Tafsir Surat At-Taubah, ayat 25-27
لَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَواطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ
كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً وَضاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِما
رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25) ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ
عَلى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْها
وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذلِكَ جَزاءُ الْكافِرِينَ (26) ثُمَّ يَتُوبُ
اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذلِكَ عَلى مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(27)
Sesungguhnya Allah telah menolong kalian
(hai kaum mukmin) di medan peperangan
yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian
menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu
tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun; dan bumi yang luas itu telah
terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan
bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala bantuan tentara yang kalian
tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir,
dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah
menerima tobat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat ini merupakan ayat
pertama dari surat Bara’ah yang diturunkan oleh Allah Swt. Di dalamnya
disebutkan kemurahan dan kebajikan Allah yang dilimpahkan kepada kaum mukmin,
Dia telah menolong mereka di berbagai medan pertempuran mereka bersama
Rasulullah Saw. Pertolongan itu datangnya dari sisi Allah dan merupakan bantuan
dari-Nya yang sudah ditakdirkan oleh-Nya. Dan kemenangan itu bukanlah karena
banyaknya bilangan mereka, bukan pula karena perlengkapan senjata mereka.
Allah Swt. mengingatkan bahwa kemenangan itu datang dari sisiNya, tanpa
memandang apakah jumlah pasukan itu banyak atau sedikit. Di saat Perang Hunain,
kaum muslim merasa kagum dengan jumlah mereka yang banyak. Tetapi sekalipun
demikian, jumlah yang banyak itu tidak memberikan manfaat apa pun bagi mereka,
karena pada akhirnya mereka lari mundur, kecuali sebagian kecil dari mereka yang
tetap bertahan dengan Rasulullah Saw.
Kemudian Allah menurunkan pertolongan dan bantuan-Nya kepada Rasul-Nya dan
kaum mukmin yang bersamanya, kisahnya akan kami jelaskan kemudian. Hal tersebut
merupakan pemberitahuan dari Allah kepada mereka, bahwa kemenangan itu hanyalah
dari sisi-Nya semata dan berkat pertolongan dan bantuan-Nya, sekalipun jumlah
pasukan sedikit; karena sesungguhnya berapa banyak golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan seizin Allah, dan Allah senantiasa
bersama orang-orang yang sabar.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، سَمِعْتُ
يُونُسَ يُحَدِّثُ عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ
الصَّحَابَةِ أَرْبَعَةٌ، وَخَيْرُ السَّرَايَا أَرْبَعُمِائَةٍ، وَخَيْرُ
الْجُيُوشِ أَرْبَعَةُ آلَافٍ، وَلَنْ تُغْلَبَ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا مِنْ
قِلَّةٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, telah
menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar Yunus bercerita, dari
Az-Zuhri, dari Ubaidillah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: Sebaik-baik sahabat ada empat orang, sebaik-baik sariyyah
(pasukan khusus) ada empat ratus, sebaik-baik bala tentara adalah
berjumlah empat ribu orang, dan empat ribu tidak akan dapat mengalahkan dua
belas ribu karena jumlahnya yang sedikit.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi,
kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib jiddan,
tidak ada seorang pun yang meng-isnad-kannya selain Jarir ibnu Hazim.
Sesungguhnya dia meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Nabi Saw. hanyalah secara
mursal. Ibnu Majah dan Imam Baihaqi serta lain-lainnya telah meriwayatkan
pula hal yang semisal dari Aksarh ibnul Jun, dari Rasulullah Saw.
Perang Hunain terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah ,yaitu pada bulan
Syawwal tahun delapan Hijriah. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari membuka kota
Mekah dan membenahi urusannya serta mayoritas penduduknya telah masuk Islam,
lalu Rasulullah Saw. membebaskan mereka. Maka setelah itu sampailah berita
kepada Rasulullah Saw. bahwa orang-orang Hawazin telah mempersiapkan bala
tentara untuk memeranginya di bawah pimpinan amir mereka (yaitu Malik ibnu Auf
An-Nadri) dengan dibantu oleh semua orang Saqif. Bani Jusym. Bani Sa'd ibnu
Bakr, dan beberapa puak dari Bani Hilal yang jumlahnya tidak banyak, serta
sejumlah orang dari kalangan Bani Amr ibnu Amri dan Aun Ibnu Amir.
Mereka datang membawa kaum wanita, anak-anaknya, dan semua ternak kambing
serta ternak lainnya milik mereka; mereka datang dengan segala sesuatunya tanpa
ada yang ketinggalan.
Maka Rasulullah Saw. berangkat untuk menghadapi mereka dengan pasukannya yang
terdiri atas orang-orang yang ikut bersamanya dalam membuka kota Mekah. Jumlah
mereka terdiri atas sepuluh ribu orang personel dari kalangan kaum Muhajirin dan
kaum Ansar serta kabilah-kabilah Arab lainnya. Dan ikut bergabung dengan pasukan
Nabi Saw. orang-orang yang telah masuk Islam dari kalangan penduduk Mekah yang
disebut sebagai kaum Tulaqa (orang-orang yang dibebaskan), mereka
berjumlah dua ribu orang.
Rasulullah Saw. membawa mereka menuju daerah musuh. Akhirnya mereka bersua di
Lembah Hunain, yaitu sebuah lembah yang terletak di antara Mekah dan Taif.
Pertempuran terjadi di lembah itu pada pagi-pagi benar, yaitu di saat pagi buta
(hitam).
Mereka menuruni lembah itu. sedangkan orang-orang Hawazin telah memasang
perangkap buat pasukan kaum muslim. Ketika kedua pasukan saling berhadapan, maka
pasukan kaum muslim merasa terkejut karena mereka dibokong secara mendadak.
Musuh melempari mereka dengan anak-anak panahnya, dan mereka menghunus pedangnya
masing-masing, lalu secara beramai-ramai menyerang pasukan kaum muslim, sesuai
dengan perintah raja mereka.
Menghadapi serangan dari dua arah itu pasukan kaum muslim terpukul mundur,
lalu mereka lari, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. tadi. Sedangkan
Rasulullah Saw. sendiri tetap bertahan seraya mengendarai hewan bagalnya yang
berwarna merah, dan beliau maju terus menuju jantung pertahanan musuh. Paman
Rasul Saw. (yaitu Al-Abbas) memegang kendalinya di sebelah kanan, sedangkan yang
memegang kendali di sebelah kirinya adalah Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul
Muttalib. Keduanya sedikit mengekang tali begal Nabi Saw. agar jalannya tidak
terlalu cepat. Saat itu Rasulullah Saw. menyebutkan namanya sendiri seraya
menyerukan kepada pasukan kaum muslim untuk kembali ke medan perang. Beliau Saw.
bersabda:
"
أَيْنَ يَا عِبَادَ اللَّهِ؟ إليَّ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ"
Hai hamba-hamba Allah, kemarilah kepadaku. Hai hamba-hamba Allah,
kembalilah kepadaku. Aku adalah utusan Allah.
Saat itu Rasulullah Saw. bersabda pula:
أَنَا
النَّبِيُّ لَا كَذِبْ ...
أَنَا ابْنُ عَبدِ الْمُطَّلِبْ ...
Aku adalah seorang nabi yang tidak
pernah dusta, aku adalah anak Abdul Muttalib (yakni seorang pemberani).
Ikut bertahan bersama Rasulullah Saw. sejumlah orang dari kalangan
sahabat-sahabatnya yang jumlahnya kurang lebih seratus orang, tetapi ada yang
mengatakan delapan puluh orang. Di antaranya ialah Abu Bakar, Umar, Al-Abbas,
Ali, Al-Fadl ibnu Abbas, Abu Sufyan ibnul Haris, Aiman ibnu Ummu Aiman, Usamah
ibnu Zaid, dan sahabat-sahabat lainnya; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada
mereka.
Kemudian Nabi Saw. memerintahkan pamannya (yaitu Al-Abbas) yang terkenal
mempunyai suara yang keras untuk menyerukan kata-kata. 'Hai orang-orang yang
telah berbaiat di bawah pohon." dengan sekeras suaranya. Pohon tersebut adalah
pohon tempat Baiat Ridwan dilaksanakan. Kaum muslim dari kalangan Muhajirin dan
Ansar berbaiat kepada Nabi Saw. di tempat itu, bahwa mereka tidak akan lari
meninggalkan Nabi Saw. dalam keadaan apa pun.
Maka Al-Abbas menyeru mereka dengan kata-kata, "Hai As-habus Samrah”
Adakalanya pula ia menyerukan, "Hai orang-orang yang memiliki surat
Al-Baqarah!" Maka kaum muslim menjawabnya dengan ucapan, "Labbaika, ya
labbaika.”
Pasukan kaum muslim berbalik dan bergabung dengan Rasulullah Saw. sehingga
seorang lelaki yang untanya menolak berbalik turun dari untanya dan memakai baju
besinya, lalu melepaskan untanya dan bergabung dengan Rasulullah Saw.
Setelah sejumlah pasukan dari kalangan kaum muslim bergabung dengan
Rasulullah Saw., maka beliau memerintahkan untuk mulai membalas serangan dengan
sungguh-sungguh. Lalu beliau mengambil segenggam pasir setelah berdoa kepada
Tuhannya dan meminta pertolongan kepada-Nya, lalu beliau bersabda;
"اللَّهُمَّ
أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي"
Ya Allah, tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan
kepadaku.
Kemudian beliau Saw. melempar pasukan kaum musyrik dengan pasir itu. Maka
tidak ada seorang pun dari pasukan musuh melainkan kedua mata dan mulutnya
terkena pasir itu yang membuatnya sibuk dengan keadaan dirinya sehingga lupa
kepada peperangan yang dihadapinya. Akhirnya mereka terpukul mundur, dan kaum
muslim mengejar mereka dari belakang seraya membunuh dan menawan mereka.
Sehingga ketika seluruh pasukan kaum muslim telah bergabung, mereka melihat para
tawanan telah digelarkan di hadapan Rasulullah Saw.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan. telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami
Ya" la ibnu Ata, dari Ubaidillah ibnu Yasar, dari Abu Hammam, dari Abu Abdur
Rahman Al-Fihri yang namanya adalah Yazid ibnu Usaid; menurut pendapat lain
namanya adalah Yazid ibnu Unais. sedangkan menurut pendapat lainnya lagi adalah
Kurz. Dia mengatakan.”Ketika aku bersama Rasulullah Saw. dalam Perang Hunain,
pasukan kaum muslim berangkat di hari yang sangat terik dan panas. Lalu kami
(pasukan kaum muslim) turun istirahat di bawah naungan pepohonan. Setelah
matahari bergeser dari pertengahan langit, aku memakai baju besi dan menaiki
kuda kendaraanku. Maka aku berangkat menuju kepada Rasulullah Saw. yang saat
itu berada di dalam kemah kecilnya, lalu aku berucap, 'Assalamu 'a'laika
wahai Rasulullah, warahmatullahi wabarakatuh, telah tiba masa
keberangkatan.' Rasulullah Saw. menjawab, 'Benar.' Lalu Rasulullah Saw.
bersabda, 'Hai Bilal.' Maka bangkitlah Bilal dengan cepat dari bawah
sebuah pohon samurah yang naungannya seakan-akan seperti sarang burung. Bilal
berkata, 'Labbaika wasa daika, diriku menjadi tebusanmu.' Rasulullah Saw.
bersabda.”Pelanailah kudaku!' Maka Bilal mengeluarkan sebuah pelana yang
terbuat dari anyaman serat yang tampak sederhana, tidak mewah Setelah pelana
dipasang. Nabi Saw. Menaiki kudanya kamipun menaiki kendaraan kami. Kami
berhadapan dengan musuh pada petang hari dan malam harinya. Pasukan berkuda
masing-masing pasukan berhadapan dan bertempur. Ternyata pasukan kaum muslim
terpukul mundur, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai.
(At-Taubah: 25) Maka Rasulullah Saw. berseru: Hai hamba-hamba
Allah, aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya! Kemudian Rasulullah Saw.
berseru pula: Hai golongan orang-orang Muhajirin, aku adalah hamba Allah dan
utusan-Nya. Lalu Nabi Saw. turun dari kudanya dan mengambil segenggam pasir.
Telah menceritakan kepadaku (perawi) orang yang berada lebih dekat kepada
Rasulullah Saw. daripada aku, bahwa beliau Saw. melempar wajah mereka (musuh)
dengan pasir itu seraya bersabda: Semoga wajah-wajah itu kemasukan pasir.
Maka Allah Swt. mengalahkan mereka."
Ya'la ibnu Ata mengatakan, telah menceritakan kepadaku anak-anak orang-orang
Hawazin dari bapak-bapak mereka, bahwa mereka mengatakan, "Tidak ada seorang pun
dari kami melainkan kedua mata dan mulutnya dipenuhi pasir, dan kami mendengar
suara gemerencing bel antara langit dan bumi seperti suara besi yang dipukulkan
kepada lonceng besi."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Al-Baihaqi di dalam kitab
Daldilun Nubuwwah melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dari Hammad ibnu
Salamah dengan sanad yang sama.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Umar
ibnu Qatadah, dari Abdur Rahman ibnu Jabir, dari ayahnya (yaitu Jabir ibnu
Abdullah) yang mengatakan bahwa Malik ibnu Auf keluar bersama para pengikutnya
menuju Lembah Hunain, hingga ia mendahului kedatangan Rasulullah Saw. di tempat
itu. Kemudian mereka mempersiapkan diri dan berjaga-jaga di semua jalan yang
sempit dan seluruh kawasan lembah itu. Ketika Rasulullah Saw. dan pasukannya
tiba, mereka datang menyerang bagaikan air bah dari atas lembah di suasana pagi
hari yang masih gelap. Manakala pasukan musuh datang menyerang, kuda-kuda yang
dinaiki oleh pasukan kaum muslim mogok, sehingga menghambat mereka (yang
berjalan kaki). Maka pasukan kaum muslim terpukul, mundur, tidak ada seorang pun
yang berhadapan dengan musuhnya. Sedangkan Rasulullah Saw. tersisihkan ke
sebelah kanan seraya bersabda: Hai manusia, kemarilah kalian kepadaku, aku
adalah utusan Allah, aku adalah utusan Allah, aku adalah Muhammad ibnu Abdullah.
Tetapi suaranya tenggelam ke dalam suara hiruk pikuk, dan keadaan unta-unta
kendaraan saat itu sangat kacau. Ketika melihat situasi yang dialami oleh
pasukannya itu, maka beliau bersabda: Hai Abbas, serukanlah, "Hai golongan
Ansar, hai orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon samurah!" Setelah
kalimat itu diserukan, maka mereka menjawab, "Labbaika, labbaika.” Maka
salah seorang dari mereka membelokkan (membalik
kan) unta kendaraannya, tetapi ia tidak mampu melakukannya. Lalu ia
memakai baju besinya, mengambil pedang serta busur panahnya (dan turun dari
untanya), lalu berjalan menuju arah suara seruan itu, akhirnya bergabung dengan
Rasulullah Saw. sebanyak seratus orang dari kalangan pasukan kaum muslim, dan
mereka maju menghadang musuh. Maka terjadilah pertempuran yang seru. Seruan itu
pada mulanya ditujukan kepada semua orang Ansar. kemudian secara khusus
ditujukan kepada orang-orang Khazraj, karena mereka dikenal sebagai orang-orang
yang teguh dan sabar dalam peperangan. Rasulullah Saw. datang dengan mengendarai
hewan kendaraannya seraya memandang kepada medan pertempuran, lalu beliau
bersabda: Sekarang pertempuran berlangsung sangat sengit.
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa tidaklah semua pasukan kaum muslim
bergabung dengan Nabi Saw. melainkan para tawanan telah dihadapkan di hadapan
Rasulullah Saw. Allah membunuh sebagian dari pasukan musuh yang telah
ditakdirkan-Nya harus terbunuh, sedangkan yang lainnya lari meninggalkan medan
perang. Dan Allah memberikan harta rampasan dari harta benda dan anak-anak
mereka kepada Rasulullah Saw.
Di dalam kitab Sahihain melalui hadis Syu'bah, dari Abu Ishaq. dari
Al-Barra ibnu Azib r.a. disebutkan bahwa seorang lelaki bertanya kepadanya,
"Wahai Abu Imarah, apakah engkau lari meninggalkan Rasulullah Saw. dalam Perang
Hunain?" Al-Barra ibnu Azib menjawab, "Tetapi Rasulullah Saw. tidak lari."
Al-Barra melanjutkan kisahnya, "Sesungguhnya orang-orang Hawazin itu (musuh)
adalah suatu kaum yang dikenal ahli dalam memanah. Ketika kami berhadapan
dengan mereka dan menyerang mereka, maka mereka terpukul mundur. Maka pasukan
kaum muslim menjarah harta rampasan, tetapi pasukan musuh menghadang kami dengan
panah-panah mereka: akhirnya pasukan kaum muslim terpukul mundur. Dan
sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW bersama Abu Sufyan Ibnul Haris yang
memegang tali kendali begal yang dikendarainya, sedangkan Nabi Saw. mengucapkan:
'Aku adalah nabi. tidak pernah dusta, aku adalah anak Abdul
Muttalib'.”
Menurut kami, dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan keberanian Nabi Saw.
yang terperikan. Dalam situasi seperti itu —di mana pertempuran sedang
sengitnya— pasukan beliau telah mundur dan lari meninggalkan dirinya. Tetapi
beliau tetap berada di atas begal kendaraannya, padahal kendaraan begal tidak
cepat larinya dan tidak layak untuk lari atau untuk menyerang, tidak layak pula
untuk melarikan diri. Sekalipun demikian, beliau memacunya menuju arah jantung
musuh seraya mengisyaratkan nama dirinya, agar orang yang tidak mengenalnya
menjadi kenal kepadanya, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya
sampai hari pembalasan. Sikap seperti itu tiada lain hanyalah karena percaya
kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya, bahwa Allah pasti akan menolongnya dan
akan menyempurnakan risalah yang diembannya, serta pasti meninggikan agama-Nya
di atas semua agama lain. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
(ثُمَّ
أَنزلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ)
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya. (At-Taubah:
26)
Artinya, ketenangan dan keteguhan hati kepada Rasul-Nya.
(وَعَلَى
الْمُؤْمِنِينَ)
dan kepada orang-orang yang beriman. (At-Taubah: 26)
Yakni orang-orang mukmin yang bersamanya.
(وَأَنزلَ
جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا)
dan Allah menurunkan bala bantuan tentara yang kalian tiada melihatnya.
(At-Taubah: 26)
mereka adalah para malaikat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Hasan
ibnu Arafah, telah menceritakan kepadaku Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Auf
(yaitu Ibnu Abu Jamilah Al-A'rabi) bahwa ia pernah mendengar Abdur Rahman maula
Ibnu Bursun mengatakan, "Telah menceritakan kepadaku seorang lelaki yang bersama
kaum musyrik dalam Perang Hunain. Ia mengatakan bahwa ketika kami berhadapan
dengan sahabat-sahabat Rasulullah dalam Perang Hunain, para sahabat itu
berperang dengan kami dalam waktu yang singkat. Setelah kami berhasil memukul
mundur para sahabat, maka kami mengejar para sahabat itu dari belakang, hingga
sampailah kami kepada seseorang yang mengendarai begal putihnya. Ternyata dia
adalah Rasulullah Saw. sendiri. Ketika kami sampai di dekatnya, tiba-tiba kami
dihadang oleh banyak kaum lelaki yang semuanya berpakaian putih dengan wajah
yang tampan-tampan, lalu kaum lelaki itu berkata kepada kami, 'Semoga
wajah-wajah itu terkena pasir, kembalilah kalian!' Maka pada akhirnya kami
terpukul mundur, dan orang-orang itu menaiki pundak-pundak kami. Ternyata
orang-orang tersebut adalah para malaikat."
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ahmad ibnu
Balawaih, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnul Hasan Al-Jurmi, telah
menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdul
Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Hadirah, telah
menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya yang
mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. pernah menceritakan, "Aku bersama Rasulullah
Saw. dalam Perang Hunain, saat pasukan kaum muslim lari meninggalkan beliau.
Ketika itu aku dan beliau ditemani oleh delapan puluh orang dari kalangan kaum
Muhajirin dan kaum Ansar. Kami maju menerjang musuh dan tidak membelakangi
mereka. Orang-orang yang bersama Rasulullah Saw. saat itu adalah orang-orang
yang diturunkan ketenangan oleh Allah kepada mereka." Ibnu Mas'ud.r.a.
melanjutkan kisahnya, "Saat itu Rasulullah Saw. dengan mengendarai bagal pun ia
menerjang musuh. Bagalnnya miring sehingga Nabi Saw bergeser dari pelananya,
maka aku katakan, 'Tegaklah kamu, semoga Allah menegakkanmu.' Nabi Saw.
bersabda, 'Ambilkanlah segenggam pasir untukku!' Maka aku mengambilnya,
dan pasir itu beliau Saw. gunakan untuk memukul wajah mereka, sehingga mata
mereka dipenuhi pasir. Lalu Nabi Saw. bersabda, 'Di manakah kaum Muhajirin
dan kaum Ansar?' Aku menjawab, 'Di sana.' Nabi Saw. bersabda, 'Serulah
mereka!' Maka aku menyeru mereka, dan mereka segera datang dengan
pedang-pedang yang ada di tangan kanan masing-masing, pedang mereka berkilauan
bagaikan bintang-bintang meteor. Maka pasukan kaum musyrik lari membelakangi
pasukan kaum muslim."
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Musnad-nya melalui
Affan dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Al-Walid ibnu Muslim mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul
Mubarak, dari Abu Bakar Al-Huzali, dari Ikrimah maula ibnu Abbas, dari Syaibah
ibnu Usman yang menceritakan bahwa ketika ia melihat Rasulullah Saw. di medan
Perang Hunain dalam keadaan tidak bersenjata, maka ia teringat ayah dan pamannya
yang telah dibunuh oleh Ali dan Hamzah. Maka ia berkata (kepada dirinya
sendiri), "Sekarang aku menemui kesempatan untuk melampiaskan dendamku
kepadanya." Lalu ia pergi mendatangi Nabi Saw. dari sebelah kanannya. Tiba-tiba
ia bersua dengan Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib yang sedang berdiri melindunginya
dengan memegang tameng perisai putih: kilauan cahayanya seperti perak, menembus
debu yang beterbangan. Maka ia berkata (kepada dirinya sendiri), "Al-Abbas
adalah paman Nabi Saw., pasti beliau membelanya sampai mati." Lalu ia mendatangi
Nabi Saw. dari sebelah kirinya, tiba-tiba ia bersua dengan Abu Sufyan ibnul
Haris ibnu Abdul Muttalib. Maka ia berkata, "Abu Sufyan adalah anak pamannya,
pasti ia mempertahankannya sampai tetes darah penghabisan " Kemudian ia
mendatangi Nabi Saw. dari arah belakangnya, sehingga jarak antara Nabi Saw dan
dia cukup untuk memukulkan pedang kepadanya. Tetapi tiba-tiba muncullah kilatan
api yang menghalang-halangi antara ia dan Nabi Saw.. seakan-akan seperti kilat
yang menyambar sehingga ia mundur karena takut api itu mengenainya. Kemudian ia
meletakkan tangannya di matanya karena silau, lalu mundur. Saat itu Rasulullah
Saw. menoleh ke arahnya, lalu bersabda: Hai Syaibah, hai Syaibah, mendekatlah
kepadaku. Ya Allah, lenyapkanlah setan dari dirinya. Syaibah ibnu Usman
melanjutkan kisahnya, lalu ia mengangkat pandangannya ke arah Nabi Saw., dan
pada saat itu juga ia merasakan bahwa Nabi Saw. lebih ia cintai daripada
pendengaran dan penglihatannya. Dan Nabi Saw. bersabda memerintahkan kepadanya,
"Hai Syaibah, perangilah orang-orang kafir itu.'
Imam Baihaqi meriwayatkan hadis ini melalui Al-Walid, lalu ia mengetengahkan
hal yang semisal. Kemudian Imam Baihaqi meriwayatkan melalui hadis Ayyub ibnu
Jabir, dari Sadaqah ibnu Sa'id ibnu Syaibah, dari ayahnya yang menceritakan
bahwa ia berangkat bersama Nabi Saw. dalam Perang Hunain. Syaibah mengatakan,
"Demi Allah, saya mau keluar bukanlah karena Islam, bukan pula karena mengetahui
tentang Islam, tetapi saya sedang menunggu-nunggu kesempatan dengan harapan
semoga orang-orang Hawazin menang atas kaum Quraisy." Aku (Syaibah) yang sedang
dalam keadaan berdiri bersama Rasulullah Saw. berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku melihat kuda yang berwarna hitam keputih-putihan (abu-abu),"
yakni pasukan berkuda yang semua warnanya abu-abu (pasukan malaikat). Maka Nabi
Saw. bersabda: Hai Syaibah, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat
melihatnya kecuali orang kafir. Maka Nabi Saw. mengusapkan tangannya ke
dadaku seraya berdoa, "Ya Allah, berilah hidayah kepada Syaibah." Nabi
Saw. mengusap dadaku kedua kalinya seraya berdoa, "Ya Allah, berilah Syaibah
petunjuk." lalu mengusap dadaku lagi ketiga kalinya seraya berdoa, "Ya
Allah, berilah Syaibah petunjuk”. Syaibah melanjutkan kisahnya, "Demi
Allah, sebelum tangan beliau terangkat dari dadaku dalam usapannya yang ketiga,
terasa dalam diriku bahwa tiada seorang pun dari makhluk Allah yang lebih aku
cintai daripada Nabi Saw."
Kemudian Imam Baihaqi melanjutkan hadisnya yang menceritakan perihal
bertemunya dua pasukan, terpukul mundurnya pasukan kaum muslim, lalu seruan
Al-Abbas, dan doa Rasulullah Saw. guna memohon pertolongan Allah hingga Allah
Swt. mengalahkan pasukan kaum musyrik.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Ishaq ibnu
Yasar, dari orang yang menceritakan hadis ini kepadanya, dari Jubair ibnu Mut'im
r.a. yang menceritakan, "Ketika kami bersama Rasulullah Saw. dalam Perang
Hunain, saat orang-orang bertempur dengan sengitnya, tiba-tiba aku melihat
sesuatu seperti gumpalan hitam yang jatuh dari langit, lalu terjatuh di antara
kami dan musuh. Tiba-tiba gumpalan itu menebarkan semut yang memenuhi lembah,
maka tidak lama kemudian pasukan musuh pun terpukul mundur. Kami tidak meragukan
lagi bahwa hal itu adalah para malaikat."
Sa'id ibnus Saib ibnu Yasar telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ayahnya
pernah mendengar Yazid ibnu Amir As-Sawa-i, seseorang yang ikut dalam Perang
Hunain bersama kaum musyrik, lalu masuk Islam sesudahnya, "Kami menanyakan
kepadanya tentang rasa takut dan gentar yang ditimpakan oleh Allah Swt. ke dalam
hati orang-orang musyrik pada Perang Hunain. Maka ia mengambil sebuah batu
kerikil, lalu melemparkannya ke dalam sebuah piala, dan terdengarlah suara
lentingan. Lalu ia berkata, 'Kami dahulu mendengar suara seperti ini
terngiang-ngiang di telinga kami (saat Perang Hunain)'."
Dalam hadis terdahulu telah disebutkan syahid yang
menguatkannya yang diriwayatkan melalui Al-Fihri Yazid ibnu Usaid.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Muhammad ibnu Rafi', dari
Abdur Razzaq, bahwa telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam yang
mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang pernah diceritakan oleh Abu
Hurairah kepada kami. Rasulullah Saw. telah bersabda:
"نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ، وَأُوتِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ"
Aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh)
dan aku dianugerahi jawami'ul kalim.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
(ثُمَّ
أَنزلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزلَ
جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ
الْكَافِرِينَ)
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada
melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan
demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 26)
*******************
{ثُمَّ
يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(27) }
Sesudah itu Allah menerima tobat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taubah: 27)
Allah mengampuni sisa-sisa orang-orang Hawazin karena mereka pada akhirnya
masuk Islam dan datang menghadap kepada Nabi Saw. dalam keadaan menyerahkan
dirinya.
Mereka menyusul Nabi Saw. yang saat itu telah berada di dekat Mekah, yaitu di
Ja'ranah, sesudah kurang lebih dua puluh hari setelah Perang Hunain. Maka pada
saat itu Rasulullah Saw. menyuruh mereka memilih antara tawanan atau harta benda
mereka. Akhirnya mereka memilih tawanan mereka yang jumlah seluruhnya ada enam
ribu orang termasuk anak-anak dan wanitanya. Lalu Rasulullah saw. mengembalikan
para tawanan itu kepada mereka, dan membagi-bagikan ganimah kepada kaum muslim
yang ikut dalam perang itu. Bahkan Nabi Saw. memberikan hadiah kepada sejumlah
orang dari golongan orang-orang Tulaqa (mereka yang dibebaskan) untuk
menjinakkan hati mereka agar mau masuk Islam. Rasulullah Saw. memberi
masing-masing dari mereka sebanyak seratus ekor unta. Termasuk di antara yang
beroleh hadiah itu adalah Malik Ibnu Auf' An-Nadri. Kemudian Nabi SAW,
mengangkatnya menjadi pemimpin kaumnya seperti keadaan semula. Maka Malik memuji
Nabi Saw. melalui kasidah gubahannya yang antara lain adalah sebagai
berikut:
مَا
إنْ رَأيتُ وَلَا سَمعتُ بمثْلِه ...
فِي النَّاس كُلّهم بِمِثْلِ مُحَمَّد ...
أوْفَى
وأعْطَى لِلْجَزِيلِ إِذَا اجتُدى ...
ومَتى تَشَأ يُخْبرْكَ عَمّا فِي غَد ...
وإذَا
الْكَتِيبَةُ عَرّدَتْ أنيابُها ...
بالسَّمْهَريّ وَضَرْب كُلّ مُهَنَّد ...
فَكَأنَّه
لَيْثٌ عَلَى أشْبَاله ...
وَسْطَ الهَبَاءة خَادر فِي مَرْصَد
Aku belum pernah melihat dan belum
pernah mendengar di kalangan manusia seluruhnya orang seperti Muhammad.
Dia adalah orang yang selalu menepati
janjinya dan selalu memberi dengan pemberian yang berlimpah bila memberi; dan
jika dia menghendaki, ia dapat menceritakan kepadamu apa yang akan terjadi di
masa mendatang.
Dan apabila pasukan melemparkan
tombak-tombaknya dan memukulkan pedang-pedangnya, maka dia bagaikan singa yang
berada di tengah-tengah anak-anaknya di tengah medan perang, selalu waspada dan
mengincar musuhnya.