharusnya karena Allah, hendaklah
ia meminta pahala (amalnya) dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah
tidak memerlukan amal yang dihasilkan dari kemusyrikan.”
Imam Turmuzi dan Ibnu Majah telah mengetengahkan hadis ini melalui Muhammad
ibnul Bursani dengan sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا
بَكَّارٌ، حَدَّثَنِي أَبِي -يَعْنِي عَبْدَ الْعَزِيزِ بْنَ أَبِي بَكْرَةَ -عَنْ
أَبِي بَكْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ سمَّع سمَّع اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى
اللَّهُ بِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik,
telah menceritakan kepada kami Bakkar telah menceritakan kepadaku ayahku (Abdul
Aziz ibnu Abu Bakrah), dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang ingin didengar, maka Allah
menjadikannya terkenal dengannya; dan barang siapa yang pamer, maka Allah akan
memamerkan (amal)nya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ فِرَاسٍ،
عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أبي سعيد الْخُدْرِيِّ،
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ يُرَائِي
يُرَائِي اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعُ اللَّهُ بِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Syaiban, dari Firas, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id
Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang pamer,
maka Allah akan memamerkan amalnya; dan barang siapa yang ingin didengar
(amalnya), maka Allah menjadikan (amal)nya
terkenal.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي
عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا فِي بَيْتِ أَبِي عُبَيْدَةَ؛
أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يُحَدِّثُ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّهُ
سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَمَّع
النَّاسَ بِعَمَلِهِ سَمَّع اللَّهُ بِهِ، سَامَعَ خَلْقَهُ وَصَغَّرَهُ
وَحَقَّرَهُ" [قَالَ]: فَذَرَفَتْ عَيْنَا عَبْدِ اللَّهِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id dari
Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Murrah, bahwa di rumah Abu Ubaidah
ia mendengar seorang lelaki mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu
Amr menceritakan hadis berikut dari Ibnu Umar yang telah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Barang siapa yang amalnya ingin didengar oleh orang lain, maka
Allah menjadikannya terkenal di kalangan semua makhluk-Nya, lalu Allah
mengecilkan dan menghinakannya. Maka Abdullah menangis mencucurkan air
matanya.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى
الْأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ غَسَّانَ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ
الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تُعْرَضُ أَعْمَالُ بَنِي آدَمَ بَيْنَ يَدَيِ
اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صُحُفٍ مَخْتُومَةٍ ، فَيَقُولُ
اللَّهُ: أَلْقُوا هَذَا، وَاقْبَلُوا هَذَا، فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ،
وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُ إِلَّا خَيْرًا. فَيَقُولُ: إِنَّ عَمَلَهُ كَانَ
لِغَيْرِ وَجْهِي، وَلَا أَقْبَلُ الْيَوْمَ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا أُرِيدَ
بِهِ وَجْهِي".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr
ibnu Yahya Al-Aili, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Gassan, telah
menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Amal-amal perbuatan Bani Adam dihadapkan
kepada Allah Swt. pada hari kiamat terhimpun di dalam buku-buku catatan amal
yang telah dilak. Lalu Allah berfirman, "Lemparkanlah yang ini dan terimalah
yang itu.” Para malaikat berkata, "Wahai Tuhanku, demi Allah, kami tidak melihat
selain kebaikan.” Allah berfirman, "Sesungguhnya amal perbuatannya itu bukan
karena mengharapkan rida-Ku. Pada hari ini Aku tidak mau menerima suatu amal
perbuatan kecuali amal yang diniatkan untuk memperoleh rida-Ku.”
Kemudian Al-Haris ibnu Gassan mengatakan bahwa Abu Imran Al-Juni riwayat
hadisnya banyak diambil oleh sejumlah ulama, dia adalah seorang yang berpredikat
siqah, seorang ulama Basrah, yang tidak ada celanya (dalam periwayatan
hadis).
قَالَ
ابْنُ وَهْبٍ: حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ الْخُزَاعِيِّ، أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قَالَ: "مَنْ قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً، لَمْ يَزَلْ فِي مَقْتِ
اللَّهِ حَتَّى يَجْلِسَ".
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Iyad, dari Abdur
Rahman Al-A'raj, dari Abdullah ibnu Qais Al-Khuza'i, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Barang siapa yang berdiri karena pamer dan harga diri, ia
terus menerus dalam murka Allah hingga duduk.
قَالَ
أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
دِينَارٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ الْهَجَرِيِّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَوْفِ
بْنِ مَالِكٍ، عَنِ ابْنُ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْسَنَ الصَّلَاةَ حَيْثُ
يَرَاهُ النَّاسُ وَأَسَاءَهَا حَيْثُ يَخْلُو، فَتِلْكَ اسْتِهَانَةٌ اسْتَهَانَ
بِهَا رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ".
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Dinar, dari Ibrahim Al-Hijri, dari
Abul Ahwas, dari Auf ibnu Malik, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan salatnya dengan
baik karena dilihat orang lain, dan mengerjakannya dengan buruk bila sendirian,
maka hal ini merupakan suatu penghinaan yang dia lakukan terhadap Tuhannya
melalui salatnya itu.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Ismail ibnu
Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu
Qais Al-Kindi, bahwa ia pernah mendengar Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan membaca ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya.
(Al-Kahfi: 110) Bahwa sesungguhnya ayat ini merupakan ayat yang paling akhir
diturunkan.
Asar ini mengandung kemusykilan, karena sesungguhnya ayat ini berada di akhir
surat Al-Kahfi, sedangkan surat Al-Kahfi seluruhnya diturunkan di Mekah.
Barangkali Mu'awiyah bermaksud bahwa sesudahnya tidak ada ayat lain yang
diturunkan untuk me-mansukh (merevisi)nya, dan tidak ada pula ayat lain
yang merubah hukumnya, melainkan ia tetap muhkam. Sehingga pengertian ini
agak kabur di mata sebagian para perawi yang akhirnya ia meriwayatkan dengan
makna sesuai dengan pemahamannya sendiri. Hanya Allah yang mengetahui
kebenarannya.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ
الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ، حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ شميل، حدثنا أبو قُرَّرة، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ فِي
لَيْلَةٍ: {فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا
وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} ، كَانَ لَهُ مِنْ نُورٍ، مِنْ عَدَنَ
أَبْيَنَ إِلَى [مَكَّةَ] حَشْوُهُ الْمَلَائِكَةُ
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan,telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami
An-Nadr ibnu Syamil, telah menceritakan kepada kami Abu Qurrah, dari Sa'id ibnul
Musayyab, dari Umar ibnul Khattab yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Barang siapa di suatu malam membaca firman-Nya, "Barang siapa
mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya" (Al-Kahfi: 110), hingga akhir
ayat, maka untuknya ada nur (cahaya) yang kelihatan jelas dari Adn sampai
ke Mekah, di dalam nur itu penuh dengan para malaikat.
Hadis berpredikat garib.
آخر [تفسير] سورة الكهف ولله الحمد
õõõ