Tafsir Surat Al-Anbiya, ayat 1-6
{اقْتَرَبَ
لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ
ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لاهِيَةً
قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (3) قَالَ رَبِّي
يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (4)
بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا
بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ (5) مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ
أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (6) }
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala
amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling
(darinya). Tidak datang kepada mereka
suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka,
melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main, (lagi) hati
mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan
mereka, "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti
kalian, maka apakah kalian menerima sihir itu, padahal kalian menyaksikannya?”
Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan
di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang
kalut, malah diada-adakannya, bahkan ia sendiri seorang penyair, maka hendaknya
ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah
lalu diutus.” Tidak ada (penduduk) suatu kota pun yang beriman yang Kami
telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan
beriman?
Hal ini merupakan suatu peringatan dari Allah Swt. yang menyatakan dekatnya
hari kiamat dan bahwa manusia dalam keadaan lalai terhadap keberadaannya, yakni
mereka tidak mau beramal dan tidak mau membuat bekal untuk menyambutnya.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik Abul Walid At-Tayalisi, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan
makna firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan
mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya).
(Al-Anbiya: 1) Bahwa mereka di dunia lalai terhadap hari kiamat.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{أَتَى
أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ}
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar
disegerakan (datang). (An-Nahl: 1)
{اقْتَرَبَتِ
السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا
سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ}
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan Dan jika
mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat),
mereka berpaling. (Al-Qamar: 1-2), hingga akhir ayat.
Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam biografi Al-Hasan Ibnu Hani' alias
Abu Nuwas si penyair, bahwa penyair yang paling hebat ialah Syekh Tahir Abul
Atahiyah, karena ia mengatakan dalam bait syairnya:
النَّاس
فِي غَفَلاتِهِمْ ...
وَرَحا المِنيَّة تَطْحَنُ ...
Manusia tenggelam dalam kelalaiannya,
padahal penggilingan maut terus berputar.
Ketika ditanyakan kepadanya, "Dari manakah engkau menyimpulkan kalimat ini?"
Abul Atahiyah menjawab bahwa ia menyimpulkannya dan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{اقْتَرَبَ
لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka sedangkan
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)
Ibnu Asakir meriwayatkan pula di dalam biografi Amir ibnu Rabi'ah melalui
jalur Musa ibnu Ubaid Al-Amadi, dari Abdur Rahman ibnu Za’d bin Aslam, dari
ayahnya, dari Amir ibnu Rabi'ah, bahwa ia kedatangan seorang tamu dari kalangan
orang Badui. Amir memuliakan kedatangannya dan menghormatinya. Sebelumnya
Rasulullah SAW telah berbincang-bincang di rumah Amir, tidak lama kemudian
lelaki Badui, itu datang. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah memperoleh sebuah
lembah di daerah pedalaman dari Rasulullah Saw. Aku bermaksud memberikan
sebagian darinya kepadamu. Kelak lahan itu buat kamu dan keturunanmu sesudah
kamu tiada." Maka Amir menjawab, "Saya tidak memerlukan bagian tanahmu itu,
karena pada hari ini telah diturunkan sebuah surat yang membuat kami merasa
ngeri terhadap duniawi," yaitu firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi
berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa
mereka tidak mau mendengarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy
dan orang-orang yang kafirnya sama dengan mereka. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{مَا
يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ}
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru
(diturunkan) dari Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 2)
Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan.
{إِلا
اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ}
melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main.
(Al-Anbiya: 2)
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada
Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka, padahal mereka telah
membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan
padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian
membacanya masih dalam keadaan hangat dan murni isinya, tidak ada campurannya."
Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَسَرُّوا
النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}
Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka. (Al-Anbiya:
3)
seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.
{هَلْ
هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}
Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu.
(Al-Anbiya: 3)
Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah Saw. Mereka tidak percaya beliau
menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan
mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka
tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam
firman-Nya:
{أَفَتَأْتُونَ
السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}
maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya?
(Al-Anbiya: 3)
Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan
orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya
itu adalah ilmu sihir.
Allah Swt. menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu
melalui firman-Nya:
{قَالَ
رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua
perkataan di langit dan di bumi.” (Al-Anbiya: 4)
Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang tersembunyi
luput dari liputan pengetahuan-Nya. Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang
di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian.
Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang semisal
dengannya, kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang
tersembunyi di langit dan di bumi.
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anbiya:
4)
Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua
keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap
mereka.
Firman Allah Swt. mengatakan:
{بَلْ
قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ}
Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi
yang kalut, malah diada-adakannya" (Al-Anbiya: 5)
Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan
penentangan mereka terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang
kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap
Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai syair
gubahan, adakala menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kalut, adakalanya pula
menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh
ayat lain, yaitu:
{انْظُرْ
كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ
سَبِيلا}
Lihatlah, bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu;
karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang
benar). (Al-Isra: 48)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَلْيَأْتِنَا
بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ}
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana
rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5)
Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa
dan Isa. Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan hal ini:
{وَمَا
مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ
وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu)
tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah
didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا
آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ
يُؤْمِنُونَ}
Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah
membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman? (Al-Anbiya:
6)
Tiada suatu penduduk negeri pun yang diutus rasul-rasul kepada mereka dengan
membawa mukjizat, lalu mereka beriman, melainkan mereka mendustakannya; maka
Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat
mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan:
{إِنَّ
الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ
كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu,
tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan,
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. ( Yunus: 96-97 )
Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan
hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah
Saw. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah Saw. adalah jauh lebih jelas,
lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan alasan mereka ketimbang
apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: ذُكِرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ،
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ زَيْدٍ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ
عُلَيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ، حَدَّثَنِي مَنْ شَهِدَ عُبَادَةَ بْنَ
الصَّامِتِ، يَقُولُ: كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ وَمَعَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُقْرِئُ بَعْضُنَا بَعْضًا الْقُرْآنَ، فَجَاءَ عَبْدُ
اللَّهِ بن أبي بن سَلُولَ، وَمَعَهُ نُمْرُقة وزِرْبِيّة، فَوَضَعَ وَاتَّكَأَ،
وَكَانَ صَبِيحًا فَصِيحًا جَدِلًا فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلْ لِمُحَمَّدٍ
يَأْتِينَا بِآيَةٍ كَمَا جَاءَ الْأَوَّلُونَ؟ جَاءَ مُوسَى بِالْأَلْوَاحِ،
وَجَاءَ دَاوُدُ بِالزَّبُورِ، وَجَاءَ صَالِحٌ بِالنَّاقَةِ، وَجَاءَ عِيسَى
بِالْإِنْجِيلِ وَبِالْمَائِدَةِ. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو
بَكْرٍ: قُومُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَسْتَغِيثُ بِهِ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ لَا يُقَامُ لِي، إِنَّمَا يُقَامُ لِلَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا لَقِينَا مِنْ هَذَا
الْمُنَافِقِ. فَقَالَ:"إِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي: اخْرُجْ فَأَخْبِرْ بِنِعَمِ
اللَّهِ الَّتِي أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْكَ، وَفَضِيلَتِهِ الَّتِي فُضِّلت بِهَا،
فَبَشَّرَنِي أَنِّي بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَأَمَرَنِي أَنْ
أُنْذِرَ الْجِنَّ، وَآتَانِي كِتَابَهُ وَأَنَا أُمِّيٌّ، وَغَفَرَ ذَنْبِي مَا
تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ، وَذَكَرَ اسْمِي فِي الْأَذَانِ وَأَيَّدَنِي
بِالْمَلَائِكَةِ، وَآتَانِي النَّصْرَ، وَجَعَلَ الرُّعْبَ أَمَامِي، وَآتَانِي
الْكَوْثَرَ، وَجَعَلَ حَوْضِي مِنْ أَعْظَمِ الْحِيَاضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
وَوَعَدَنِي الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ وَالنَّاسُ مُهْطِعُونَ مُقْنِعُو
رُءُوسِهِمْ، وَجَعَلَنِي فِي أَوَّلِ زُمْرَةٍ تَخْرُجُ مِنَ النَّاسِ، وَأَدْخَلَ
فِي شَفَاعَتِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنْ أُمَّتِي الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ
وَآتَانِي السُّلْطَانَ وَالْمُلْكَ، وَجَعَلَنِي فِي أَعْلَى غُرْفَةٍ فِي
الْجَنَّةِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ، فَلَيْسَ فَوْقِي أَحَدٌ إِلَّا
الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ، وَأَحَلَّ لِيَ الْغَنَائِمَ،
وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلَنَا".
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid
Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku
seseorang yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan,
"Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada
bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah Abdullah
ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan
bawaannya dan duduk bersandar padanya." Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah
seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya, tetapi suka berdebat. Ia
berkata, "Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu
mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan
oleh para utusan terdahulu. Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud
datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina,
Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit." Abu Bakar r.a.
menangis dan Rasulullah Saw. keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita
bangkit menemui Rasulullah Saw. untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si
munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku
dihormati dengan sambutan berdiri, melainkan hanya Allah-lah yang pantas
mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah Saw.
bersabda, bahwa sesungguhnya Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah
kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan
kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu."
Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita
gembira kepadaku , bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit
hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan
peringatan kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam
keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang
terkemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan bantuan para
malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar yang mencekam
hati musuh berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kausar, dan
menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar di hari kiamat. Allah
menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu
menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk
orang-orang yang mula-mula dibangkitkan, dan dimasukkan ke dalam syafaatku
sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa
hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku
ditempatkan di istana yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan
kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat
penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku —juga bagi umatku— ganimah, yang sebelum itu
tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun."
Hadist ini berpredikat garib sekali.