Tafsir Surat Fushshilat, ayat 30-32
{إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) }
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)
surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu
dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai
hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, "
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30)
Yakni mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah Swt., yaitu dengan
menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepada mereka.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ، حَدَّثَنَا
سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ أَبُو قُتَيْبَةَ الشَّعِيري، حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ
أَبِي حَزْمٍ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ
عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} قَدْ قَالَهَا
نَاسٌ ثُمَّ كَفَرَ أَكْثَرُهُمْ، فَمَنْ قَالَهَا حَتَّى يَمُوتَ فَقَدِ
اسْتَقَامَ عَلَيْهَا.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Jarrah, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Qutaibah atau Qutaibah
Asy-Sya'iri, telah menceritakan kepada kami Suhail ibnu Abu Hazim, telah
menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. membacakan ayat berikut kepada kami, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah" kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30) Sesungguhnya ada
segolongan manusia yang telah mengucapkannya, tetapi setelah itu kebanyakan dari
mereka kafir. Maka barang siapa yang mengucapkannya dan berpegang teguh
kepadanya hingga mati, berarti dia telah meneguhkan pendiriannya pada kalimah
tersebut.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, juga
Al-Bazzar, dan Ibnu Jarir, dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Muslim ibnu
Qutaibah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim dari ayahnya, dari Al-Fallas dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnu Imran yang
mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat berikut di hadapan sahabat Abu Bakar
As-Siddiq r.a., yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya.
(Fushshilat: 30) Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang
yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Al-Aswad ibnu Hilal yang
mengatakan bahwa Abu Bakar r.a. pernah mengatakan, "Bagaimanakah menurut kalian
makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah
Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya?” (Fushshilat: 30) Maka
mereka menjawab, "Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan
pendiriannya dengan menghindari dari perbuatan dosa. Maka Abu Bakar r.a.
berkata, "Sesungguhnya kalian menakwiIkannya bukan dengan takwil yang
sebenarnya. Lalu mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka
meneguhkan pendiriannya, tidak menoleh kepada Tuhan lain kecuali hanya Allah.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah
Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Aqdi, -dari
Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah
ditanya mengenai suatu ayat di dalam Kitabullah yang paling ringan. Maka
Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya.
(Fushshilat: 30) dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain
Allah.
Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar r.a. membaca ayat ini di atas mimbarnya,
kemudian mengatakan, "Demi Allah, mereka meneguhkan pendiriannya karena Allah
dengan taat kepada-Nya, dan mereka tidak mencla-mencle seperti musang."
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan
makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah
Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) dalam
menunaikan hal-hal yang difardukan oleh-Nya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Qatadah mengatakan bahwa Al-Hasan
selalu mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, maka
berilah kami istiqamah (keteguhan dalam pendirian)."
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian mereka
meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) Yakni mengikhlaskan ketaatan dan
beramal karena Allah Swt.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِيهِ ؛ أَنَّ رَجُلًا قَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ فِي الْإِسْلَامِ لَا أَسْأَلُ عَنْهُ
أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: فَمَا
أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى لِسَانِهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ata, dari Abdullah ibnu Sufyan, dari
ayahnya, bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkanlah
kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan bertanya lagi
kepada seorang pun sesudahmu." Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Tuhanku
ialah Allah, " kemudian teguhkanlah pendirianmu! Lelaki itu bertanya, "Lalu
apakah yang harus kupelihara?” Rasulullah Saw. mengisyaratkan ke arah
lisannya (yakni menjaga mulut).
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah, dari Ya'la ibnu Ata dengan
sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ مَاعِزٍ الْغَامِدِيِّ، عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ. قَالَ:
"قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ
مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِطَرَفِ لِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: "هَذَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Syihab, dari Abdur Rahman ibnu Ma'iz Al-Gamidi, dari Sufyan ibnu Abdullah
As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
sebutkanlah suatu perkara kepadaku yang kelak akan kujadikan pegangan."
Rasulullah Saw. menjawab: Katakanlah, "Tuhanku ialah Allah, " kemudian
teguhkanlah pendirianmu! Kemudian aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang
engkau sangat khawatirkan terhadap diriku?” Maka Rasulullah Saw. memegang ujung
lisannya dan bersabda, "Ini" (yakni jaga lisanmu).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui
hadis Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan sahih.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya —juga Imam Nasai—telah mengetengahkannya
melalui hadis Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Sufyan ibnu Abdullah
As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
katakanlah suatu urusan kepadaku tentang Islam, yang kelak aku tidak akan
menanyakannya kepada seorang pun sesudah engkau." Rasulullah Saw. bersabda:
Katakanlah, "Aku beriman kepada Allah, " kemudian teguhkanlah pendirianmu.
hingga akhir hadis.
*************
Firman Allah Swt.:
{تَتَنزلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ}
maka malaikat akan turun kepada mereka. (Fushshilat: 30)
Mujahid, As-Saddi, Zaid ibnu Aslam, dan anaknya mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah di saat mereka menjelang kematiannya, para malaikat itu turun
kepada mereka dengan mengatakan:
{أَلا
تَخَافُوا}
Janganlah kamu merasa takut. (Fushshilat: 30)
Mujahid, Ikrimah, dan Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna yang dimaksud
ialah janganlah kamu takut dalam menghadapi kehidupan masa mendatang di
akhirat.
{وَلا
تَحْزَنُوا}
dan janganlah kamu merasa sedih. (Fushshilat: 30)
terhadap urusan dunia yang kamu tinggalkan, seperti urusan anak, keluarga,
harta benda, dan utang; karena sesungguhnya Kami akan menggantikanmu dalam
mengurusnya.
{وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30)
Para malaikat menyampaikan berita gembira kepada mereka akan lenyapnya semua
keburukan dan akan memperoleh semua kebaikan.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Barra r.a. yang
mengatakan bahwa sesungguhnya para malaikat berkata kepada roh orang mukmin,
"Keluarlah engkau, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang baik yang sebelumnya
engkau huni, keluarlah engkau menuju kepada ampunan dan nikmat serta Tuhan yang
tidak murka."
Menurut pendapat lain, para malaikat turun kepada mereka di saat mereka
dibangkitkan dari kuburnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir, dari Ibnu Abbas dan As-Saddi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah
menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Mazhar, telah menceritakan kepada kami
Ja'far ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sabit membaca
surat Ha Mim As-Sajdah. Dan ketika bacaannya sampai pada firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian
mereka meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepada mereka.
(Fushshilat: 30) Maka dia berhenti dari bacaannya, kemudian berkata bahwa
telah sampai suatu berita kepada kami yang menyebutkan bahwa seorang mukmin
ketika dibangkitkan oleh Allah Swt. dari kuburnya, ada dua malaikat
menyambutnya. Kedua malaikat itu yang dahulunya selalu bersamanya ketika di
dunia. Lalu keduanya mengatakan kepadanya, "Janganlah kamu takut dan jangan pula
bersedih." dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
telah di janjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30) Maka Allah menenteramkan
rasa takutnya dan menyenangkan hatinya, dan tiada suatu peristiwa besar yang
terjadi di hari kiamat yang ditakuti oleh manusia melainkan hal itu bagi orang
mukmin merupakan penyejuk hatinya berkat petunjuk Allah Swt. kepadanya, dan
berkat amal perbuatannya selama di dunia.
Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa para malaikat itu menyampaikan berita
gembira kepada orang mukmin saat menjelang kematiannya dan saat ia dibangkitkan
dari kuburnya.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Pendapat ini bila dibandingkan dengan semua pendapat yang telah disebutkan di
atas merupakan pendapat yang sangat baik dan memang kenyataannya demikian.
*************
Firman Allah Swt.:
{نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat.
(Fushshilat: 31)
Yakni para malaikat itu berkata kepada orang-orang mukmin saat mereka
menjelang kematiannya, "Kami adalah teman-teman kalian selama di dunia, kami
bimbing kalian, kami luruskan kalian, dan kami pelihara kalian berkat perintah
Allah. Demikian pula kami akan selalu bersamamu dalam kehidupan di akhirat; kami
menemani rasa kesendirianmu dalam kuburmu dan pada saat sangkakala ditiup, dan
kami selamatkan kamu pada hari berbangkit, kami bawa kamu berlalu menyeberangi
sirat, dan kami sampaikan kamu ke surga yang penuh dengan kenikmatan."
{وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ}
di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan. (Fushshilat:
31)
Maksudnya, di dalam surga kamu memperoleh semua yang kamu pilih dan semua
yang kamu inginkan, juga memperoleh semua yang dipandang sedap oleh matamu.
{وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ}
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(Fushshilat: 31)
Yakni betapapun permintaanmu, niscaya kamu akan menjumpainya berada di
hadapanmu seperti yang kamu minta dan kamu pilih.
{نُزُلًا
مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Fushshilat: 31)
Yaitu sebagai jamuan, anugerah, dan pemberian nikmat dari Tuhan Yang Maha
Pengampun semua dosa kalian lagi Maha Penyayang kepada kalian serta Maha
Pengasih, karena Dia telah mengampuni, menutupi, mengasihani dan bersikap lembut
kepada kalian.
Ibnu Abu Hatim dalam ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis tentang pasar
di dalam surga, yaitu pada tafsir firman-Nya: di dalamnya kamu memperoleh apa
yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Fushshilat: 31-32). Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ
حَبِيبِ بْنِ أَبِي الْعِشْرِينَ أَبِي سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ،
حَدَّثَنِي حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ: أَنَّهُ
لَقِيَ أَبَا هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ:
نَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ فِي سُوقِ الجنة. فقال سعيد: أو
فيها سُوقٌ؟ قَالَ: نَعَمْ، أَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم إن
أهل الجنة إذا دَخَلُوا فِيهَا، نَزَلُوا بِفَضْلِ أَعْمَالِهِمْ، فَيُؤْذَنُ
لَهُمْ فِي مِقْدَارِ يَوْمِ الْجُمْعَةِ فِي أَيَّامِ الدُّنْيَا فَيَزُورُونَ
اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، وَيُبْرِزَ لَهُمْ عَرْشَهُ، وَيَتَبَدَّى لَهُمْ فِي
رَوْضَةٍ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ، وَتُوضَعُ لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ،
وَمَنَابِرُ مِنْ لُؤْلُؤٍ، وَمَنَابِرُ مِنْ يَاقُوتٍ، وَمَنَابِرُ مِنْ
زَبَرْجَدٍ، وَمَنَابِرُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَنَابِرُ مِنْ فِضَّةٍ، وَيَجْلِسُ
[فِيهِ] أَدْنَاهُمْ وَمَا فِيهِمْ دَنِيءٌ عَلَى كُثْبَانِ الْمِسْكِ
وَالْكَافُورِ، مَا يَرَوْنَ بِأَنَّ أَصْحَابَ الْكَرَاسِيِّ بِأَفْضَلَ مِنْهُمْ
مَجْلِسًا. قَالَ
أَبُو هُرَيْرَةَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ نَرَى رَبَّنَا [يَوْمَ
الْقِيَامَةِ] ؟ قَالَ: "نَعَمْ هَلْ تَتَمَارَوْنَ فِي
رُؤْيَةِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ؟ " قُلْنَا: لَا. قَالَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَكَذَلِكَ لَا تَتَمَارَوْنَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ
تَعَالَى، وَلَا يَبْقَى فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ أَحَدٌ إِلَّا حَاضَرَهُ اللَّهُ
مُحَاضَرَةً، حَتَّى إِنَّهُ لِيَقُولَ لِلرَّجُلِ مِنْهُمْ: يَا فُلَانُ بْنَ
فُلَانٍ، أَتَذْكُرُ يَوْمَ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ -يذكِّره بِبَعْضِ غَدَرَاتِهِ
فِي الدُّنْيَا-فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، أَفَلَمْ تَغْفِرْ لِي؟ فَيَقُولُ: بَلَى
فَبِسِعَةِ مَغْفِرَتِي بَلَغْتَ مَنْزِلَتَكَ هَذِهِ. قَالَ: فَبَيْنَمَا هُمْ
عَلَى ذَلِكَ غَشِيَتْهُمْ سَحَابَةٌ مِنْ فَوْقِهِمْ، فَأَمْطَرَتْ عَلَيْهِمْ
طِيبًا لَمْ يَجِدُوا مِثْلَ رِيحِهِ شَيْئًا قَطُّ". قَالَ: ثُمَّ يَقُولُ
رَبُّنَا -عَزَّ وَجَلَّ-: قُومُوا إِلَى مَا أَعْدَدْتُ لَكُمْ مِنَ الْكَرَامَةِ،
وَخُذُوا مَا اشْتَهَيْتُمْ". قَالَ: "فَنَأْتِي سُوقًا قَدْ حَفَّت بِهِ
الْمَلَائِكَةُ، فِيهَا مَا لَمْ تَنْظُرِ الْعُيُونُ إِلَى مِثْلِهِ، وَلَمْ
تَسْمَعِ الْآذَانُ، وَلَمْ يَخْطُرْ عَلَى الْقُلُوبِ. قَالَ: فَيَحْمِلُ لَنَا
مَا اشْتَهَيْنَا، لَيْسَ يُبَاعُ فِيهِ شَيْءٌ وَلَا يُشْتَرَى، وَفِي ذَلِكَ
السُّوقِ يَلْقَى أَهْلُ الْجَنَّةِ بَعْضُهُمْ بَعْضًا". قَالَ: "فَيُقْبِلُ
الرَّجُلُ ذُو الْمَنْزِلَةِ الرَّفِيعَةِ، فَيَلْقَى مَنْ هُوَ دُونَهُ-وَمَا
فِيهِمْ دَنِيءٌ فَيُرَوِّعُهُ مَا يَرَى عَلَيْهِ مِنَ اللِّبَاسِ، فَمَا
يَنْقَضِي آخِرُ حَدِيثِهِ حَتَّى يَتَمَثَّلَ عَلَيْهِ أَحْسَنُ مِنْهُ؛ وَذَلِكَ
لِأَنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَحْزَنَ فِيهَا. ثُمَّ
نَنْصَرِفُ إِلَى مَنَازِلِنَا، فَيَتَلَقَّانَا أَزْوَاجُنَا فَيَقُلْنَ:
مَرْحَبًا وَأَهْلًا بِحِبَّنا، لَقَدْ جِئْتَ وَإِنَّ بِكَ مِنَ الْجِمَالِ
وَالطِّيبِ أَفْضَلَ مِمَّا فَارَقْتَنَا عَلَيْهِ. فَيَقُولُ: إِنَّا جَالَسْنَا
الْيَوْمَ رَبَّنَا الْجَبَّارَ -عَزَّ وَجَلَّ-وَبِحَقِّنَا أَنْ نَنْقَلِبَ
بِمِثْلِ مَا انْقَلَبْنَا بِهِ".
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam
ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abdul Humaid ibnu Habib ibnu Abul
Isyrin Abu Sa'id Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Hassan ibnu Atiyyah,
dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa ia bersua dengan Abu Hurairah r.a., lalu Abu
Hurairah r.a. berkata, "Aku memohon kepada Allah semoga Dia menghimpunkan aku
dan kamu di dalam pasar surga." Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Apakah di dalam
surga terdapat pasar?" Abu Hurairah dalam jawabannya mengiakan, lalu ia
menerangkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bercerita kepadanya: bahwa para
penghuni surga apabila telah dimasukkan ke dalam surga, mereka mendapat jamuan
dari Allah berkat keutamaan amal perbuatan mereka. Maka diizinkan bagi mereka
selama satu hari seperti lamanya hari Jumat pada kalian; dalam waktu itu Allah
menampakkan bagi mereka 'Arasy-Nya, dan Allah menampakkan diri bagi mereka di
dalam suatu taman surga. Kemudian dibuatkan bagi mereka mimbar-mimbar, ada yang
dari cahaya, ada yang dari mutiara, ada yang dari yaqut, ada yang dari zabarjad,
ada yang dari emas, dan ada yang dari perak. Orang yang paling bawah
kedudukannya dari ahli surga yang pada penampilannya tiada yang rendah di antara
mereka, mereka duduk di atas tumpukan minyak kesturi dan kafur, dan mereka tidak
memandang bahwa ahli surga yang mempunyai kursi kedudukan lebih utama
kedudukannya daripada mereka. Abu Hurairah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah kita dapat melihat Tuhan kita?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, apakah
kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan rembulan di malam
purnama?" Kami menjawab, "Tidak." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa
demikian pula kalian tidak berdesak-desakan saat melihat Tuhan kalian. Dan tiada
seorang pun yang ada dalam majelis tersebut melainkan Allah menjumpainya sekali
jumpa. Sehingga Allah Swt. berfirman kepada seseorang dari mereka, "Hai Fulan
bin Fulan, apakah engkau teringat hari anu ketika kamu mengerjakan anu dan anu,"
Allah mengingatkannya tentang sebagian dari kekeliruannya semasa di dunia. Maka
lelaki itu menjawab, "Ya, benar Tuhanku, saya ingat, tetapi bukankah Engkau
telah memberi ampun bagiku?" Allah Swt. menjawab, "Benar, maka berkat keluasan
ampunan-Ku engkau mencapai kedudukanmu yang sekarang ini." Ketika para
ahli surga dalam keadaan demikian, lalu mereka ditutupi oleh awan dari atas
mereka, dan turunlah hujan wewangian kepada mereka yang wanginya belum pernah
mereka rasakan seharum itu. Kemudian Allah berfirman, "Bangkitlah kalian menuju
tempat yang telah Kusediakan bagi kalian, yaitu tempat yang terhormat, dan
ambillah apa saja yang kalian sukai." Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu kami mendatangi suatu pasar yang dikelilingi oleh para malaikat,
di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata hal
yang semisal dengannya, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah
terdetik di hati manusia. Maka dibawakanlah bagi kami segala sesuatu yang
kami sukai tanpa harus memakai transaksi jual beli, dan di dalam pasar itu
sebagian ahli surga bersua dengan sebagian yang lainnya. Datanglah
seorang ahli surga yang mempunyai kedudukan yang tinggi menjumpai ahli surga
yang kedudukannya berada di bawahnya, tetapi tiada seorang pun di antara mereka
yang rendah. Maka yang berkedudukan lebih rendah itu merasa terkejut dengan
pakaian yang dikenakan oleh temannya yang lebih tinggi kedudukannya itu. Belum
lagi pembicaraannya habis, tiba-tiba yang berkedudukan rendah berubah dengan
penampilan yang lebih baik daripada temannya itu. Demikian itu karena seseorang
tidak boleh merasa bersedih hati di dalam surga. Setelah itu kami pulang ke
tempat tinggal masing-masing dan disambut oleh istri-istri kami seraya
mengatakan, "Selamat datang, kekasih kami, sesungguhnya engkau datang dengan
penampilan yang lebih tampan, lebih harum, dan lebih utama daripada sebelumnya
saat engkau meninggalkan kami." Maka suaminya menjawab, "Sesungguhnya kami hari
ini bertamu kepada Tuhan kami Yang Maha Mengalahkan, Mahasuci, lagi Mahatinggi,
maka sudah sepantasnya bila kami kembali pulang dalam keadaan seperti ini berkat
kemurahan-Nya."
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini di dalam Sifatul Jannah, bagian
dari kitab Jami'-nya melalui Muhammad ibnu Ismail, dari Hisyam ibnu
Ammar.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu Ammar dengan sanad dan lafaz yang
semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami
tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِي، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحَبَّ
لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ
اللَّهُ لِقَاءَهُ". قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ؟
قَالَ: "لَيْسَ ذَلِكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِر
جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنَ اللَّهِ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ فَأَحَبَّ اللَّهُ
لِقَاءَهُ" قَالَ: "وَإِنَّ الْفَاجِرَ -أَوِ الْكَافِرَ-إِذَا حُضِر جَاءَهُ بِمَا
هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنَ الشَّرِّ -أَوْ: مَا يَلْقَى مِنَ الشَّرِّ-فَكَرِهَ
لِقَاءَ اللَّهِ فَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari
Humaid, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang menyukai perjumpaan dengan Allah, maka Allah menyukai pula
perjumpaan dengannya. Dan barang siapa yang tidak suka perjumpaan dengan Allah,
maka Allah tidak suka pula berjumpa dengannya. Kami bertanya, "Wahai
Rasulullah, kita semua tentu tidak suka mati." Rasulullah Saw. menjawab: Hal
itu bukan berarti membenci kematian, tetapi seorang mukmin itu apabila menjelang
kematiannya didatangi oleh malaikat pembawa berita gembira dari Allah Swt. yang
menceritakan kepadanya tempat yang bakal dihuninya. Maka tiada sesuatu pun yang
lebih disukainya selain dari perjumpaan dengan Allah Swt. Maka Allah pun suka
menjumpainya. Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya
seorang pendurhaka atau seorang kafir apabila menjelang kematiannya didatangkan
kepadanya keburukan yang kelak akan menjadi tempat tinggalnya atau keburukan
yang akan dijumpainya. Karena itu ia membenci perjumpaan dengan Allah, maka
Allah pun tidak suka berjumpa dengannya.
Hadis ini sahih, dan di dalam kitab sahih hadis ini telah diketengahkan
melalui jalur yang lain.