Tafsir Surat Al-Isra, ayat 63-65
{قَالَ
اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً
مَوْفُورًا (63) وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ
عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ
وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا (64) إِنَّ عِبَادِي
لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا (65) }
Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di
antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah
balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan godalah
(bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di
antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda
dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan
kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesunggunya hamba-hamba-Ku, kamu tidak
dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai
penjaga.”
Setelah iblis meminta masa tangguh kepada Allah Swt., maka Allah Swt.
berfirman kepadanya:
{اذْهَبْ}
Pergilah kamu. (Al-Isra: 63)
sesungguhnya Aku telah memberikan masa tangguh kepadamu. Ayat ini semakna
dengan apa yang di sebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَ
فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ * إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ
الْمَعْلُومِ}
(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi
tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al-Hijr:
37-38)
Kemudian Allah mengancam bahwa Dia telah menyediakan neraka Jahannam buat
iblis dan para pengikutnya dari kalangan Bani Adam, yaitu melalui
firman-Nya:
{فَمَنْ
تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ}
Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti
kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua. (Al-Isra:
63)
Yakni balasan amal perbuatan kalian.
{جَزَاءً
مَوْفُورًا}
sebagai suatu pembalasan yang cukup. (Al-Isra: 63)
Mujahid mengatakan bahwa maufuran artinya penuh.
Menurut Qatadah, maufuran artinya cukup, tanpa ada yang dikurangi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاسْتَفْزِزْ
مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ}
Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka
dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan saut dalam ayat ini ialah
nyanyian.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah dengan hiburan dan nyanyian yang
membuat mereka terbuai dan lupa diri.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan
ajakanmu. (Al-Isra: 64) Bahwa makna yang dimaksud ialah setiap penyeru yang
menyeru manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih
oleh ibnu Jarir.
Firman Allah Swt.:
{وَأَجْلِبْ
عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ}
dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang
berjalan kaki. (Al-Isra: 64)
Yakni kerahkanlah semua pasukanmu, baik yang berkuda maupun yang berjalan
kaki, terhadap mereka. Lafaz rajilun adalah bentuk jamak dari rajulun;
sama halnya dengan lafaz rakibun, jamak dari rakibun; dan
sahibun jamak dari sahibun. Makna ayat, kuasailah mereka dengan
segala kemampuan yang kamu miliki. Hal ini merupakan perintah yang berdasarkan
takdir, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَلَمْ
تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ
أَزًّا}
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada
orang-orang kafir untuk menggoda mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?
(Maryam: 83)
Yakni menggugah orang-orang kafir untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat
dengan anjuran yang sungguh-sungguh, dan menggiring mereka dengan penuh semangat
untuk melakukannya.
Ibnu Abbas dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan
kaki. (Al-Isra: 64) Makna yang dimaksud ialah setiap pengendara dan pejalan
kaki yang maksiat terhadap Allah Swt.
Qatadah mengatakan, Sesungguhnya setan mempunyai pasukan berkuda dan pasukan
jalan kaki dari kalangan manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang taat
kepada perintah setan. Di dalam bahasa Arab disebutkan Ajlaba Fulanun 'Ala
Fulanin, artinya Si Fulan mengerahkan kemampuannya terhadap si Anu, yakni
dengan mengeluarkan suara keras memberinya semangat. Termasuk ke dalam
pengertian ini kalimat yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melarang mengeluarkan
suara teriakan dan suara gaduh dalam perlombaan. Dan termasuk ke dalam
pengertian kata ini pula lafaz al-jalabah yang artinya suara teriakan
yang keras.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَشَارِكْهُمْ
فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ}
dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra:
64)
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid makna yang dimaksud ialah perbuatan yang
dianjurkan setan kepada mereka, misalnya membelanjakan harta untuk perbuatan
maksiat terhadap Allah Swt.
Ata mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah melakukan riba.
Al-Hasan mengatakan, maknanya ialah menghimpun harta benda dari hasil yang
kotor dan membelanjakannya ke jalan yang haram. Hal yang sama telah dikatakan
oleh Qatadah.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa kebersamaan setan dan mereka
dalam harta benda mereka ialah hal-hal yang diharamkan oleh setan dari sebagian
ternak mereka, yakni ternak saibah, ternak bahirah, dan lain
sebagainya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang paling utama sehubungan dengan makna
ayat ini ialah bila dikatakan bahwa makna ayat mencakup kesemua pendapat yang
telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
{وَالأولادِ}
dan anak-anak. (Al-Isra: 64)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa
makna yang dimaksud ialah anak-anak yang lahir dari hasil zina.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang
dimaksud ialah anak-anak mereka yang mereka bunuh tanpa dosa, korban kedangkalan
pikiran dan ketiadaan pengetahuan mereka.
Qatadah telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa demi Allah, sungguh
setan telah berserikat dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak mereka.
Mereka menjadikan anak-anaknya Majusi, Yahudi, dan Nasrani serta mewarnai
mereka bukan dengan celupan Islam. Mereka pun membagikan sebagian harta mereka
buat setan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.
Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah
penamaan anak mereka dengan nama Abdul Haris, Abdu Syams, dan Abdu Fulan.
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling layak dinilai benar ialah bila
dikatakan bahwa yang dimaksud ialah setiap anak yang dilahirkan oleh ibunya,
lalu diberinya nama yang tidak disukai oleh Allah Swt. atau memasukkan anaknya
ke dalam agama yang tidak diridai oleh Allah, atau anak dihasilkan dari hubungan
zina, atau setelah lahir anak dibunuhnya, atau perbuatan-perbuatan lain yang
dinilai sebagai perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. maka semua perbuatan yang
maksiat terhadap Allah Swt. termasuk ke dalam pengertian iblis ikut andil
persekutuan di dalamnya, apakah yang menyangkut harta ataupun anak. Karena
Allah Swt. dalam firman-Nya mengatakan:
{وَشَارِكْهُمْ
فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ}
dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra:
64)
tidak memberikan pengkhususan terhadap makna serikat yang ada di dalamnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang menjurus kepada
perbuatan durhaka terhadap Allah Swt. atau taat kepada setan, berarti setan ikut
andil di dalamnya.
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini mempunyai alasan yang cukup terarah,
semuanya bersumberkan dari ulama Salaf yang masing-masingnya menafsirkan
sebagian dari pengertian perserikatan. Di dalam kitab Sahih Muslim
disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"يَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنفاء، فَجَاءَتْهُمُ
الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرّمت عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ
لَهُمْ"
Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menciptakan
hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak dan
menolak agama yang batil), lalu setan datang kepada mereka dan menyesatkan
mereka dari agamanya, serta mengharamkan kepada mereka apa-apa yang Aku telah
halalkan bagi mereka."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"لَوْ
أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ،
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا،
فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدّر بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ
الشَّيْطَانُ أَبَدًا"
Seandainya seseorang di antara mereka apabila hendak mendatangi istrinya
mengucapkan, "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan
jauhkanlah anak yang Engkau rezekikan kepada kami dari setan, "melainkan jika
ditakdirkan bagi keduanya mempunyai anak dari hubungan itu, tentulah setan tidak
dapat membahayakan anaknya selama-lamanya.
Firman Allah Swt.:
{وَعِدْهُمْ
وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا}
dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada
mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Isra: 64)
Perihalnya sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang iblis,
bahwa apabila perkara hak telah terbukti kenyataannya, yaitu di hari Allah
melakukan peradilan dengan hak. Disebutkan bahwa iblis (setan) berkata,
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ
اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ
فَأَخْلَفْتُكُمْ}
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan
aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. (Ibrahim:
22), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ
عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ}
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.
(Al-Isra: 65)
Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Swt. bahwa Dia mendukung
hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara mereka dari godaan setan melalui
Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَكَفَى
بِرَبِّكَ وَكِيلا}
Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Al-Isra: 65)
Yakni Pemelihara, Pendukung, dan Penolong.
وَقَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، عَنْ مُوسَى بْنِ
وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ ليُنْضي شَيَاطِينَهُ
كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعيرَه فِي السَّفَرِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah
r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya orang mukmin
benar-benar dapat mengekang setan-setannya sebagaimana seseorang di antara
kalian mengekang unta kendaraannya dalam perjalanan.